Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Muda Jaman Now Ogah "Delayed Gratification"?

26 Agustus 2023   17:35 Diperbarui: 30 Agustus 2023   11:15 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Meresa puas atas hasil yang dicapai. (Dok. Freepik via kompas.com)

Kalau lihat perkembangan dunia socmed belakangan ini, mendadak kita (generasi ortu) kudu istighfar melulu. 

Adaaaa aja tingkah anak muda yang beneran di luar nalar. Yang baru-baru ini ada selebgram cewek memperagakan gerakan aneh manakala makan es krim. Meledaaakk dan makin populer lah dia. Tapi ya gitu, populernya lewat jalur "nggilani" alias menjijikkan. 

Kenapa sih, anak muda kok (kebanyakan) suka instant gratification (kepuasan instan)? Ingin terkenal lewat jalur cepat, walaupun menggunakan cara-cara yang terbilang nyleneh. 

Banyak yang mupeng eksis di TikTok, Instagram, YouTube, dengan memroduksi konten-konten "naudzubillah" dan bukan karena talenta/bakat yang benar-benar kuat. 

Padahal, mau muda atau tua, manusia manapun HARUS BANGET menguasai prinsip delayed gratification!

Delayed Gratification adalah kemampuan menahan diri untuk mendapatkan imbalan/kepuasan sekarang juga dan menundanya demi mendapatkan imbalan/kepuasan yang lebih besar/bermakna nanti/di masa mendatang. 

Ada sebuah eksperimen yang dilakukan Walter Mischel (psikolog) sekitar tahun 1960-70-an. Tes ini diberi titel "The Marshmallow Test" diikuti oleh anak usia 4-5 tahun. Bagaimana cara kerja eksperimen ini? 

Seorang anak dibawa masuk ke dalam ruangan. Ia disuruh duduk di depan meja., di mana terdapat sebuah marshmallow. Si anak nggak boleh ambil dan memakan marshmallow dalam 15 menit. 

Kalau berhasil, dia akan mendapatkan hadiah satu marshmallow lagi. Kalau gagal, si anak hanya akan mendapatkan satu marshmallow itu doang. 

Kemudian, si penguji pergi meninggalkan ruangan tes.
Bagaimana hasilnya, saudara-saudaraaaa? 

Dari 653 anak yang mengikuti ekperimen ini, yang berhasil tidak menyentuh selama 15 menit hanya TIGA BOCAH!

Sisanya nggak tahan. Ada yang langsung mencomot marshmallow sedetik setelah sang penguji keluar ruangan. 

Ada yang tahan lima menit, tapi terus "imannya runtuh". Ada yang tahan 10 menit, dan sebagainya. 

Walter Mischel sang psikolog, ternyata 20 tahun kemudian mendata kembali gimana progress anak kicik yang pernah ikutan Mashmallow Test itu.  

ILUSTRASI Marshmallow (sumber: pexels.co)  
ILUSTRASI Marshmallow (sumber: pexels.co)  

Ternyataaa.... SEMAKIN LAMA seorang bocah berhasil MENAHAN DIRI nggak ambil marhsmallow, semakin tinggi pula daya konsentrasi dan logika. 

Bocah-bocah yang "tahan godaan" ini juga punya daya tahan yang kuat manakala menghadapi tantangan hidup, termasuk dalam pekerjaan. Juga bisa memelihara persahabatan dengan baik. 

Ternyata, lewat eksperimen itu, ditemukan korelasi kuat antara skill menahan diri dengan kondisi masa depan yang lebih baik. 

Hallo para orangtua, yuk lah kita sama-sama berupaya agar bisa mengajarkan delayed gratification skill ini pada anak. 

Tahukah apa yang dilakukan anak-anak keren ini ketika tidak menyentuh si marshmallow? Mereka menghibur diri sendiri, loh. Ada yang sambil nyanyi nyanyi kecil. 

Ada yang main-mainkan rambut atau jemari. Intinya, selama 15 menit mereka mempraktikkan skill "tahan godaan instan" dan yeah, keren banget kan, kesabaran yang membuahkan hasil ciamik di masa depan.

So, ketimbang kita mengutuk zaman yang makin amburadul kayak sekarang, alangkah baiknya kalau kita me-reset prinsip hidup buah hati. Praktikkan delayed gratification. 

Jangan mudah kasih kesenangan sesaat. Kalau anak merasa bosan lalu nangis, manakala caper (cari perhatian) ketika kita memasak, jangan langsung digendong ya Bund! 

Ajarkan dia untuk berdamai dengan rasa bosan. Karena tiap manusia kudu belajar mengelola emosi diri sendiri secara optimal. 

Siapapun plis baca dan share artikel ini, ya :) 

Selamat menerapkan delayed gratification, untuk anak dan diri kita juga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun