Dari genre inilah kemudian tumbuh berbagai cabang musik rock, seperti art rock, psychedelic rock, acid rock, hingga progressive rock, yang sebagian besar diusung kaum kulit putih. Sebut saja macam Uriah Heep, The Doors, Genesis, Yes, Pink Floyd, dan Marillion.
Semua genre itu memiliki satu ciri saat kelahirannya, yakni perlawanan terhadap kemapanan. Bahkan, perlawanan itu bukan hanya terhadap stagnasi dari musik yang tumbuh sebelumnya, tapi juga terhadap kekuasaan. Di antaranya, ketika era psychedelic rock muncul sebagai perlawanan terhadap sikap pemerintah AS dalam perang Vietnam. Dari genre inilah kemudian melahirkan kelompok yang menamakan diri flower generation. Mereka mengampanyekan perdamaian dengan larut dalam aroma narkoba dan seks bebas. Hal ini, bahkan bukan hanya berlaku di AS, sebagai kiblat musik rock.[caption caption="Musik kelas pekerja [The Telegraph]"]
Di Inggris, muncul gerakan punk pada pertengahan 1970-an, sebagai bentuk perlawanan terhadap monarki Inggris, kehidupan kaum jetset, dan industri musik besar. Genre yang dipelopori kelas pekerja rendahan ini, pada awalnya banyak mendapat cemoohan. Pengusungnya dianggap tidak menggunakan kemampuan bermusik dan dijuluki musik 'tiga jurus', karena hanya memainkan gitar maksimal tiga grip.
Namun, genre ini, mengalami perkembangan pesat, karena bukan sekadar jenis musik, tapi lebih pada ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Ideologi anarkisme yang diusung oleh band-band seperti The Sex Pistols dan The Clash ini, dalam waktu singkat merambah AS yang tengah mengalami masalah ekonomi dan kemerosotan moral politisi yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar untuk menyindir para penguasa melalui musik dan lirik yang sederhana, namun terkadang kasar dengan beat cepat dan menghentak. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H