Trus si Mas Google ini (lupa namanya siapa) bilang ke khalayak yang hadir "Siapa tadi yang mau berdoa?"  Ada satu local guides dari Brazil (mukanya lumayan ganteng bin tengil) yang spontan komentar, "HAH?? Masak iya pas jalan-jalan gini ada yang mau (khusus) praying? Kok unik banget, siapa emangnya?"
Ndilalah, saya berdiri PERSIS di belakang si mas Brazil itu! Tanpa banyak cang-cing-cung, saya merangsek ke depan, dan bilang ke Mas Google, "Iyaaa, saya yang mau praying."
DIEEENGGGG! Kebayang muka si Brazil jadi awkward bangeeettt. Trus, dia menatap mataku *ciye sembari meminta maaf dengan (tampaknya) tulus "I am really sorry. Aku tadi ngga ada maksud buat ngeledek...."
"It's Okay. Gapapa kok," ujarku sambil membatin untung kamu ganteng, wak!!
***
Begitulah, sekelumit kisah toleransi yang saya rasakan, manakala berada di Amrik. Satu kata ini "TOLERANSI" apabila dipraktikkan dengan baik, bakal menjadi solusi jitu, sehingga kita bisa hidup rukun damai dan saling menghargai satu sama lain. Jangan sampai  diksi "toleransi" justru mengalami peyorasi dan diletakkan dalam posisi yang tidak semestinya. Please, jangan ya. Bertoleransilah dengan santun, cermat, dan bijaksana. Yakinlah, semesta dan manusia-manusia yang ada di dalamnya, siap bertoleransi untuk kita.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H