Kenapa yaaa... kok anakku ngga bisa sepinter anak gebetanku jaman SMA?
Kenapa yaaa....kok karirku stuck, tidak semoncer karir cewek yang sekarang jadi istri mantanku?
Kenapa kok gini? Kenapa kok gitu? Kenapa hjgduigciocjecnnknk? Arrghhhh!
Hoihoiii, banguuunn! Ya gini ini resiko menjadi netizen zaman now. Terlalu banyak teknologi yang bisa memfasilitasi Hasrat kepo (knowing every particular order) tiap manusia. Tadinya install Instagram, Facebook, Twitter Cuma biar "terhubung secara digital" aja. Ehhh, ada teman SMA-ku, follow ahh... eh, ada gebetanku jaman kuliah, add as friend ahhh..... Awalnya gitu doang. Kemudian, manakala si A, si B, si C pada sibuk posting "hal-hal baik dan inspiring", kita jadi panas kelojotan! Kalo istilah anak jaman now, kita jadi insecure!
Itulaaah, penyakit psikis yang rentan mendera tiap manusia modern. Kita cenderung gemar "mengamati dan menguliti" hidup orang lain, lalu membandingkannya dengan hidup kita. Tentu saja, manusiawi banget manakala kita "mendongak", yaaa resikonya leher bisa sakit Selain leher, hati juga terjedot-jedot ya Bund, rasanya.Â
Mantan kita (yang dulu kayaknya tampang madesu alias masa depan suram) lah kok sekarang berkarir di firma multinasional, dan hamper setiap hari posting lagi business traveling di berbagai negara Eropa! Sementara kita, meringkuk di dapur, gaul sama bawang terasi, dengan aroma yang sedaaaappp sekali. Lalu anak kita datang, sepaket lengkap dengan ingus serta air mata yang berleleran, berpadu dengan ompol yang pesingnya ga ada obat. SEMPURNA!
Yappp, insecure itu bakal menjangkiti manusia yang rentang melakoni komparasi. Padahal, Farell udah ngingetin di lagunya kaan.... "wong ko ngene kok dibanding-bandingke.... Saing-saingke.... Yo mesthi kalaaahh....." wis ta laaahh, segimana bagusnya hidupmua, kalo hobi banding-bandingkan dengan anyone in socmed, dah dipastikan bakal KALAH!!
Kok bisa?
Ya bisa dong. Orang-orang tuh (mayoritas) menjadikan socmed sebagai etalase pencapaiannya, kan? Lulus cumlaude, di-post. Traveling naik business class, di-upload. Dine in di fine dining resto, auto jadi reels. Mereka enggak posting ketika lagi nyusruk, berjuang berdarah-darah, mengalami penolakan dari klien/pasangan/atasan, atau hal-hal nggak asyik dan nggak instagrammable. Intinya, postingan di socmed itu udah di-kurasi, hanya aroma keberhasilan yang boleh bertengger di sana.