"Perasaan baru kemarin Januari 2023, sekarang sudah mau 2024 saja. Ah, Malangnya aku belum jadi apa-apa"
Melodi kenangan bernyanyi riangÂ
saat aku meratapi 365 yang kini hampir usang
terlitas pula berbagai macam bentuk cara untuk berjuang
melewati hari yang seakan memakan tekad seperti buas binatang
Celetuk "malangnya aku belum menjadi apa-apa" selalu mencapai puncak evaluasiÂ
tanpa melirik pamrih usaha sehari-hari yang menjadi-jadi
tidak berdialog terlebih dulu pada ilahiÂ
tanpa basa basiÂ
asal sebut saja, aku ini payah, bagaimana masa depan nanti?
Khawatirku berawal tangis di malam hari
ku rebahankan jasad dengan memeluk angan seolah besok akan terganti
bereinkarnasi
Akhirnya, pagi menyentuh akal sehatku dengan resolusi
siang, bertindak nyata penuh antusias meski hanya membaca satu lembar sejarah patriarki
malam, aku berlapang dada dengan jalan takdir berbeda setiap anak manusia dari sang Pemberi
Kutemui, Kurenungi, kupikirkan kembali
hariku berwarna tidak hanya hitam dan putih, Â ada pelangi
meski didera lebam membirunya kenyataanÂ
dihujani perih luka perpisahan
di caci maki oleh orang dengan kacamata kuda
namun ada sisa hari kemarin aku bisa memberi
bagi diri  yang tidak bermateriÂ
Resolusi sederhana tanpa banyak protes
mengantarkan pada lika-liku jalannya proses
menerima semua persepsi tanpa apatis dan egois
mungkin kah bertemu 2024 yang lebih logis dan idealis?
Mari merayakan segala nikmat dengan terima kasih pada diri
menepuk pundak dengan bangga tanpa ragu orang akan menertawai
Mari menjadiÂ
Mari berkreasi
Mari beresolusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H