Perkembangan teknologi saat ini telah mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk cara manusia dalam memperoleh dan mendapatkan makanan. Era digital yang serba cepat memungkinkan manusia untuk mendapatkan makanan dengan harga yang relatif murah dan cepat. Namun, hal tersebut tidak selalu memberikan dampak yang positif. Makanan yang diperoleh dengan cara cepat umumnya mengandung kadar garam, gula dan lemak yanng tinggi sehingga dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Â Salah satu penyakit yang ditimbulkan dengan prevalensi yang tinggi saat ini adalah penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah secara terus-menerus. Terdapat dua jenis diabetes yang paling umum diketahui yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun, artinya penyakit ini dimulai ketika sistem kekabalan tubuh secara keliru menyerang sel lain di dalam tubuh. Diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap upaya insulin untuk mendorong glukosa ke dalam sel, suatu kondisi yang disebut dengan resistensi insulin (Guyanto, 2024).
Prevalensi diabetes saat ini berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi DM sebesar 10,9%. Sedangkan data dari International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 melaporkan dan menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat ke 6 yang memiliki jumlah prevalensi penderita diabetes melitus yang mencapai 10,3 juta dan hal ini akan terus meningkat jumlahnya setiap tahun (Nurulhuda, 2022). Penyebab dari timbulnya penyakit ini disebabkan karena faktor risiko yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor yang dapat tidak dapat di ubah seperti bertambahnya umur, genetik (keturunan) dan jenis kelamin sedangkan faktor yang dapat diubah adalah pola makan, aktivitas fisik, hipertensi, dan diet yang tidak sehat (Hasibuan, Dur, & Husein, 2022). Perkembangan teknologi dapat membuat seseorang mengalami perubahan pada gaya hidup khususnya pada pola dan konsumsi makanan yang tidak sehat. Dalam hal ini meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula serta konsumsi makananan yang mengandung banyak karbohidrat yang membuat seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit diabetes (Choirunnisa, Fitriyah, & Herdiani, 2022).
Nasi sebagai makanan pokok merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai sumber energi utama untuk mendukung aktivitas fisik sehari-hari. Karbohidrat yang dikonsumsi tersebut di dalam tubuh akan diubah menjadi gula. Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat yang berlebihan dapat menganggu keseimbangan kadar gula darah di dalam tubuh hingga dapat sehingga menyebabkan insulin dalam tubuh bekerja ekstra hingga kinerjanya dapat berkurang menyebabkan penumpukan gula yang tidak diperlukan oleh tubuh. Jika kondisi ini terus berlanjut maka dapat menyebabkan gangguan pada kinerja insulin bahkan dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga membuat seseorang menderita penyakit diabetes melitus. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan salah satunya dengan pengaturan diet makanan rendah karbohidrat dengan diet yang tepat tubuh dapat memenuhi kebutuhan makanan, mencegah komplikasi, dan mengatur kadar gula darah normal (Widyasari, Fitri, & Putri, 2022).
Diet rendah karbohidrat adalah suatu pengaturan pola makan di mana asupan karbohidrat pada makanan seperti nasi, pasta, mie, roti dan makanan sumber karbohidrat tinggi lainnya harus dibatasi jumlahnya dalam menu sehari-hari. Salah satu jenis dari diet rendah karbohidrat yang dapat dilakukan adalah diet Atkins. Diet Atkins adalah salah satu jenis diet yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi asupan karbohidrat tetapi meningkatkan konsumsi dari protein dan lemak sehat seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan produk susu rendah lemak (Aliyah, Qurrotul'aini, Nurrohman, & Rosa, 2024). Selain menerapkan diet perlu dilakukan juga bersamaan dengan aktivitas fisik seperti berolahraga. Kepatuhan dalam menjalankan hal ini dapat memiliki pengaruh dalam perbaikan kadar glukosa dalam darah, serta dapat mencegah adanya kadar gula dalam darah yang naik dan turun secara drastis, serta mencegah terjadi kelemahan (Hastiti, Muzaenah, & Khasanah, 2023).
Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat atau kalori pada penderita diabetes dinilai sebagai strategi yang efektif dalam manajemen diabetes yang menunjukkan hasil berupa penurunan berat badan dan glukosa darah selain itu terjadi peningkatan terhadap profil lipid, stabilitas glukosa darah, dan pengurangan kebutuhan obat diabetes (Saki & et al., 2023).
Untuk menangkal meningkatnya prevalensi diabetes tipe 2, sangat penting bagi kita untuk mengadopsi pendekatan komprehensif untuk mengobati penyakit ini. Diet rendah karbohidrat terbukti merupakan strategi efektif yang berkontribusi pada penurunan berat badan dan peningkatan profil lipid. Juga menurunkan kadar glukosa darah. Penerita diabetes dapat mengurangi ketergantungan pada obat-obatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan dengan meminimalkan asupan karbohidrat dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Selain mengikuti diet, penting untuk memasukkan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari. Olahraga memiliki potensi untuk meningkatkan respons insulin dan membantu mengurangi kadar gula darah dengan cara yang sehat. Menggabungkan diet sehat dengan gaya hidup aktif dapat membantu penderita diabetes mengelola kondisi mereka lebih efektif dan mencegah komplikasi yang lebih serius di kemudian hari.
References
Aliyah, N. I., Qurrotul'aini, N., Nurrohman, W., & Rosa, Y. B. (2024). Mengetahui Tingkat Pengetahuan dan kesadaran Generasi Z dalam Menerapkan Diet Rendah Karbohidrat. Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Gizi , 101-102.
Arfian, Arasyid, F. F., & Panjaitan, J. A. (2024). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kesehatan Mental Karyawan Di PT X. HUMANITIS: Jurnal Humaniora, Sosial dan Bisnis, 641.
Arsini, Y., Azzahra, H., Tarigan, K. S., & Azhari, I. (2023). Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Mudabbir, 50-51.
Choirunnisa, Fitriyah, N., & Herdiani, N. (2022). Konsumsi Gula dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Diabetes Melitus di Puskesmas Gading Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan , 468.
Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental . Pamekasan: Duta Media Publishing.
Guyanto, M. (2024, Februari 2). Mari Kenali Diabetes Melitus. Diambil kembali dari Kemenkes: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3175/mari-kenali-diabetes-melitus
Hasibuan, N. K., Dur, S., & Husein, I. (2022). Faktor Penyebab Penyakit Diabetes Melitus dengan Metode Regresi Logistik. G-Tech : Jurnal Teknologi Terapan, 258.
Hastiti, W., Muzaenah, T., & Khasanah, N. (2023). Pengaruh Senam Diabetes Dan Diet Karbohidrat Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan , 135.
Nurulhuda, R. L. (2022, Desember 15). Diet bagi Penderita Penyakit Diabetes. Diambil kembali dari Kemenkes: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1936/
Saki, V. Y., & et al. (2023). Perbandingan Efektivitas Terapi Metformin dan Diet Rendah Lemak/Kalori Terhadap Pasien DM Tipe II: Literature Review. Jurnal Kesehatan Tambusai, 1289.
Widyasari, R., Fitri, Y., & Putri, C. A. (2022). Hubungan Asupan Karbohidrat Dan Lemak Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 1687-1691.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H