Ketika yang eksis itu adalah pikiran dari hasil konstruksi subjek, maka benak atau persepsi jiwa menangkap bahwa yang eksis itu ada kemendasaran karena pada hakikatnya realitas tidak memiliki embel-embel tapi karena konstruksi Subjek Yang hanya sekedar interpretasi (Pemaknaan) maka subjek tidak akan memahami kemendasaran wujud. Wujud di sini adalah sesuatu yang ada secara universal secara subtansi, Subtansi atau Hakikat dalam arti Realitas yang menjelma.Â
Ketika Hakikat dikatakan sesuatu yang fundamental dalam upaya untuk memahami yang menjelma di Realitas. Maka hal demikian subjek memerlukan metodologi untuk mendudukkan apa itu Hakikat yang menjelma, apakah pikiran menangkap ? Atau jiwa yang menangkap eksistensi tersebut ?
Maka ketika konsep Fitra di kaitkan dengan persepsi akal, ia sebagai ruang spiritual untuk mengaktualisasikan kefitraanya dengan jalan pengetahuan, ke-estetikaan, Â keadilan, kebaikan, kebenaran, dan penghambaan. Lalu bagaimana memahami konsep tersebut ketika persepsi dan pemahaman tidak berkorespondensi dengan realitas (Kesesuaian ide dengan Realitas) ?
Penulis:Isra
01 Januari 2025
Editor: WahidÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H