Apakah menjadi seorang mahasiswa yang perfeksionis itu buruk?
Mungkin teman-teman sering merasa kurang puas atas apa yang sudah dikerjakan, sering menginginkan segala yang dilakukan harus selalu sempurna dan selalu merasa takut akan kegagalan, mempunyai target yang tidak realistis, dan mudah depresi/frustrasi? Hal-hal tersebut biasanya dirasaka oleh mahasiswa yang memiliki sifat perfeksionis. Perfeksionis merupakan sebutan terhadap orang yang memiliki standar yang terlalu tinggi baik itu dalam bidang akademik ataupun pekerjaan. Memiliki sifat perfeksionis bukanlah hal yang buruk apabila masih dalam batas yang wajar. Hal yang tidak wajar itu apabila dampak dari sifat itu membuat hidup kita tidak tenang, timbul rasa gelisah, insomnia, dan produktivitas menurun akibat ingin memperoleh hasil yang sempurna.
Seseorang yang mempunyai sikap Perfeksionis pasti dia orang pekerja keras dan tekun. Memiliki standar yang tinggi dalam hal pekerjaan pasti otomatis membuat seseorang bekerja lebih keras. Jika temen-temen mempunyai dosen yang perfeksionis, tidak jarang mereka selalu memberikan motivasi agar bisa bekerja lebih giat supaya bisa mencapai standar yang dimilikinya. Kelebihan lain dari sifat perfeksionis adalah mampu memperhatikan hal-hal kecil dengan detail. Seorang perfeksionis biasanya tidak akan mau berhenti bekerja apabila hal yang dilakukan tidak sempurna. Oleh karena itu, mereka akan rela bekerja dengan ekstra, sampai begadang untuk memastikan tidak akan ada kesalahan yang terlewatkan. Menjadi seorang yang perfeksionis membuat kita tekun, pekerja keras, maksimal dalam melakukan sesuatu tidak setengah setengah, orang lain akan mudah memercayai teman-teman terutama dalam memberikan tugas, karena mereka tahu bahwa kamu bertanggung jawab, menghindarkan diri dari sifat ceroboh, karena sangat teliliti dalam melakukan apa pun itu, dan akan menjadi pribadi yang kritis.
Tetapi ketahuilah teman-teman bahwa menjadi orang yang perfectionist tidak selalu baik. Orang perfeksionis mudah merasa ketakutan jika hasil kerjanya tidak cukup baik. Seorang perfeksionis sangat takut akan kegagalan. Padahal, setiap orang pasti akan bertemu dengan yang namanya kegagalan. Seorang perfeksionis menganggap bahwa pengakuan dari orang lain itu ada untuknya ketika dia berhasil melakukan sesuatu dengan sempurna. Mempunyai target yang tidak realistis. Padahal kita perlu menerapkan pola pikir yang realistis karena tidak semua hal di dunia ini bisa dilakukan dengan sempurna. Mudah depresi dan kecewa, karena takut kegagalan dan selalu menginginkan hasil yang sempurna, jadi mereka sering merasa lelah.
Its oke not to be perfect. Menjadi orang perfeksionis bisa membuat teman-teman jadi gampang stres ketika mendapatkan sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan harapan atau keinginan. Merasa tertekan dan merasa gagal, tetapi apakah mungkin segalanya bisa sempurna sesuai harapan kita? kadang kita harus bisa menerima ketika ekspektasi tidak sesuai dengan realita.
Membuat pekerjaan temen-temen jadi tertunda. Nanti saja deh kalau sudah punya ini punya itu  baru mengerjakan, sepertinya hasilnya nanti akan jelek kalau dikerjakan di saat belum punya alat yang lengkap dan canggih. Walaupun belum sempurna, tidak masalah. Karena kesempurnaan itu akan terbentuk setelah kita melatihnya. Kalau kita harus menunggu punya ini dan itu, kapan kita mulai mengerjakan? Kapan kita mulai belajar?. Belajar untuk lebih fleksibel , belajar untuk beradaptasi dan juga jangan mengharapkan bahwa kita bisa mengikuti standar semua orang. Karena kita tidak bisa mengikuti standar semua orang. Setiap kali berhasil mencapai sesuatu seringkali tanpa kita sadari kita  akan terpacu untuk naik lagi, lagi, dan Lagi untuk terus belajar.
Saya tahu kita semua pasti selalu menginginkan yang terbaik, ingin terus belajar mengupgrade diri supaya lebih baik lagi. Memang tidak ada salahnya, tetapi hati-hati jangan sampai kita tidak menjadi bahagia karena dikejar oleh target yang kita buat sendiri. Dalam proses memperbaiki dan mengupgrade diri jangan pernah menyalahkan diri kita sendiri atas setiap ketidakberhasilan yang didapatkan. Hati-hati juga kalau teman-teman merasa kelelahan karena selalu melakukan semuanya sendiri, merasa tidak percaya dengan orang lain dan tidak ingin memberikan tugas tersebut kepada orang lain karena merasa bahwa hasilnya akan lebih maksimal jika dikerjakan sendiri. Akhirnya Siapa yang lelah? kita sendiri. Padahal tidak ada salahnya jika bekerja sama dengan orang lain. Orang yang perfeksionis memang kritis tetapi kadang-kadang kita harus tetap realistis. Jadi belajarlah untuk menerima semua ketidak sempurnaan dengan cara yang sempurna.
Sebenarnya tidak apa-apa perfeksionis asalkan teman-teman sadari alasan mengapa kita harus perfeksionis. Tidak semua orang bisa mengikuti standar teman-teman. Tidak semua orang sepemikiran dengan kamu karena dunia ini tidak berputar dalam kehendak kita. Ketika teman kalian, saudara atau adik kalian berusaha meraih sesuatu, namun tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, kalian  puji prosesnya, usaha dan kerja kerasnya, katakan bahwa dia tidak harus jadi sempurna untuk dicintai, dan dia sudah melakukan hal terbaik yang dia bisa. Menjadi orang yang perfeksionis itu ada baiknya dan juga ada buruknya. Kuncinya adalah gunakanlah sifat perfeksionis teman-teman sesuai dengan porsinya karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Sadari bahwa suatu usaha itu tetap bermanfaat, bahkan ketika usaha tersebut tidak sempurna, karena kita belajar dari ketidaksempurnaan itu. Tidak ada orang yang sempurna, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, kuncinya bertanggung jawablah atas kesalahan itu, jadikan pelajaran untuk menjadi lebih baik.
~Marissa Anita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H