KAIZEN. Filosofi ala Jepang ini berasal dari dua kata, yaitu "Kai" yang berarti perubahan atau peningkatan, dan "Zen" yang berarti baik. Secara umum, Kaizen dapat diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk melakukan perubahan positif atau peningkatan
Hidup kita bukan sesuatu peristiwa yang stagnan. Pastinya kita berharap masuk dalam golongan orang yang beruntung, yang menerapkan prinsip "Hari esok lebih baik daripada hari ini". Cocok banget dengan semangat Kaizen, kan?Â
Pilar penting menerapkan Kaizen, adalah dengan melaksanakan Konsep 5SÂ (dalam Bahasa Jepang) Apa saja? Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Â Shitsuke. Sementara dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah 5R: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin Â
Bersih-bersih dan menata rumah jelang Lebaran, tentu bukan suatu hal yang sepele. Mau rumah ukuran mungil, ataupun rumah segede lapangan bola, semuanya bisa ditata dengan apik, menggunakan prinsip 5R ini.
Pilar Kaizen yang Bisa Diterapkan saat Menata Rumah Jelang LebaranÂ
Saya pernah mengikuti training Kaizen 5R atau 5S ini. Sang trainer (yang menempuh pendidikan seputar 5S di Jepang) menggarisbawahi bahwa prinsip Kaizen pada dasarnya bisa diterapkan di banyak tempat: di kantor, di rumah, di gadget elektronik yang kita miliki, bahkan di pikiran kita sendiri.
Pilar-pilar 5R ala Kaizen adalah sekumpulan prinsip yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan keteraturan. Prinsip-prinsip ini dan penerapannya sangat penting dalam menciptakan budaya perbaikan berkelanjutan dan memaksimalkan produktivitas di manapun kita berada.
(1). Ringkas (Seiri/Sort)
Untuk bisa mendapatkan rumah yang tertata dan bersih, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan/membuang barang-barang yang tidak perlu. Mau disapu, dipel, dilap berjuta kali pun, rumah kita tetap akan tampak 'rungsep' (berantakan) manakala terlalu banyak barang yang ada di sana. Jadi, Langkah paling darderdor adalah: pilah dan pilih, lalu harus TEGA untuk membuangnya. Saya terapkan prinsip Marie Kondo, ketika melakukan praktik seiri/ sort ini. Pegang barang yang bakal dibuang, lalu tanya dalam hati, apakah barang ini masih sparks joy? Apa saya benar-benar butuh barang ini, atau justru ini pertanda gejala awal hoarding disorder (sulit mengeluarkan atau berpisah dengan benda-benda yang dimiliki karena rasa ingin menyimpannya)?
Kalau masih kesulitan untuk memilah dan berpisah dengan barang, ada baiknya kita ajak saudara/ anggota keluarga yang TEGAAN buat buang barang. Dalam hal ini, saya bersyukur punya suami dengan spesifikasi seperti demikian
(2). Rapi (Seiton /Set in Order)
Setelah memilih mana barang yang masih bisa dipertahankan, langkah selanjutnya yuk atur dan susun barang dengan baik. Kita kudu mengorganisir barang-barang dengan cara yang logis dan efisien. Misal, kaos kaki itu harusnya berada satu lokasi dengan pakaian. Bukannya nangkring di dekat meja makan Dengan melakukan hal ini, percayalah, kita bakal hemat waktu dan energi banyaaak banget, apalagi untuk urusan menjawab lengkingan pertanyaan, "Bundaaa.... Kaos kaki aku di mana yaa? Mama..... lihat kunci mobil apa engga?"
(3). Resik (Seiso/Shine)
Pilar ketiga adalah Resik (Seiso atau Shine) yang menekankan pada pembersihan ruang dalam rumah secara teratur. Ini yang identik dengan menyapu, mengepel, bersihkan debu dengan vacuum cleaner, dan aktivitas bersih-bersih pada umumnya. Ingat selalu, bahwa kita harus menuntaskan Ringkas dan Rapi dulu. Jadi, jangan langsung lompat ke tahap bersih-bersih, ya. Karena ya itu tadi, percuma rumah udah disapu dan dipel, tapi barang pating klumbruk (berantakan) dan nggak jelas penempatannya, maka ya spirit Kaizen tidak akan tercapai.