Loh, kok si anu sekarang jadi cakep banget? Dia operasi plastik nih pasti. Dulu mukanya buluk, kok.
Lahhh, heran deh, kok anaknya si X bisa juara olimpiade segala macam, ya? Padahal emak bapaknya mediokre. Jangan-jangan nyogok jurinya tuh. Atau dia anak angkat?
Hakdesshhh! Aneka su'udzon auto mencuat manakala insecure lihat postingan socmed. Iri, dengki, nyinyir, julid, semua berpadu jadi satu. Ditambah lagi, hobi manusia yang demen banget komparasi, membanding-bandingkan hidup. "Kok hidup dia kelihatan enakkkk banget yha? Sementara hidupku kayak hamster, jalan di tempat!"
Arggghhh!
***
Kalau sudah ada tanda-tanda mengarah ke "depresi level dini", ada baiknya kita tekan tombol pause dulu yah. Detoksifikasi socmed dulu. Segala yang berlebihan memang tidak baik. Apalagi, over dalam interaksi di media sosial. Kalaupun berdalih "Tapi saya cari duit dari situ..." ya anggap saja kita tengah ambil cuti. Nggak perlu lama-lama. Puasa medsos barang 2-4 hari, itu sudah cukup kok.Â
Dan sama seperti puasa Ramadan, ada waktu sahur dan buka juga Jadi, nggak perlu saklek beneran "STOP" sama sekali.  Apalagi seumur hidup!  :)
***
Ketika Kompasiana mengangkat tema ini, saya memasang status di Twitter dan Facebook. Beberapa rekan memberikan respon, yang paling epic adalah respon koh @herrysw (reviewer gawai dengan follower 77K di twitter)
Ketika saya bikin status "Teman-teman Pernah Terpikirkan untuk Detoks/Puasa Socmed, kah? Alasannya apa?"