Yogyakarta yang juga dikenal dengan sebutan Jogja memiliki banyak sumber daya alam yang menjadi tujuan wisata. Mulai dari kawasan pantai, kebun buah, dataran tinggi hingga hutan yang ada di Jogja selalu menarik untuk dikunjungi. Tidak terhitung lagi berapa jumlah tempat wisata alam di Jogja dengan panorama indah yang memanjakan mata.
Jogja terkenal bukan hanya karena keajaiban alamnya. Daerah istimewa tersebut juga menyediakan berbagai wisata budaya yang terkenal dengan sentuhan tradisional Jawa yang masih sangat kental. Museum dan kampung batik, serta keraton Jogja, merupakan tempat wisata budaya yang populer di seluruh nusantara. Keanekaragaman ini menunjukkan bahwa Jogja adalah objek wisata yang lengkap.
Wisatawan yang berkunjung ke Jogja tidak boleh merasa puas dulu. Pasalnya Jogja memiliki pasar-pasar terkenal sebagai destinasi wisata sekaligus belanja yang akan menyempurnakan perjalanan liburan. Ketika liburan ke Jogjakarta, Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan.
Pasar Beringharjo berlokasi di jantung kota Yogyakarta tepatnya di Jalan Pabringan No. 1 di Ujung Selatan Jalan Malioboro dan berdekatan dengan Benteng Vredeburg serta Taman Budaya. Tak heran karena lokasinya yang strategis pasar Beringharjo jauh dari kata sepi.
Nama Pasar Beringharjo memiliki arti yang sangat filosofis. Menurut laman Cagar Budaya Kemendikbud, nama Beringharjo berasal dari kata Bering yang berarti hutan, dan Harjo atau kesejahteraan. Nama ini memiliki arti wilayah yang sebelumnya hutan diharapkan dapat memberikan kesejahteraan. Nama Beringharjo dinilai tepat karena lokasi pasar tersebut merupakan bekas hutan beringin. Nah, pohon beringin adalah lambang kebesaran serta lambang pengayoman bagi banyak orang.
Beringharjo ternyata juga menyimpan nilai filosofis tinggi selain histori panjangnya yang telah melewati tiga fase masa kerajaan, kolonial, dan kemerdekaan. Proses pembangunan pasar ini termasuk dalam rancangan Catur Tunggal penataan keraton bersama dengan keraton, alun-alun, dan masjid agung.
Bentuk bangunannya sendiri merupakan perpaduan antara gaya kolonial Belanda dan arsitektur Jawa yang bisa terlihat dari pintu masuk utamanya. Pada gerbang masuk pasar ini terdapat tulisan Pasar Beringharjo dalam aksara jawa dan huruf latin di bagian atasnya.
Gerbang masuk tersebut menghadap ke arah barat tepat ke Jalan Malioboro dan memiliki dua buah ruangan di kiri dan kanan lorongnya. Ruangan tersebut kini digunakan sebagai kantor bagi pengelola pasar dan pusat informasi wisatawan yang datang berkunjung.
Pasar di Jalan Malioboro ini memiliki dua bangunan utama satu di sebelah barat dan lainnya di bagian timur.Â
Bangunan di sebelah barat terdiri dari dua lantai sedangkan pada bangunan di sebelah timur terdapat tiga lantai.Masing-masing lantai tersebut menawarkan berbagai macam barang mulai dari batik, jajanan, rempah, kebutuhan pokok, souvenir, hingga barang antik.
Pasar Beringharjo sangat besar dengan luas mencapai 2.5 hektar, ada yang bagian barat dan ada bagian timur. Kalau dibagi lagi ada bagian barat, tengah, dan timur. Untuk bagian barat ketika masuk kita langsung bisa melihat bagaimana suasana dari jualan batik-batik dan daster-daster yang bermacam-macam serta banyak jenisnya. Ada daster, ada kaos, ada celana, ada kemeja dan lain sebagainya. Jadi barang-barang batik yang ada di Pasar Beringharjo tidak kalah dengan butik-butik terkenal. "Batik-batik di sini kualitasnya bagus, enggak kalah pokoknya sama butik langganan saya," ucap Rini, seorang pengunjung yang berasal dari Jakarta.
Beringharjo adalah tempat terbaik untuk membeli batik karena memiliki banyak koleksi batik. Pasar ini menawarkan segalanya mulai dari tekstil batik hingga pakaian jadi, dari katun hingga sutra, dengan harga mulai dari puluhan ribu hingga jutaan. Koleksi tekstil batik dapat dilihat di sudut utara kios pasar. Sedangkan koleksi pakaian batik tersedia hampir di setiap toko barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat menjual pakaian surjan, blangkon, serta sarung tenun dan batik. Sandal dan dompet dengan harga murah dapat dibeli di ujung barat eskalator pasar.
Pasar Beringharjo ini sudah sebagai tempat jual-beli sejak tahun 1758. Sudah beratus-ratus tahun Pasar Beringharjo ini dijadikan sebagai tempat jual beli. Tentu saja Pasar Beringharjo sebenarnya tidak hanya menjual batik saja.
Jangan kaget jika mencium aroma jamu saat berjalan ke lantai dua pasar timur. Tempat tersebut menjual bumbu dan rempah tradisional Jawa. Komponen jamu, seperti kunyit yang sering digunakan untuk membuat kunyit asam, dan temulawak yang digunakan untuk membuat jamu pahit. Rempah-rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk coklat pada cappucino). "Selalu beli bahan jamu di sini karena bervariasi dan harganya terjangkau," kata Dani, salah seorang pengunjung yang sedang asik memilih rempah-rempah.
Di Pasar Beringharjo terdapat juga beberapa jenis produk kerajinan unik yang bisa digunakan untuk mempercantik rumah . Deretan stan yang menjajakan barang-barang etnik yang menawan bisa ditemukan di lantai tiga di belakang bangunan pasar. Ada berbagai macam anyaman dengan bentuk menarik yang terbuat dari rotan dan bahan lainnya. Kios-kios ini menyediakan berbagai hal unik serta komoditas dengan harga yang wajar. Harga tote bag misalnya hanya sekitar Rp7.500,00 saja.
Pasar Beringharjo buka mulai dari jam 05.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB setiap hari kecuali saat hari Selasa Wage. Meski pasar resmi tutup pukul 17.00 WIB, tetapi dinamika pedagang tidak berhenti pada jam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H