"jika kau tidak bisa menghasilkan uang selama kamu tertidur, kamu akan bekerja seumur hidupmu"
-Warren Buffett-
Demikianlah kata-kata itu menjadi awal kenapa kesadaran akan investasi begitu penting, dalam hal ini investasi saham. Di hari-hari kampus yang padat, saya mampir dalam perpustakaan kampus, menjajaki buku yang sekiranya sesuai dengan bidang saya: Akuntansi keuangan.Â
Saya membaca buku karya Robert Kiyosaki (The Cashflow Quadrant), yang terpenting dari buku ini adalah ketika ia membahas bagaimana cara orang menjadi kaya, atau lebih tepatnya lagi, pola fikir seperti apa yang menjadikan orang yang awalnya miskin bisa menjadi kaya.Â
Buku tersebut membuat pandangan saya tentang dunia keuangan pribadi menjadi lebih berbeda, yang pada awalnya saya meyakini bahwa untuk mencapai kesuksesan finansial seseorang hanya butuh digaji, semakin besar gajinya maka semakin memungkinkan ia menjadi orang kaya raya. Tapi ini tidak, buku itu membeberkan suatu quadrant yang penting untuk dipahami, setidaknya antara pendapatan aktif dan pendapatan pasif
Pendapatan aktif adalah pendapatan yang kita dapatkan melalui kerja-kerja fisik secara langsung, seperti seorang kuli bangunan yang dibayar 125 ribu per hari, seorang dokter yang digaji 6 juta per bulan, atau seorang PNS yang mendapatkan gajinya lewat mengajar. sedangkan pendapatan pasif didapatkan dari aset yang kita miliki, dan bertumbuh setiap waktu, seperti emas, obligasi, saham, properti, deposito, dan reksadana.Â
Mereka (orang kaya) kebanyakan menghasilkan uang melalui pendapatan pasif, semakin besar aset atau modal yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatannya, orang-orang seperti Sandiaga Uno, Warren Buffet, Erick Thohir, bahkan Elon musk, mungkin tidak akan sekaya-raya sekarang kalau tidak mempunyai aset yang produktif bagi dirinya sendiri.Â
Tapi, untuk menjadi seperti mereka tidaklah gampang, perlu modal yang cukup, serta pengetahuan yang mumpuni tentang dunia investasi.Â
Dalam tulisan ini saya tidak akan memberikan anda (pembaca) modal untuk memulai investasi, tapi saya hanya mampu memberikan pengetahuan tentang investasi, dalam hal ini saham, yang saya ketahui melalui berbagai bacaan, dan eksperimen.Â
Dalam bukunya Benjamin Graham (The Intelligent Investor) ada hal yang paling mendasar dari investasi saham, yang ia sebut sebagai MOS (Margin Of Safety), MOS sendiri adalah margin pengaman dalam investasi, semakin besar margin pengaman yang diberikan suatu saham maka semakin bagus saham itu.Â
Sederhananya begini, untuk mendirikan suatu usaha jualan bakso, si pedagang membutuhkan modal, dan sumber modal yang akan dia himpun berasal dari teman dan keluarga terdekatnya, dengan harapan setiap keuntungan usaha, akan dibagikan kepada pemodal dalam bentuk dividen.Â
Si pedagang membutuhkan uang sebesar Rp 10.000.000, dengan menerbitkan saham sebanyak 1000 lembar saham, setiap lembar saham berharga Rp10.000.Â
10.000.000/1000 lembar= 10.000
Dalam pasar, saham yang diperjual belikan tidak selalu dalam harga wajarnya atau BVPS (Book Value Per Share), jika kita ambil contoh kasus di atas, maka BVPS dari saham tersebut senilai Rp10.000, dalam pasar saham harga sebuah saham bisa lebih dari BVPS-nya, bisa juga kurang dari BVPS-nya.Â
Saham yang murah secara valuasi adalah saham yang dihargai dibawah BVPs-nya. misalnya BVPS-nya Rp10.000, dan dalam pasar saham dijual dengan harga Rp6.000, maka MOS(Margin Of Safety) dari saham tersebut adalah 40% dari harga wajarnya (atau lagi terdiskon), semakin besar MOS suatu saham, maka semakin aman modal kita dalam membeli saham tersebut.Â
Tetapi, yang perlu kita ketahui juga, sebuah saham menjadi murah secara valuasi mempunyai 2 kemungkinan: pertama, bisnis saham tersebut tidak banyak diketahui orang, sehingga membuat harganya turun, walaupun kinerjanya baik-baik saja. Kedua, dalam segi kinerja bisnis saham tersebut sedang dalam permasalahan seperti, labanya menurun, model bisnisnya yang sudah kuno, terlilit hutang, korupsi, dll. Â
Yang terpenting juga adalah prinsip dalam membeli saham adalah kita beli diharga murah, dan menjualnya diharga wajar, prinsip inilah yang membuat investasi saham Warren Buffett (investor internasional) atau Lo Kheng Hong (investor lokal) bertumbuh.Â
Kesimpulannya, untuk berinvestasi saham, kita harus memperhatikan 2 hal, pertama yaitu kinerja sebuah bisnis yang akan kita beli sahamnya, dan kedua, harga sebuah saham itu sendiri, apakah murah secara valuasi atau tidak, dengan cara menghitung BVPS sebuah saham tersebut. Dan kedua hal ini hanya akan kita ketahui dengan membaca public expose perusahaan, dan laporan keuangan, yang bisa didapatkan melalui situs resmi bursa efek indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H