Setelah umpan dipasang, saya belajar melempar pancing, dan berhasil. Duduk diam di tepi parit, padahal hari itu matahari bersinar dengan terang benderang. Tapi saya masih sabar duduk manis di tepi parit dengan memegang pancing.
Sesuai dengan ajaran suami, apabila pelampungnya tenggelam maka segera pancingnya ditarik. Karena itu merupakan tanda bahwa ikan telah makan umpan. Dengan konsentrasi tinggi saya memperhatikan pelampung tersebut, jangan sampai lengah dan ikan bisa-bisa lepas kalau kelamaan tidak ditarik.
Selang beberapa menit, akhirnya pelampung tenggelam, segera pancing saya tarik. Dan hasilnya, ikan kepuyu mendarat dengan selamat. Disertai dengan teriakan bahagia yang mengguncang ladang yang sepi, melihat hal itu suami saya cuma senyum-senyum.
Betapa senangnya hati, akhirnya saya bisa mancing. Meskipun ikan yang di dapat mungil. Dan untuk melepas ikan dari mata pancing juga belum bisa, tentulah sang senior alias suami saya yang harus rela membantu melepaskannya.
Setelah strike pertama itu, saya mencoba mancing lagi dan dapat ikan kepuyu lagi, sampai akhirnya terdengar suara adzan sholat dzuhur, yang menandakan kami harus segera pulang untuk sholat.
Itulah pengalaman pertama mancing, karena terpaksa dan akhirnya besoknya mengajak pergi mancing lagi dan lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI