Istilah coaching pertama kali dikenal di bidang  olah raga. Coach adalah Seorang pelatih yang sukses mengantarkan atlet binaannya menjadi seorang juara. Lambat laun istilah ini banyak digunakan diberbagai bidang, termsuk bidang pendidikan.
Internsional Coachonin Federation mendefinisikan coaching sebagai sebuah hubungan kemitraan anatara pendamping (coach) dengan seorang klien (coachee) untuk menggali potenti melalui sebuah proses stimulasi berfikir untuk mengeksplorasi potensi.
Dalam konteks pendidikan paradigma coaching selaras dengan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Ki hajar Dewantara yaitu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodratvana sehingga dapat memperbaiki lakunya.Â
Dalam konteks pendidikan seorang coach harus dapat menuntun segala kekuatan (potensi)nagar mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Keterampilan coaching sangat perlu dimiliki oleh seornag guru dalam rangka menuntun murid semua potensi yang dimilikinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian seagai individu dan anggota masyarakat.Â
Dalam prosesnya, murid diberikan kebebasan, tetapi guru bertindak sebagai seorang Pamong yang memberi tuntunan dan memberdayakan semua potensinya agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan Coaching.Â
Untuk itu, sebagai seoran guru harus memahami dan menghayati cara berpikir (Mindset) Ki Hadjar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan Coaching.Â
Guru memberikan apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar. Dalam proses coaching siswa dan guru memiliki kesepakatan yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan murid, guru belajar mengenali kekuatan muridnya secara mendalam. Demikian pula sebailknya, tuntunan yang diberikan guru memberikn ruang bagi siswa untuk menemukan kekuatan dirinya sebagai murid dan sebagai manusia.
Ketrampilan yang dibutuhkan bagi seorang guru untuk menjadi coaching  yang baik adalah, kehadiran penuh yaitu kemampuan untuk hadir sepenuhnya bagi coachee, sehingga badan, pikiran dan hatinya selaras dengan coachee: Menndengarkan secara aktif (menyimak) yaitu kemampuan memfokuskan diri pada coachee dengan tidak memberi label dan judgement; Mengajukan pertanyaan yang berbobot, yaitu kemempuan untuk mengajukan pertanyaan yang diajukan diharapkan menggugah coachee untuk berfikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee: dan terakhir adalah kopetensi mendengarkan dengan RASA (Receive, Appreciate, Summarize dan ask -kemampuan untuk menerima dan menghargai pemikiran coachee, mencacat kata kunci dari pembicaraan yang disampaikan dan memberikan pertanyaan yang menstimulus munculnya ide ide penyelesaian rencana aksi)
Dalam melaksanakan coaching pendekatan yang digunakan dalah menggunakan pendekatan TIRTA yang maerupakan akronim dari Tujuan, Identifikasi, rencana Awal dan Tanggung Jawab. Pada tahapan Tujuan, coach dan coachee menyepakati tujuan dari pembicaraan, misalnya untuk menyelesaikan masalah motovasi belajar yang kurang pada murid, masalah rendahnya partisipasi warga sekoah terhadap program pogram sekolah dna sebagainya.Â
Pada tahapan Identifikasi coach melakukan penggalian  dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan dan menghubungkan dengan fakta fakta yang ada pada saat ini.