Mohon tunggu...
Nusantara Mulkan
Nusantara Mulkan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa Aja

Sebagian tulisan saya yang ada di sini pernah dimuat di sejumlah media. Walaupun sedikit saya modifikasi kembali.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Metamorfosis Musik Rock (Bagian 2-Habis)

17 Januari 2014   22:27 Diperbarui: 9 September 2017   14:34 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Band rock era 80-an dan 90-an(api.ning.com)

Dalam perkembangannya, musik rock beranak pinak ke banyak genre. Dari musik yang dibawakan musisi kulit hitam hingga akhirnya identik dengan musik kulit putih. Walaupun dalam perjalanannya, rock kembali mengawini black music.

[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Band rock era 80-an dan 90-an(api.ning.com)"][/caption]

ERA 1960 dan 1970-an ditandai metamorfosis musik rock menjadi hard rock dan heavy metal. Hingga di era  1980-an, hard rock dan heavy metal juga menurunkan sejumlah anak. Di antaranya, glam metal, street metal, speed metal, thrash metal, hingga death metal. Secara umum, semua genre itu punya satu panggilan khas walaupun dua nama yang disebut terakhir menolak, yakni hair metal. Di era inilah musik rock mengalami masa keemasannya. Karena di berbagai tangga lagu dunia, seperti Billboard, berbagai band metal mulai mewarnai di urutan Top 10.

Kembali ke soal sebutan hair metal tadi. Nama ini sebenarnya bukan diberikan karena melihat jenis musik pengusungnya, melainkan lantaran penampilan personelnya yang seolah terlalu 'fashionista', terutama kepada rambut gondrongnya.

[caption id="" align="alignright" width="280" caption="Rocker pesolek (playitloudforever.files.wordpress.com)"]

[/caption]

Lihat saja di awal kemunculan Motley Crue, Poison, Stryper, dan Bon Jovi. Mereka seolah berlomba tampil layaknya gadis remaja yang ingin terlihat sensual di zaman itu. Rambut disasak mekar dengan semprotan AquaNet, bibir dengan pulasan gincu, cat kuku, pakaian kulit ketat, sepatu hak tinggi, bahkan stoking!

Penampilan itu perlahan berubah seiring munculnya cemoohan bahwa mereka tak ubahnya sekumpulan banci kaleng dengan gaya bermusik sok sangar. Diakui atau tidak, hal itu dipelopori oleh munculnya band asal Los Angeles bernama Guns N' Roses (GN'R) dengan albumnya Appetite for Destruction pada 1987. GN'R meramu metal secara unik dan brutal serta berpenampilan terbalik dengan umumnya band-band glam metal yang ada saat itu.

Mereka tampil tanpa polesan make up dan terlihat lebih 'jantan' sehingga sebagian menyebut musik grup ini sebagai street metal.Tapi, secara umum, GN'R tetaplah band yang berciri sama dengan band hair metal lainnya. Lirik lagu yang mendewakan hedonisme, pesta sepanjang hari dengan ratusan gadis seksi, alkohol, narkoba, dan menolak menjadi dewasa.

Di bagian lain, musik metal dengan aliran lebih keras juga terus mengembangkan sayapnya, yakni dari kubu thrash metal yang dipelopori Motörhead dan Metallica dengan ciri speed gitar yang cepat dan lirik yang terkesan seram dan berbau kematian. Pada jenis inilah nuansa blues telah hilang total.

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="Metallica saat basis Cliff Burton masih ada. (tanakamusic.com)"]

[/caption]

Jenis musik ini ternyata masih dianggap kurang keras. Maka, beranak pinaklah menjadi hate metal, death metal, hingga grindcore. Di antaranya, diwakili Sepultura, Kreator, Testament, Overkill, Megadeth, Napalm Death, Obituary, dan Morbid Angel. Sebagian pengusung jenis musik ini seolah telah mengacuhkan harmonisasi musik dengan suara vokal serak, bahkan bak orang tercekik. Mereka seolah menjadi perwakilan iblis di muka bumi dengan menyuarakan lirik berisi kematian, pembunuhan, meski sesekali meneriakkan kecaman terhadap situasi sosial politik.

Tapi, tak semua grup dari genre musik ini akhirnya bermuara ke disharmonisasi. Bahkan, uniknya, sebagian justru mengawinkan musik mereka dengan jenis musik yang oleh kalangan metal dianggap 'haram', yakni rap. Sebut saja Anthrax yang pada 1984 mengeluarkan single I Am The Man dan Faith No More dengan Epicpada 1990. Termasuk Aerosmith yang pada 1986 berkolaborasi dengan Run DMC membawakan Walk This Way.

Perkawinan ini kemudian melahirkan genre baru yang pada era 1990-an dan awal 2000 disebut hip metal. Genre ini justru pada akhirnya makin mengurangi raungan keras gitar metalnya dan lebih mengarah ke black music alias musik kulit hitam. Sebut saja macam Limp Bizkit, KoЯn, dan Slipknot.Bahkan, Beastie Boys--walaupun tidak mengusung metal--yang pada awalnya masih berwarna rock, pada akhirnya justru mengubah total seluruh jenis musiknya menjadi grup hip hop alias rap tanpa embel-embel rock.

[caption id="" align="alignright" width="256" caption="Musik bernada frustrasi. (drunkenwerewolf.com)"]

[/caption]

Pada era 1990-an juga, era metal mulai meredup. Muncul genre musik alternatif yang memiliki dua kutub. Pada kutub Eropa yang biasa disebut Brit Pop diwakili Oasis, Suede, EMF, dan Stone Roses. Di kutub AS disebut grunge yang diwakili band-band asal Seattle, seperti Nirvana, Pearl Jam, dan Soundgarden. Band-band itu sempat membuat pencinta metal terhenyak, karena mereka tampil dengan gaya berbeda: distorsi gitar berat dan lirik bernada kefrustrasian.

Semakin ke belakang, musik rock seolah semakin jauh dari akarnya. Bahkan, di era 2000-an banyak yang menyebut sebagai era kematian musik rock. Karena relatif stagnan dan tidak berkembang serta mengarah ke industrial yang lebih mengandalkan teknologi digital. Jika boleh disebut, era 2000-an hanya mengembangkan rock menjadi genre emo, dengan ciri khas musik yang melodius, disertai lirik yang ekspresif dan berisi pengakuan. Yang di antaranya diwakili Jimmy Eat World, Dashboard Confessional, dan My Chemical Romance, serta grup-grup 'aneh', seperti Coheed and Cambria dan Panic at the Disco.

Generasi awal musik rock mungkin tak akan pernah menyangka jika perkembangan musik ini akan terlihat sangat jauh meninggalkan akarnya. Musik rock yang awalnya berasal dari musik kulit hitam akhirnya justru identik dengan musik kulit putih meski kemudian sebagaian genrenya kembali mengawinkan rock dengan black music.

Lalu, bagaimana dengan kaum kulit hitam sebagai pemilik asal musik ini? Rupanya kaum Afro Amerika tak begitu menyukai ingar bingar hard rock dan metal yang disukai orang-orang bule. Kaum kulit hitam tetap mempertahankan nuansa blues, namun dengan dimainkan secara lebih ekspresif. Jika kulit putih menciptakan berbagai jenis genre rock, kulit hitam menciptakan sebuah aliran musik baru, yaitu jazz. Berangkat dari jenis musik inilah kemudian berkembang dan melahirkan genre-genre black music seperti swing, funk, R&B, fusion, disko, dan rap. [Habis]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun