Jadi ingat masa kecil di tanah kelahiran, waktu itu sebagian rumah belum ada listrik....dan sekarang saya sudah menjadi seorang pendidik, namun masih ada yang senasib seperti masa kecil saya, hidup tanpa listrik. Padahal sudah berapa puluh tahun negara kita Indonesia merdeka, namun masih ada yang belum menikmati terangnya listrik. Di desa sekolah kami berada listrik hidup pukul 17.00 dan padam pukul 06.00, itu menurut peraturan, namun kenyataannya listrik hidup cuma sekali saja dalam seminggu. Tapi itu masih alhamdulillah....dari pada desa-desa tempat tinggal siswa-siswa kami, disana memang benar-benar tidak ada listrik. Bagi yang kehidupannya mampu, dapat me mbeli genset namun yang kehidupannya biasa-biasa saja hanya menggunakan pelita, bahkan mendapatkan minyak tanah saja susah, jadi terkadang minyak tanah diganti dengan solar. Sedih tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Namun ketika saya memberi PR, hhhhhmmmm....tetap dikerjakan meski cuma pelita sebagai penerang. Semangat belajar yang patut dicontoh, dengan keterbatasan sarana dan prasarana tidak menjadikan mereka menjadi malas mengerjakan tugas.
Semoga dengan semangat juang yang tinggi, semua asa dan cita-cita kalian tercapai. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian semua.
Bagi calon guru atau bapak/ibu guru jangan pernah khawatir ataupun takut untuk ditugaskan di daerah terpencil, meskipun sarana dan prasarana belum memadai, namun ada rasa bangga ketika kita bisa memberikan ilmu yang kita miliki kepada anak-anak yang penuh semangat menanti kedatangan kita di kelas. Menanti dengan sungguh-sungguh untuk belajar bersama kita.
Â
Bersambung.......
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H