Khawatirku berawal tangis di malam hari
ku rebahankan jasad dengan memeluk angan seolah besok akan terganti
bereinkarnasi
Akhirnya, pagi menyentuh akal sehatku dengan resolusi
siang, bertindak nyata penuh antusias meski hanya membaca satu lembar sejarah patriarki
malam, aku berlapang dada dengan jalan takdir berbeda setiap anak manusia dari sang Pemberi
Kutemui, Kurenungi, kupikirkan kembali
hariku berwarna tidak hanya hitam dan putih, Â ada pelangi
meski didera lebam membirunya kenyataanÂ
dihujani perih luka perpisahan
di caci maki oleh orang dengan kacamata kuda
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!