Mohon tunggu...
Nuryati
Nuryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Bahwa pemanah yang hebat akan bisa menghabisi dengan hanya satu panah,tetapi ide yang diberikan oleh orang bijaksana bahkan bisa menghabisi orang yang belum lahir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Debus dan Zikir Khas Islamisasi Banten

7 Juni 2022   14:05 Diperbarui: 7 Juni 2022   14:12 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap Daerah memiliki budaya dan tradisi yang berbeda salah satunya daerah tempat tinggal saya yaitu provinsi Banten, letak wilayahnya di ujung pulau Jawa Barat. 

Banten memiliki banyak tradisi dan budaya disinilah sejarah peradaban Islam di Nusantara berkembang dengan pesat. Saya akan bahas ditulisan ini tentang Debus dan Zikir Maulud Khas Islamisasi Banten, Apakah kalian tahu apa itu debus? 

Bagaimana asal tradisi debus di daerah Banten? Kemudian, mengapa debus dengan zikir maulud saling berpaduan? Tradisi Daerah saya memang sadis dan bisa dikatakan tradisi saya ini ekstrim padahal, tradisi ini sangat unik.

Debus merupakan pertunjukan seni yang menunjukkan permainan kekebalan pada tubuh. Kata Debus berasal dari "dabus" yang berarti peniti atau paku, permainan ini dilakukan dengan menggunakan senjata tajam dengan keras di gorok (ditikamkan) ke tubuh pemainnya. Di tempat tinggal saya pertunjukan ini biasanya hanya dilakukan di acara tertentu contohnya : Gebyar HUT RI, Hari Santri 22 Oktober dll. 

Pemainnya adalah orang yang sudah mendapatkan latihan dari sanggar silat atau beksi, Pengalaman saya waktu menonton pertunjukan debus sangat melinukan tubuh karena, saat mereka menggorok leher pemain keluar darah dan bisa disambung kembali diluar nalar pikiran saat saya menontonnya lalu, ada yang mengatakan itu sulap dan ada juga yang mengatakan itu hanya mengelabui penonton. 

Saya sempat bingung dari pernyataan mereka yang sangat tidak mempercayai permainan Debus, karena waktu itu saya masih kecil sehingga tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga, pernyataan tersebut saya terima.

Gambar debus memotong lidah

Ciri khas pemain debus di daerah saya menggunakan senjata tajam untuk menunjukkan seni kekebalan pada tubuh, biasanya saya melihat pemain mengenakan peci dan sarung berwarna hitam atau merah, sebelum melakukan atraksi mereka melakukan ritual khusus untuk meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan saya juga melihat mereka tidak menggunakan alas kaki, pemain juga diiringi oleh alunan musik tradisional. 

Menurut saya, Aktraksi debus biasanya dilakukan oleh pemain silat tetapi, tidak semua pemain silat bisa melakukan debus. Pada waktu itu Debus mempunyai fungsi yang sangat penting untuk para prajurit Banten untuk menambah semangat, keyakinan pada kekebalan seorang prajurit saat menghadapi Belanda pada abad ke-enam belas. 

Seiring perubahan zaman fungsi debus pun berbeda yaitu, menandakan adanya kehidupan seni di dalam masyarakat dan menjadi ciri khas kesenian, sebagai sarana hiburan dan pelengkap upacara adat. (Hadiningrat, 1982)

Di daerah saya debus dikatakan permainan mistis, dulu saya berfikir orang yang bisa melakukan hal tersebut memiliki ilmu kekebalan tubuh dengan cara mereka bertapa dan meminta kekuatan kepada jin karena waktu kecil saya sering melihat aktraksi tersebut sehingga banyak pertanyaan di dalam pikiran saya dan bagi saya permainan itu sangat berbahaya dan tidak layak untuk di pertontonkan dan saya berfikir Aktraksi itu harus punah. 

Ternyata, saya tidak menyadari bahwa permainan itu adalah sebuah tradisi yang hanya ada di Nusantara dan seiring berjalannya waktu pemikiran saya terbuka dan mulai menyadari tradisi sangat penting di lestarikan, karena itu merupakan ciri khas di setiap daerah. 

Ketika saya mengetahui asal usul debus menurut saya, permainan ini sangat keren dan saya tidak menyangka bahwa didalam permainan ini mengandung unsur keagamaan islam yang berarti pandangan saya permainan mistis dari jin dan harus bertapa itu salah karena di dalam permainan ini orang harus suci.

Peci dan Sarung

Permainan debus diciptakan pada abad ke-16, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Di dalam sejarah pada abad ke-19, Banten merupakan tempatnya para ulama di Nusantara, 

Pada masa sultan Ageng Tirtayasa banten menuju kejayaanya sebagai Kesultanan Islam. Ulama yang tidak hanya berperan sebagai penyampai ajaran Islam, tetapi harus berhadapan dengan kondisi masyarakat yang berada dalam jajahan Bangsa Belanda juga berhadapan dengan kehidupan masyarakat yang kental dengan tahayul, bid'ah dan khurafat. Kekhasan budaya masyarakat Banten antara lain seni bela diri Pencak Silat, Debus, Rudad,

Umbruk, Tari Saman, Tari topeng, Tari cokek, Dog-dog, Palingtung, dan lojor. (Iwan, 2021)

Salah satu kekhasan budaya Banten yaitu, Debus. Lebih jauh lagi, kesenian ini sudah ada sejak zaman Sultan Agung Tirtayasa. Kemudian, itu telah berkembang dan digunakan untuk meningkatkan semangat masyarakat Banten untuk menghadapi para penjajah.

Debus memiliki unsur-unsur agama yaitu, agama Islam. Kemudian, yang menjadi dasar ilmunya adalah kitab Al Qur'an. Para penyebar agama Islam saat melakukan kegiatan penyebaran agama selalu dibarengi dengan pertunjukkan kesenian terutama kesenian rakyat. Jadi, di dalam proses lslamisasi digunakan berbagai cara agar tercapai tujuannya yaitu mendapat tanggapan dari masyarakat yang pada gilirannya masyarakat tersebut akan memeluk agama Islam. 

Dalam permainan debus juga terdapat syarat yang cukup berat oleh karena itu tidak mudah menjadi seorang kesenian Debus, harus ada keimanan yang kuat terhadap ajaran agama Islam. (Hadiningrat, 1982) Pemain Debus melakukan pengamalan ilmu hikmah yang di mainkan oleh tasawuf dan tarekat yang bersifat supranatural berbagai amalan seperti dzikir, wirid, dan ratib. Ilmu debus Banten berasal dari tarekat Rifaiyyah dan Qadiriyyah. 

Adapun amalan hizib disusun oleh Imam al-Syadzili beliau pendiri tarekat Syadziliyah. (Tim Kemenag RI, 2018) Debus dan dzikir mulud yang dikaitkan dengan seni budaya Islam lokal di Banten.

Di dalam zikir maulud terdapat pembacaan maulid, Tilawatil qur'an, dan ceramah agama. Beda dengan debus yang hanya terikat dalam tarekat yang di sahkan oleh gurunya lewat thariqahthariqah yang sudah diajarkan turun menurun tetapi dengan tujuan yang sama yaitu berzikir kepada allah, hanya saja dengan jalan yang berbeda. Debus dan maulud mempunyai tujuan yang sama yaitu berdzikir kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga, keduanya sangat berpengaruh dalam Islamisasi daerah Banten.

Pada kesimpulan dari yang saya tulis bahwa ada orang yang beranggapan permainan Debus sama dengan sulap, ada juga orang yang ditusuk dengan besi runcing ataupun digorok dengan benda tajam itu sebagai atraksi pemain untuk mengelabui penonton dan ada yang mengatakan bahwa pemain memiliki jiwa mistis dan dibantu jin. 

Padahal, apa yang dilakukan para pemain benar-benar terjadi seperti yang terlihat, tidak mengelabui para penonton, para pemain Debus juga harus memiliki jiwa dan hati yang bersih atau suci. Oleh karena itu, tidak bisa disamakan dengan pertunjukkan sulap di mana segala gerakan yang dilakukan pemain sulap adalah karena kepandaian dan kecepatan gerak. Sedangkan, debus dihubungkan dengan adanya kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kekebalan yang dimiliki oleh pemain Debus adalah karena kekuasaan Tuhan yang telah diberikan kepada manusia bila manusia itu mau mencari dan mempelajari dengan disertai keyakinan akan adanya kekuasaan Tuhan.

Refrensi Buku

Iwan, dkk. 2021. "Studi Kebantenan Dalam Catatan Sejarah". Tangerang: Media Edukasi

Indonesia.

Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. 2018. "Ensiklopedi Islam

Nusantara". Jakarta Pusat: Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.

K. Hadiningrat. 1982. "Kesenian Tradisional Debus". Jakarta: Proyek Media Kebudayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun