Mohon tunggu...
Muhammad Nur Wahid Abdulloh
Muhammad Nur Wahid Abdulloh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pembicara Nasional/Penulis/Penikmat

Dilahirkan pada tanggal 02 Oktober 1987 pada hari jumat pahing di Desa Parsih, Kecamatan Socah, kabupaten Bangkalan yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang hingga sekarang berdomisili di Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Beberapa karya tulis yang pernah dibuat dan dimuat dalam media selama menjadi mahasiswa, antara lain: (1) Resensi Buku bertajuk Lingkungan Hidup dimuat dalam media Simpul Demokrasi Averroes Community Kota Malang Tahun 2010. (2) Puisi berjudul ALIF dimuat dalam Majalah Komunikasi UM Tahun 2009. (3) Beberapa Prosa dimuat dalam Buku Antologi Prosa PMII Komisariat Sunan Kalijaga Cabang Kota Malang Rayon Al-Maturidi Tahun 2011. Sekarang penulis aktif di Muhammadiyah Bangkalan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Refo”?“Masi

4 Oktober 2013   02:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

R merupakan ruang
Sebagai tempat pergerakan dalam menunjukkan kebenaran
Dengan berbagai kumpulan elemen

E wujud elemen
Dalam mengeleminasi ideologi kenegaraan bahkan agama

Mulai dari
Marxis
Sosialis
Komunis
Fundamentalis
Liberalis
Vandalis
Fasis

Hingga ada satu dari keberagaman elemen yang terjiwa
Pancasila

F sebagai wadah
Dari hal yang terjiwa dalam melangsungkan hubungan
Diplomasi dan politik luar agama

O siometika dari tanda ke heranan
Bahwa hal itu ada dan terjadi diatas tarian perut manusia
Bahkan demi menggapai kenikmatan dan kesenggsaraan hidup
Untuk memenuhi perbudakan
Hal itu masuk dalam lubang vagina demonstran

M seperti halnya malaikat dan manusia
Hanya mampu menilai dan menjustice

Itu benar

Kamu salah

Dia tersangka

A menjadi hal dari peristirahatan yang telah melelahkan dan tak kunjung hilang
Padahal perjuangan belum selasai
Namun dimanakah para kawan yang telah menjadi hewan
Kini siap saji dalam panci birokrasi

S taushiah para ‘alim ulam’
Padahal itu hanya makin membuat keadaan carut dan marut
Ketika dibilang sabarlah
Sabarku lebih baik anarkisku untuk menumbangkan penjilatmu pada politisi

I wujud menjijikan
Tidak ada rasa ta’dim pada assabiquunalawwalun negara ini
Lagu kebangsaan sengaja dalam sidang paripurna DPR untuk tidak dikumandangkan

REFO”?”MASI

Ya……….

“?” adalah R

R yang melahirkan makna ragu memenuhi tuntutan masyarakat
Lebih baik memenuhi tuntutan oposisi partai
Karena dengan hal itu kabinet bersama ini akan aman
Aman dari gosip
Padahal masyarakat tidak buta dan itu bukan gosip
Tapi memang suatu ketidak sanggupan

Dan

Dari R

Menjadi REFORMASI
Reformasi yang menerima warisan orde Baru
Reformasi yang masi dalam pengawalan militer
Reformasi tanpa reformasi

Enyalah REFO”?”MASI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun