Tentang ini saya jadi ingat ibu di rumah, bagi saya ibu adalah ikon pekerja dengan beragam tugas tambahan. Saking banyaknya tugas tambahan sehingga sulit membedakan mana utama dan mana yang tambahan. Tetapi apa yang terjadi? Beliau gembira saja menjalaninya. Apakah karena diberi upah oleh anak-anak dan suami? Mana pernah ada?
c. Positiv thinking dengan Pimpinan
Ini masih terkait dengan sudut pandang. Meyakini bahwa pemberian tigas tambahan dari pimpinan adalah manisfestasi dari kepercayaan beliau atas kapasitas sumber daya manusia yang kita miliki. Beliau yakin bahwa saya bisa menjalaninya. Mungkin ini yang membuat saya bahagia mengerjakannya.Â
Mungkin situasinya berbeda jika saya menilai dan menterjemahkan pemberian tuga tambahan semata-mata sebagai beban, sebagai bentuk orogansi pimpinan. Maka bisa saja saya tidak bahagia menjalaninya.
Kalau hal-hal diatas adalah rangkaian pengalaman sebagai orang yang menjalani tugas tambahan, maka berikut ini saya berbagai sedikit mengenai peran saya sebagai pihak yang melimpahkan tugas tambahan kepada karyawan.
saya awali dengan hal yang normatif. Secara umum, dalam situasi normal pelimpahan tugas tambahan kepada karyawan didasari oleh tiga hal, yakni:
1. Lembaga atau perusahanan kekurangan sumber daya
Sumber daya dalam hal ini terkait dengan: jumlah karyawan, dan juga kemampuan kemampuan finansial yang terbatas. Karena menambah tenaga kerja atau karyawan akan berdampak pada penambahan pengeluaran keuangan lembaga. Ini dampak turunan yang tak bisa terhindarkan.Â
Maka jalan amannya adalah mengoptimalkan sumber daya manusia yang tersedia. Maka jadilah rangkap tugas sebagai alternatifnya. Dari sisi pembiayaan lebih efisien.
2. Kinerja dari karyawan yang menurut penilaian atasan relevan dengan tugas tambahan yang akan diberikan.
Tidak dipungkiri ada saja karyawan yang multi talent. Bisa dalam banyak hal. Maka rasanya sayang jika lembaga tidak mengoptimalkan sumber daya yang ada.