Menurut majalah Time, 47 persen milenial sudah menjadi orangtua, memiliki rumah, menyelesaikan kuliah, dan meniti karirnya. Sedangkan generasi Z dengan jumlah 72,8 juta mulai memasuki dunia kerja dan perusahaan. Generasi Z ini adalah generasi baru. Ia mulai menyerbu dunia kerja. Seperti apakah generasi Z ini? Ini dia tujuh karakter generasi Z yang luar biasa!
Pertama, figital. Ketika lahir, generasi Z melihat dunia dengan segala kemajuan teknologinya. Generasi Z hidup di dunia baru dimana kemajuan teknologi sangat pesat. Penghalang antara fisik dan digital sudah dihilangkan. Itulah figital. Generasi Z akan hadir di lingkungan kerja dengan hal-hal yang baru di mana tidak pernah terjadi pada generasi sebelumnya. Skype, Line, Whatsapp misalnya. Mereka menganggap bahwa penerapan digital sebagai solusi dalam meningkatkan budaya organisasi. Meskipun serba figital, tapi jangan meremehkan nilai dan etika para generasi Z karena hampir sebagian besar generasi Z menyukai atasan atau rekan kerja dengan tatap muka secara langsung. Bahkan 91 persen generasi Z mengatakan bahwa kecanggihan teknologi suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap penilaian mereka untuk mau bekerja pada perusahaan tersebut.
Yang kedua, hiperkustomisasi. Generasi Z selalu berusaha untuk menyesuaikan identitas mereka dan melakukan kustomisasi atau penyesuaian agar dikenal dunia. Kemampuan generasi Z untuk mengkustomisasi segala sesuatu menimbulkan ekspektasi bahwa perilaku dan keinginan mereka sudah sangat akrab untuk dapat dipahami. Nama jabatan dan jalur karir salah satunya. Hal ini memunculkan tekanan yang cukup sulit bagi dunia kerja yang notabene terfokus untuk bersikap adil dan memberikan perlakuan yang sama bagi semua orang.
Ketiga, realistis. Generasi Z sudah mengalami masa krisis berat sejak dini, di mana hal ini membentuk pola pikir pragmatis dalam merencanakan dan mempersiapkan masa depan. Dalam lingkungan kerja, hal ini menciptakan kesenjangan yang cukup lebar antara milenial yang idealis duduk sebagai manajer garis depan dengan sifat tersebut. Lebih baik selalu bersikap realistis terhadap apa saja yang perlu dilakukan oleh generasi Z untuk bertahan atau bahkan terus maju.
Keempat adalah FOMO. Mungkin tidak asing lagi bagi kita mendengar istilah ini. Bangun tidur langsung cek HP untuk simak update terkini misalnya. Generasi Z termasuk orang yang sangat takut ketinggalan informasi. Generasi Z selalu menjadi yang terdepan dalam tren dan kompetisi. Namun kabar buruknya, generasi Z selalu khawatir jika mereka bergerak kurang cepat dan tidak menuju arah yang benar. Dunia kerja akan tertantang oleh generasi Z yang selalu ingin memastikan mereka tidak ketinggalan, sehingga manfaatkan kemampuan generasi Z dalam mengambil resiko di lingkungan kerja.
Karakter generasi Z berikutnya adalah weconomist. Gojek hingga Airbnb sebagai salah satu contoh bahwa generasi Z hanya mengenal dunia dengan ekonomi berbagi. Gen Z menekan kantor untuk memilah bagian-bagian internal dan eksternal guna mendayagunakan perusahaan dengan cara-cara baru yang praktis dan hemat biaya. Gen Z mendayagunakan kekuatan dalam peran mereka sebagai filantropis. Gen Z juga berharap kemitraan dengan atasan untuk memperbaiki hal-hal yang tidak beres yang mereka lihat di dunia. Sebanyak 93 persen Gen Z memutuskan untuk memilih perusahaan yang memiliki kontribusi terhadap masyarakat.
Karakter Gen Z yang keenam adalah D.I.Y. Mungkin sebagian dari kita juga percaya dengan do it by yourself atau lakukan diri sendiri. Lakukan sendiri dapat mempermudah segala urusan kita lebih cepat dan lebih baik. Sama halnya dengan Gen Z yang tumbuh dengan dunia Internet khususnya YouTube yang dapat mengajari mereka melakukan apa saja dan generasi Z sangat mandiri akan berbenturan dengan budaya kolektif yang sebelumnya diperjuangkan oleh generasi milenial. Gen Z percaya dengan pernyataan jika ingin melakukannya dengan benar, lakukanlah sendiri. Apakah kamu juga seperti itu?
Nah karakter generasi Z yang terakhir atau yang ke 7 adalah terpacu. Gen Z meyakini adanya pemenang dan pecundang. Gen Z siap dan giat dalam berkompetisi dan ini tidak dimiliki generasi terdahulu. Perusahaan mengalami tekanan untuk meyakinkan Gen Z bahwa mereka adalah tim juara. Sejumlah 72 persen menyatakan bahwa mereka kompetitif terhadap orang yang melakukan pekerjaan yang sama.
Itulah beberapa karakter generasi Z yang kita bahas. Semoga generasi Z bisa menjadi generasi yang hebat serta membawa sejuta perubahan yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H