Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menimbah Hikmah dari Kisah Akidi Tio

4 Agustus 2021   11:16 Diperbarui: 4 Agustus 2021   13:08 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pekan terakhir ini nama Akidi Tio tiba-tiba populer. Berawal dari kisah heroik putri bungsunya, Heriyanti yang katanya menerima wasiat dari sang ayah untuk mendonasikan 2 T untuk kepentingan kemanusiaan, membantu dana penanggulangan Covid-19.

Serimonial penyerahaan simbolik juga tak kalah heboh. Melibatkan tokoh penting di Sumatera Selatan. Gubernur, Kapolda, Danrem serta seorang Guru Besar juga ikut dalam acara ini.

Selepas acara ini dunia maya gempita oleh beragam apresiasi. Banyak yang kagum, terharu dan sebagian ragu-ragu walau tak terungkap lisan. Pantas kagum karena dalam situasi pandemi yang mempengaruhi banyak sendi kehidupan termasuk mencekik perekonomian, tiba-tiba muncul sosok dermawan yang mau berbagi. Nilainya fantastis, 2 T.

Banyak yang berusaha menimba dan mengajak agar apa yang dilakukan oleh Akidi Tio kiranya menjadi inspirasi bagi masyarakat indonesia. Menanggalkan egoisme dan saatnya berpikir untuk kepentingan orang lain. sebuah ajakan yang sangat positif sebenarnya. Karena memang demikian, hal baik pantas diapresiasi dan diikuti.

Beberapa pekan berlalu, ternyata sumbangan 2 T belum kunjung terealisasi. Akidi Tio dan keluarga yang awalnya disorok-sorai, diagung-agungkan bagaikan pahlawan kita menjadi bahan tertawaan, cibiran dan ejekan.

Di layar televisi, di dinding surat kabar dan media sosial lainnya nama Akidi Tio berseleweran tapi kali ini tidak sebagai pahlawan, dermawan tetapi sebagai pesakitan, yang tercabik-cabik hinaan. Mirip seorang raja yang barusan naik tahta tiba-tiba turun tahta lantaran skandal.  Sungguh, situasinya menjadi berbading terbalik.

Semua proses yang terkait dengan hal itu kini masih ditangani pihak kepolisian polda Sumatera Selatan. Pertanyaan dasarnya tetap sama: apakah rencana sumbangan 2 T ini batal? Jika iya, mengapa?

Spekulasi berseleweran, baik yang datang dari ahli maupun mereka yang sekedar ikut-ikutan tanpa disertai landasan pengetahuan dan data memadai. Intinya, sampai saat ini belum ada kepastian terkait dengan kasus ini.

Karena itu, saya juga tidak mau ikutan berspekulasi apalagi mengina Akidi Tio dan keluarganya. Saya hanya ikutan nimbrung  untuk menimba hikmah dari peristiwa ini, yakni:

1. Pentingnya check and recheck (cek and ricek)

Peristiwa ini memberi pembelajaran akan pentingnya chek and ricek sebelum memutuskan sesuatu, atau sebelum mempercayai sesuatu.

Beberapa pihak yang turut menjadi sorotan dalam peristiwa ini adalah tokoh-tokoh penting, diantaranya Kapolda Sumatera Selatan, Gubernur Sumatera Selatan serta seorang dokter keluarga yang merupakan seorang Guru besar. Jabatan dan gelar yang mentereng.

Sejauh yang saya ikuti kritikan bebrapa pihak ditujukan kepada mereka. Kurang hati-hati, kurang kritis. Pendapat-pendapat ini bisa iya juga. Tetapi tidak sepenuhnya benar. Saya meyakini para pihak ini pasti dengan cara tersendiri menyidik kebenaran rencana ini. 

Hanya saja tidak komperhensif.  mereka terlalu cepat percaya. Bisa saja karena mereka sangat berpikiran positif terhadap keluarga Akidi Tio sehingga upaya chek and ricek akhirnya dilakukan kurang mendalam. Apalagi di mata mereka, akidi tio dan keluarganya bukan orang asing. Kepada mereka tentu kita sesalkan, tetapi tidak perlu berlebihan menilai mereka secara negatif.

2. Pertimbangkan akibat hukum yang timbul dari perbuatan

Segala perbuatan dan tindakan selalu berdampak hukum. Juga termasuk perbuatan Heriyanti jika benar nantinya batal merealisasikan rencana donasi ini.

Jika benar pada akhirnya rencana sumbangan ini batal maka kemungkinan Heriyanti dan pihak yaang terlibat di dalamnya akan mendapat akibat hukum dari perbuatan mereka. Pasal tentang penyebaran berita hoaks sedang menanti mereka.

Maka, kepada kita juga mendapat mendapat pelajaran berharga. Agar selalu mempertimbangkan akibat hukum sebelum kita melakukan sesuatu.

3. Rencana solidaritas yang batal tidak lebih jahat dari tindakan koruptor yang mengambil uang rakyat

Sejak diberitakan tentang kemungkinan hoaks rencana donasi 2 T, berseleweran cibiran dan cemoohan terhadap Akidi Tio dan keluarganya. Pantas juga kalau publik kecewa, merasa dibohongin.

Tetapi hemat saya, kalaupun toh dianggap sebagai kejahatan, perbuatan mereka ini tidak lebih besar dari seorang koruptor yang mengambil hak rakyat untuk kepentingan pribadi. 

Kalau mau dialogikan, Akidi dan keluarganya mem-PHP masyarakat indonesia. Mereka memberikan harapan palsu. Sebatas ini. Tetapi kaum koruptor sebaliknya, Merusak Harapan Masayrakat demi kepentingan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun