Teori psikososial menjelaskan perubahan dalam pemahaman diri, hubungan sosial, dan proses mental yang mendukung hubungan antara seseorang dan dunia sosialnya, dari bayi hingga kehidupan dewasa.Â
Erik Erikson adalah seorang psikolog yang mengembangkan salah satu teori perkembangan psikososial yang paling populer dan berpengaruh. Ia tertarik pada bagaimana interaksi dan hubungan sosial berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia.Mari kita lihat lebih dekat latar belakang dan tahapan berbeda yang membentuk teori psikososial menurut Erik Erikson yang telah rangkum berikut penjelasannya:Â
1. Tahap 1: Trust vs. Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan.Â
Tahap pertama dari teori perkembangan psikososial Erikson terjadi saat anak lahir hingga usia 1 tahun, dan merupakan tahap paling mendasar dalam kehidupan. Mengembangkan kepercayaan didasari pada ketergantungan dan kualitas pengasuhan orangtua. Pada titik perkembangan ini, anak sangat bergantung pada pengasuh (orangtua) untuk semua yang ia butuhkan dalam bertahan hidup termasuk makanan, cinta, kehangatan, keamanan, dan pengasuhan.Jika pengasuh gagal memberikan perawatan dan cinta yang memadai, anak akan merasa bahwa ia tidak dapat mempercayai atau bergantung pada pengasuhnya selama hidup.Sebaliknya, jika seorang anak berhasil mengembangkan kepercayaan, ia akan merasa aman dan tenteram di dunia.Selama tahap pertama perkembangan
Tahap 2: Autonomy vs. Shame and Doubt (Kemandirian vs. Malu dan Keraguan)
Tahap kedua dari teori perkembangan psikososial Erikson, berlangsung selama masa kanak-kanak awal dan difokuskan pada anak-anak yang mengembangkan rasa kontrol pribadi yang lebih besar. Ada dua tahap yang difokuskan oleh Erikson, yaitu:Â
* Peran kemandirian
 Pada titik perkembangan ini, anak-anak baru mulai mendapatkan sedikit kemandirian. Dengan membiarkan balita membuat pilihan dan mendapatkan kendali, Mama dapat membantu anak mengembangkan rasa otonomi.Potty training Tema penting dari tahap ini adalah bahwa anak-anak perlu mengembangkan rasa kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan rasa kemandirian.Â
* Potty trainingÂ
memainkan peran penting dalam membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi ini.
3. Tahap 3: Initiative vs. Guilt (Inisiatif vs. Rasa Bersalah)