Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Biomonitoring Kualitas Perairan Waduk Jatibarang, Semarang
Nurul Afifah1, Lianah2
Mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
email: nurul_afifah_2008016048@walisongo.ac.id
AbstractÂ
Jatibarang Reservoir is located in Semarang City, this reservoir is used as flood control, tourist attractions, fishing activities and clean water sources.  Utilization of reservoirs for various purposes as well as water input from rivers can cause changes in reservoir water quality.  The purpose of this study was to determine the quality of a waters with biological indicators.  This study uses the purposive random sampling method.  Sampling was carried out on Saturday, October 30, 2021, observation time at 10.00 WIB, the observation site was in the Jatibarang Reservoir Semarang, the sampling location was divided into 3 stations and each station had 3 points with a distance of station 1 to station 2: 15 m and station 1 to station  3: 30 meters.  The results of the Family Biotic Index (FBI) analysis show the values at station 1: 6.2, station 2: 7, and station 3: 7.5. The results can be said that the water quality is poor and the level of pollution is very high.
Keywords: FBI, Jatibarang Resevoir, Observation, Water.
Â
Abstrak
Waduk Jatibarang terletak di Kota Semarang, waduk ini digunakan sebagai pengendali banjir, tempat wisata, kegiatan menangkap ikan dan sumber air bersih. Pemanfaatan waduk untuk berbagai keperluan serta masukan air dari sungai dapat menyebabkan perubahan kualitas air waduk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas suatu perairan dengan indikator biologi. Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal Sabtu, 30 Oktober 2021, waktu pengamatan  10.00 WIB, tempat pengamatan di Waduk Jatibarang Semarang, lokasi sampling dibagi menjadi 3 stasiun dan setiap stasiunnya terdapat 3 titik dengan jarak stasiun 1 ke stasiun 2 : 15 m dan stasiun 1 ke stasiun 3: 30 m. Hasil analisis Family Biotic Index (FBI) menunjukkan nilai pada stasiun 1 : 6,2, stasiun 2 : 7, dan stasiun 3 : 7,5 hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas airnya buruk dan tingkat pencemarannya terpolusi sangat banyak.
Kata kunci: Â Air, FBI, Pengamatan, Waduk Jatibarang
Pendahuluan
Waduk merupakan badan perairan yang dibangun untuk membendung air sungai sehingga air yang terbendung tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan. Salah satu waduk yang dibangun oleh Pemerintah adalah Waduk Jatibarang. Menurut Hidayah et al. (2016). Waduk Jatibarang merupakan sebuah waduk yang berada di Kota Semarang. Pembangunan waduk ini selesai setelah sekitar empat tahun pembangunan dan memulai proses pengisian air pada tanggal 5 Mei 2014. Seperti waduk lainnya, Waduk Jatibarang yang berlokasi di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini pun memiliki fungsi utama yaitu pengendali banjir di Kota Semarang dengan membendung luapan sungai yang mungkin bisa saja terjadi akibat terjadinya musim penghujan.
Status kualitas air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Daud,2011) Kesuburan perairan biasanya dihubungkan dengan konsentrasi klorofil-a dan kandungan nutrien dalam badan perairan. Tinggi rendahnya kandungan klorofil-a sangat erat hubungannya dengan pasokan nutrien yang berasal dari darat melalui aliran sungai yang masuk ke badan perairan waduk. Kesuburan suatu perairan merupakan sesuatu yang penting untuk dikaji karena memberikan informasi untuk dijadikan acuan bagi pengelola maupun masyarakat yang ingin memanfaatkan kawasan perairan tersebut. Pada penelitian ini yang akan diukur untuk parameter fisik adalah suhu, dan kekeruhan, serta pH untuk pengukuran parameter kimia, sedangkan untuk parameter biologis dilakukan dengan metode biomonitoring.
Secara umum istilah biomonitoring dipakai sebagai alat atau cara yang penting dan merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak pencemaran lingkungan (Mukono,2006). Biomonitoring adalah metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator biologis (Bioindikator). Bioindikator pada penelitian ini adalah makroinvertebrata. Makroinvertebrata air merupakan komponen biotik pada ekosistem perairan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi suatu perairan, sehingga digunakan sebagai indikator kualitas air sungai ( Rahayu, 2009).
makroinvertebrata air memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya, sehingga akan mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya
- Ditemukan hampir di semua perairan
- Jenisnya cukup banyak dan memberikan respon yang berbeda akibat gangguan yang berbeda
- Pergerakannya terbatas, sehingga dapat sebagai penunjuk keadaan lingkungan setempat
- Tubuhnya dapat mengakumulasi racun, sehingga dapat sebagai petunjuk pencemaran
- Mudah dikumpulkan dan diidentifikasi paling tidak sampai tingkat famili
- Pengambilan contoh mudah dilakukan, karena memerlukan peralatan sederhana, murah dan tidak berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.
Metode PenelitianÂ
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pH meter, Jala surber, Wadah sampel ( plastik/botol sampel), Sechi dist, Total Dissolved Solids Meter (TDS Meter), Dissolved Oxygen Meter (DO Meter), alat tulis, Label. Bahan yang digunakan diantaranya adalah formalin 3%. Data primer yang diambil terdiri dari data lapangan berupa data kualitas air, baik yang diukur dan diamati di lapangan maupun yang dianalisis di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu dan studi pustaka.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah biomonitoring dengan bioindikator makroinvertebrata, teknik yang digunakan dalam mengambil sampel adalah dengan teknik purposive random sampling, sampling dilakukan di tiga stasiun yaitu dengan pengukuran tiga titik stasiun yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu: Stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3, Â dengan pengukuran yaitu: Stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3, Â dengan jarak stasiun 1 ke stasiun 2 : 15 m dan stasiun 1 ke stasiun 3: 30 m.
Tahap terakhir dalam monitoring kualitas air adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan suatu nilai kuantitatif atau indeks. Indek penunjuk kualitas air dapat dihitung dengan beberapa cara, mulai dari cara yang sederhana hingga yang rumit. Analisis data yang dilakukan dalam biomonitoring kualitas air dengan metode Family Biotic Index (FBI). FBI adalah penghitungan indeks kualitas air yang dikembangkan oleh Hinsenhoff (1988) berdasarkan nilai toleransi (ketahanan terhadap perubahan lingkungan) dari tiap-tiap famili (Subekti Rahayu et al, 2009: 60).
Menurut Prigi Arisandi (2012: C-301), menyebutkan bahwa perhitungan nilai indeks biotik makroinvertebrata bentik dengan Modified Family Biotic Index (FBI) telah banyak digunakan untuk mengindikasikan tingkat pencemaran organik di perairan, dimana tiap famili makroinvertebrata memiliki skor tertentu yang menunjukkan tingkat toleransi terhadap pencemaran organik. Oleh karena itu, perhitungan nilai indeks dengan Family Biotic Index (FBI) dapat dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Prigi Arisandi (2012: C301) menyebutkan bahwa perhitungan nilai indeks biotik menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
- FBI= nilai indeks makroinvertebrata bentik
- i   = urutan kelompok familia yang menyusun komunitas makroinvertebrata
- xi  = jumlah individu kelompok famili ke-i
-  ti  = tingkat toleransi kelompok famili ke-i
- N Â = jumlah seluruh individu yang menyusun komunitas makroinvertebrata.
Interpretasi nilai biotik indeks untuk menentukan kualitas air dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang sudah ada.
Tabel 1. Klasifikasi kualitas air berdasarkan Famili Biotik Indeks
Famili Biotik Indeks
Kualitas Air
Tingkat Pencemaran
0,00 – 3,75
Sangat baik
Tidak terpolusi bahan organic
3,76 – 4,25
Baik sekali
Sedikit terpolusi bahan organic
4, 26 – 5,00
Baik
Terpolusi beberapa bahan organic
5,01 – 5,75
Cukup
Terpolusi agak banyak
5,76 – 6,50
Agak Buruk
Terpolusi  banyak
6,51 – 7,25
Buruk
Terpolusi sangat banyak
7,26 – 10,00
Buruk sekali
Terpolusi berat bahan organic
Sumber: Hilsenhoff (1988)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dari tiga stasiun pengambilan sampel diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Parameter Fisik-Kimia
Parameter Fisik-Kimia
Â
Hasil Pengula-
ngan
Rata-rata
1
2
3
Suhu
37,9 °C
37,9  °C
39,0 °C
38,26 °C
pH
9,10
9,15
8,55
8,93
Kekeruhan
501 ppm
505 ppm
509 ppm
505 ppm
Kadar oksigen terlarut
57,0 mg/L
57,0 mg/L
80,5 mg/L
64,83 mg/L
Tabel 2. Hasil Pengamatan Makroinvertebrata pada Stasiun I Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI)
No
Ordo/Family/class
Toleransi ( ti )
Jumlah Individu (xi)
1.
Hydrobiidae
6
15
2.
Decapoda
6
3
3.
Nepidae
8
2
Berdasarkan data tabel di atas nilai perhitungan Family Biotic Indeks (FBI) pada stasiun I adalah sebagai berikut :
Jadi, FBI pada stasiun 1 adalah 6,2 kualitas airnya agak buruk dan tingkat pencemarannya terpopulasi banyak.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Makroinvertebrata pada Stasiun II Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI)
No
Ordo/Family/class
Toleransi ( ti )
Jumlah Individu (xi)
1.
Hydrobiidae
6
1
2.
Decapoda
6
3
3.
Coenagrionidae
9
2
Berdasarkan data tabel di atas nilai perhitungan Family Biotic Indeks (FBI) pada stasiun II adalah sebagai berikut :
Jadi, FBI pada stasiun 2 adalah 7 kualitas airnya buruk dan tingkat pencemarannya terpopulasi sangat banyak.
Tabel 4. Pengamatan Makroinvertebrata pada Stasiun III Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI)
No
Ordo/Family/class
Toleransi ( ti )
Jumlah Individu (xi)
1.
Hydrobiidae
6
2
2.
Coenagrionidae
9
2
Berdasarkan data tabel di atas nilai perhitungan Family Biotic Indeks (FBI) pada stasiun III adalah sebagai berikut :
Jadi, FBI pada stasiun 3 adalah 7,5 kualitas airnya buruk dan tingkat pencemarannya terpopulasi sangat banyak.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Metode Family Biotic Index FBI
No
Stasiun
Hasil FBI
1.
Stasiun 1
 6,2
2.
Stasiun 2
 7
3.
Stasiun 3
 7,5Â
Pembahasan
Dari penelitian berdasarkan parameter  kimia yaitu pH, di stasiun I, II, III dan IV  masih berada di kisaran angka 8,93. Menurut Permenkes RI Nomor  416/MENKES/PER/IX/1990, pH 6,5-9,0  masih memenuhi  standart  kualitas  air  bersih. Pada  stasiun  I,  II, dan III  masih  ditemui  biota-biota  air  yang  mampu  bertahan  hidup,  namun  menunjukkan  jumlah  dan  jenis  biota  yang berbeda. Menurut Wisnu Arya Wardhana  (2004: 75) yang menyatakan bahwa Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu  kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5-7,5.
Parameter  pendukung  selain  parameter  kimia  adalah  parameter  fisik  meliputi  suhu dan  kekeruhan.  Berdasarkan  hasil pengamatan  di lapangan,  suhu  di stasiun  I  37,9 C,  stasiun  II  37,9 C, dan stasiun  III  39,0 C. Dari hasil pengukuran  tersebut,  suhu masih memenuhi standart  kualitas air bersih menurut Permenkes RI  Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu  berkisar antara 200-260C. Suhu tertinggi  berada  di  stasiun  III.  Suhu  berhubungan  erat  dengan  kadar  DO  (Dissolved  Oxygen)  dalam  air.  Hal  ini  didukung  oleh  pernyataan  yang  menyebutkan bahwa hubungan antara suhu air  dan oksigen biasanya berkorelasi negatif, yaitu  kenaikan  suhu  di  dalam  air  akan  menurunkan  tingkat solubilitas oksigen dan, dengan  demikian, menurunkan kemampuan organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang  tersedia  untuk  berlangsungnya  proses-proses  biologi di dalam air.
Parameter fisik terakhir yaitu  kekeruhan.  Kekeruhan  stasiun  I  yaitu  501 ppm,  stasiun  II 505 ppm,  stasiun  III 509 ppm. Kekeruhan pada  stasiun  I  II paling  tinggi  karena  pada stasiun  tersebut sungainya berlumpur.
Biomonitoring dilakukan dengan biondikator sebagai parameter utama dengan didukung parameter fisik dan kimia. Metode Family Biotic Index (FBI) merupakan metode perhitungan tingkat pencemaran suatu perairan dengan menggunakan indikator berupa keberadaan makroinvertebrata (invertebrata berukuran besar). Total makroinvertebrata yang ditemukan di aliran Waduk Jatibarang sebanyak 4 Famili, yaitu, Hydrobiidae, Decapoda, Nepidae, Coenagrionidae. Famili makroinvertebrata paling banyak secara berturut-turut mulai dari stasiun III, I dan II.
Berdasarkan hasil perhitungan FBI, stasiun I dengan nilai 6,2, yang berarti termasuk kategori kualitas air agak buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak. Makroinvertebrata dari famili Nepidae ditemukan dengan jumlah yang paling banyak dibandingkan famili lain yang ditemukan di stasiun I, karena hewan famili ini memiliki nilai toleransi 8 artinya sangat tahan terhadap pencemaran. Pada stasiun II memiliki nilai FBI sebesar 7, berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae dan Decapoda memiliki jumlah yang banyak pada stasiun ini dibandingkan famili lainnya. Stasiun III memiliki nilai FBI sebesar 7,5 berarti termasuk dalam kategori buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi sangat banyak. Makroinvertebrata dari famili Coenagrionidae memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan 12 famili lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan bioindikator berupa makroinvertebrata,  masing-masing  stasiun  memiliki  jenis  famili  masing-masing  yang  toleran  dengan  kondisi  perairan yang ada. Famili Coenagrionidae memiliki toleransi yang baik  dengan kondisi perairan mulai dari yang  tercemar  ringan  sampai  berat. Famili Hydrobiidae ditemui di semua  stasiun  dan  mendominasi, karena  famili ini termasuk makroinvertebrata yang tahan  terhadap pencemaran. Hal ini didukung  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Rotua  Lelawati  S.  et  al  (Tanpa  Tahun)  menyatakan  bahwa makroinvertebrata yang lebih tahan  terhadap pencemaran seperti Hydrobiidae, Chironomidae  merah  (Diptera)  dan  satu  kerang-kekerangan,  yaitu Thiaridae (Mesogastropoda) muncul  pada seluruh stasiun.
Metode FBI mampu menilai tingkat  pencemaran Waduk Jati Barang yang dibagi  menjadi tiga stasiun penelitian. Berdasarkan  nilai  FBI  tersebut  nilai  FBI  tertinggi  adalah  pada stasiun III. Menurut  Stevi  Mardiani  M.  M.,  (2012: 11) menyatakan bahwa apabila terdapat  bahan  pencemar  dalam  perairan,  maka  biota  yang  sangat  peka  akan  hilang  karena  tidak  mampu bertahan hidup. Sebaliknya biota yang  sangat  toleran,  akan  tetap  dapat  hidup  pada  kualitas air yang buruk. Setiap stasiun  memiliki makroinvertebrata yang  mendominasi keberadaannya, sehingga terlihat  biota  yang  toleran  terhadap  kualitas  air  yang  buruk atau tidak.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Hasil analisis data Family Biotic Index (FBI) menunjukkan bahwa kualitas air pada waduk Jatibarang, Gunungpati, Semarang buruk dan tingkat pencemarannya terpopulasi sangat banyak dengan nilai analisis FBI pada stasiun 1 sebesar 6,2 (agak buruk, terpolusi banyak), stasiun 2 sebesar 7(buruk, terpolusi sangat banyak), dan stasiun 3 sebesar 7,5 (buruk sekali, terpolusi berat bahan organik)
Saran
Penelitian ini harus disempurnakan agar mengetahui lebih banyak keanekaragaman makroinvertebrata, dan pihak laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang bisa melengkapi alat alat laboratorium.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Ibu Dr. Lianah, M. Pd selaku dosen pembimbing, Bapak Eko selaku pengelola Goa Kreo yang telah memberi informasi, Muhammad Akmal Surur, Â Muhammad Ramdhani Arfan, dan Muhammad Yusrun Niam selaku Asisten Praktikum dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini.
Daftar Pustaka
Adiwilaga, E.M., S. Hariyadi, dan N.T.M. Pratiwi. 2009. Perilaku Oksigen Terlarut Selama 24 Jam pada Lokasi Karamba Jaring Apung di Waduk Saguling, Jawa Barat. Jurnal Limnotek. 16 (2): 109-118.
Stevi. M 2012 “Studi Kualitas Air Sungai Bone Dengan Metode Biomonitoring “ Jurusan  kesehatan masyarakat, fakultas ilmu kesehatan dan keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Daud, Anwar. 2011. Analisis Kualitas Lingkungan. Yogyakarta: Ombak
Effendi, Hefni. 2008. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Otto Soemarwoto. 2011. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Peni Pujiastuti, Bagus Ismail, dan Pranoto. 2013. Kualitas dan beban Pencemaran Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS (Online), Vol. V, No. 1, (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/ JN/article/view/202, Diakses 15 ovember 2021)
Prigi Arisandi. 2012. Studi Kualitas Air Sungai Bone dengan Metode Biomonitori (Online), Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012, (http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wpcontent/uploads/2013/11/298-309- Prigi-Arisandi.pdf, Diakses 15 ovember 2021)
Rahayu, Rudy, Meine, Indra, dan Bruno. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor : WAC.
Rotua Lelawaty S., Amran Achmad, dan Inayah Yasir. (Tanpa Tahun). Kualitas Air Sungai Bone (Gorontalo) Berdasarkan Bioindikator Makroinvertebrata, (online),(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/d78f702d6fc5cbed32df6dc08465387, Diunduh 12 Maret 2014).
Wisnu Arya Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.