Mohon tunggu...
Muhammad Nur Wahid Abdulloh
Muhammad Nur Wahid Abdulloh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pembicara Nasional/Penulis/Penikmat

Dilahirkan pada tanggal 02 Oktober 1987 pada hari jumat pahing di Desa Parsih, Kecamatan Socah, kabupaten Bangkalan yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang hingga sekarang berdomisili di Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Beberapa karya tulis yang pernah dibuat dan dimuat dalam media selama menjadi mahasiswa, antara lain: (1) Resensi Buku bertajuk Lingkungan Hidup dimuat dalam media Simpul Demokrasi Averroes Community Kota Malang Tahun 2010. (2) Puisi berjudul ALIF dimuat dalam Majalah Komunikasi UM Tahun 2009. (3) Beberapa Prosa dimuat dalam Buku Antologi Prosa PMII Komisariat Sunan Kalijaga Cabang Kota Malang Rayon Al-Maturidi Tahun 2011. Sekarang penulis aktif di Muhammadiyah Bangkalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gaduh "Full Day School" Menjawab Keresahan Masyarakat

13 Juni 2017   10:17 Diperbarui: 13 Juni 2017   10:29 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring akan memasukinya Tahun Pelajaran Baru 2017-2018 dari jenjang SD hingga SMA pada 17 Juli 2017 mendatang dan di tengah-tengah masyarakat muslim masih menjalani ibadah Ramadan, Indonesia digaduhkan kembali dng Full Day School (Red. FDS). Pasalnya, MenDikBud Muhadjir Effendy, selain sudah menggulirkan wacana FDS tapi juga akan merampungkan PerMen FDS sepekan kedepan pada bulan Juni ini. 

Seperti biasa, kegaduhan itu berisi Pro dan Kontra tentang FDS, meliputi; 1. Bagi yg kontra, memandang FDS hanya cocok di masyarakat perkotaan yg orangtuanya merasa nyaman dan tak terganggu bila anaknya berada di Sekolah sehari penuh. Selain itu, FDS mengganggu keberadaan Madarasah-Madarasah Ibtidaiyah (Red. MI) yg sudah ada, karena MI-2 tersebut akan kehilangan perannya serta FDS memisahkan anak-anak dari dunia nyata dan jauh dari kasih sayang kedua orangtuanya. Betulkah?. 2. Sedangkan bagi yg Pro, memandang bahwa FDS adalah salah satu cara memperkuat pendidikan karakter, bahkan membentengi anak dari segala bentuk sikap negatif di kehidupan nyata, seperti; main gadget hampir sehari suntuk tanpa pengawasan dan pergaulan-pergaulan sosial anak-anak yg sudah terkikis bahkan tercerabut dari akar budaya-bangsa ini. Betul juga kah?.

Pandangan pertama terkait yg Kontra FDS muncul dari kalangan politisi maupun akademisi bahkan praktisi pendidikan yg berafiliasi pada faksi partai maupun politik tertentu bahkan ormas tertentu pula yg menolak keberadaan FDS. Hal itu bisa kita jumpai di berbagai Media Sosial, seperti; Twitter, dll... maupun situs-situs lainnya. Sedangkan pandangan kedua yg Pro FDS tentu selain karena pemerintah yg mengulirkan program juga datang dari kalangan masyarakat yg berpikir untuk turut serta dalam mensukseskan program pemerintah yg sudah diamanatkan dalam UUD 45.

Tidak ada yg salah dalam kedua pandangan tersebut, bahkan tidak ada yg perlu dipermasalahakan juga soal siapa atau dari kalangan mana yg mempermasalahkan kebijakan FDS, krn kedua hal itu memang tidak perlu untuk dipermasalahkan apalagi diperdebatkan, yg perlu kita lakukan adalah menjawab keresahan masyarakat. Untuk menjawabnya, berikut ada kisah menarik nan inspiratif dari suatu sekolah di daerah yg sudah menerapkan FDS.

Tepatnya di Kab. Bangkalan. Yaaa, ini suatu Kabupaten yg sudah banyak sekolah-2 negerinya & MI-2 nya yg sudah berjalan sejak lama. Namun, pada Tahun 2011 ada yg baru dng wajah pendidikan Bangkalan. Apa wajah baru itu?, yaitu lahirnya suatu sekolah tingkat dasar (Red. SD) yg digawangi oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bangkalan (Red. PCM) yg bernama SD Muhammadiyah 1 Bangkalan. Satu-2 nya sekolah pelopor penerapan FDS di Bangkalan.

Sejak sekolah itu berdiri, respon masyarakat Bangkalan sangat fariatif, dan diluar dugaan, masyarakat Bangkalan sangat mengaprisiasi yg ditunjukkan dng banyaknya orangtua anak-2 masyarakat Bangkalan yg daftar mau masuk untuk bersekolah di FDS, bahkan anak-2 tersebut datang dari luar Kecamatan Bangkalan. Hal tersebut bisa dilihat dalam penjabaran grafik PPDB berikut yg tiap Tahun selalu meningkat positif.

Sebagai generasi pertama, pada Tahun 2011, terdapat 10 anak yg terjaring masuk sebagai siswa di FDS ini. Pada Tahun berikutnya, yaitu 2012, yg daftar masuk sebagai siswa FDS bertambah menjadi 22 anak. Memasuki Tahun 2013, FDS ini bisa dibilang dapat suprise, krn banyaknya antusias masyarakat Bangkalan yg turut serta untuk mendaftarkan anak-2nya masuk ke Full Day hingga mau tidak mau, sekolah ini harus membuka dua kelas dng jumlah siswa yg terjaring sebanyak 50 anak. Tahun berikutnya pun (2014) bertambah banyak lagi jumlah siswa yg daftar walau tidak begitu signifikan, tapi ttp dibuka dua kelas, yaitu sebanyak 60 anak dan itu masih berjalan stabil hingga Tahun 2016. Berbeda hal nya dalam Tahun 2017, lagi-2 suprise yg kedua ini untuk FDS benar-2 begitu mengejutkan krn siswa yg daftar dan terjaring masuk mencapai 80 anak, akhirnya secara paksa sekolah tersebut harus mebuka 3 kelas. Sungguh sebuah pencapaian peningkatan yg Luar biasa, bukan!

Selain itu, penerapan berjalannya FDS itu sendiri memberikan pelayanan fasilitas program dan hasil yg memuaskan bagi masyarakat Bangkalan. layanan fasilitas program tersebut, meliputi; 1. Penguatan karakter keagamaan, malalui; a) Salat Dhuha berjamaah, b) Ngaji Morning dan hafalan juz 30 serta ayat-2 maupun hadist-2 pilihan disertai dng Doa-2 harian, c) Salat Dhuhur berjamaah, d) TPA, dan e) Salat Asar berjamaah untuk kelas 3 s/d 6.

2. Penguatan karakter kebangsaan, melalui; a) Menyanyikan lagu-2 kebangsaan sebelum pelajaran dimulai, b) Upacara bendera, dan c) Merayakan PHBN. 3. Penguatan karakter kepemimpinan dan kecakapan hidup dalam pergaulan sosial, melalui; a) outingclass, b) outbound, dan c) Kunjungan belajar ke lembaga-2 pemerintahan maupun swasta.

Tidak heran kemudian, dari program-2 tersebut, membuat anak-2 senang dan nyaman menghabiskan waktu berlama-lama di Sekolah, bahkan tumbuh kembang jiwa anak-2 pun, bila dilihat dari psikologi perkembangan anak didik maupun dilihat dari psikologi pendidikan itu sangat selaras krn tidak menghilangkan dunia anak. 

Anak tetap dapat bermain dan belajar yg dijalani secara bersamaan, bahkan anak tidak sadar kalo dia bermain sebenarnya sedang belajar. Itu lah yg membuat para orangtua/masyarakat Bangkalan berterimakasih haru penuh bangga nan bahagia melihat itu semua. Lebih-2 saat anak-2 seusia itu sudah mampu mengaktualisasikan apa yg ia dapat dari sekolah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti; 1. Saat adzan subuh berkumandang, anak-2 itu turut membangunkan kedua orangtuanya bila masih belum bangun, ini sangat mengharukan, krn itu yg melakukan adalah anak, harusnya kan orangtua yg membimbing, ini malah anak yg membimbing orangtua, lagian orangtua mana yg mau marah-2 saat diabngunkan salat subuh oleh anaknya sendiri, 2. Saat salat Maghrib atau Isya' berjamaah dirumah sendiri, dan sang Bapak masih menjalani dinas dan anak itu bilang Kpd Ibunya, Ibu, nanti salat Isya'nya saya yg jadi Imam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun