Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberian MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) secara tepat menjadi salah satu alasan mahasiswa KKN Pulang Kampung Sidoarjo Universitas Negeri Malang (UM) Tahun 2021, untuk mengadakan kegiatan edukasi MPASI yang berkolaborasi dengan posyandu. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Juni 2021 yang berlokasi di Balai Desa Tlasih, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Sasaran kegiatan ini, yaitu masyarakat Desa Tlasih khususnya ibu-ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan.
Dalam kegiatan edukasi MPASI, mahasiswa KKN memberikan materi mengenai MPASI, dan dampak pemberian MPASI yang tidak tepat. Pengertian dari MPASI sendiri, yaitu makanan atau minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi selama periode penyapihan (complementary feeding) yaitu pada saat makanan atau minuman lain diberikan bersama pemberian ASI (WHO)(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2014).
Makanan Pendamping ASI (MPASI) perlu diberikan tepat waktu. Bila dilakukan terlalu cepat maupun lambat, keduanya dapat menimbulkan dampak yang buruk. Dalam pemberian MPASI terlalu dini dapat mengakibatkan:
- Diare atau susah BAB.
- Sebelum enam bulan fungsi saluran pencernaan bayi belum siap atau mampu mengolah makanan. Ketika ada makanan masuk, maka saluran pencernaannya akan mengalami gangguan yang ditandai dengan diare atau susah BAB.
- Obesitas.
- Ketika bayi lebih dini diperkenalkan pada MPASI, selanjutnya bisa jadi bayi memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan tubuhnya. Bayi akan terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan. Inilah yang membuat bayi berisiko menjadi gemuk atau obesitas.
- Alergi makanan.
- Sel-sel di sekitar usus pada bayi berusia di bawah enam bulan belum siap untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang dikonsumsinya. Alhasil, makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga dapat terjadi alergi akibat makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya, bayi yang diberikan MPASI setelah enam bulan risiko mengalami alergi akibat makanan lebih rendah.
Sedangkan, bila terlambat dalam memberikan MPASI dapat menimbulkan serangkaian dampak negatif bagi kesehatan. Berikut di antaranya:
- Kekurangan nutrisi.
- Di usia enam bulan ke atas, ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi, sehingga harus ditunjang dengan MPASI. Bila pemberiannya terlambat, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang. Salah satunya gagal tumbuh yang berisiko menyebabkan stunting atau anak pendek. Selain itu dikhawatirkan pula terjadi kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan terjadinya anemia yang berdampak pada kemampuan konsentrasi atau kemampuan belajarnya.
- Kemampuan oromotor kurang terstimulasi.
- Oromotor dapat distimulasi dengan mengenalkan MPASI dengan berbagai tekstur atau konsistensi, rasa, dan suhu.
Dalam situasi ini, ibu kadang mendapati bayi ASI eksklusif menolak makanan padat karena terbiasa minum ASI. Untuk kasus ini, Ibu bisa mencampurkan ASI ke makanannya sehingga ia masih merasakan ASI. Lalu, berapa kali ibu harus memberikan MPASI untuk bayi ibu ? Pada permulaan, ibu bisa memberikan MPASI sekali sehari. Pada usia 6 sampai 7 bulan, ibu bisa memberikan dua kali sehari dan sekitar usia 8 bulan bayi harus makan tiga kali sehari. Dalam pemberian MPASI terdapat beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
Bayi berumur 0-6 bulan : ASI (pemberian secara eksklusif)
Bayi berumur 6-9 bulan : ASI dan MPASI yang dilumatkan
Bayi berumur 9-12 bulan: ASI dan MPASI berbentuk lunak
Bayi berumur 12-24 bulan: ASI dan MPASI berbentuk padat.
Semoga kegiatan program kerja KKN Pulang Kampung Kelompok 3 Desa Tlasih Kecamatan Tulangan Sidoarjo Universitas Negeri Malang dapat memberikan dampak positif pada masyarakat khususnya desa Tlasih. Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.