Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lebaran Terbaik Jatuh pada Tahun Ini!

2 Mei 2023   15:44 Diperbarui: 2 Mei 2023   15:46 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Cucu di Lebaran tahun ini (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Halooo, Happy Lebaran semuanyaa...! Udah tanggal segini, tapi kok rasanya susah move on dari asyiknya momentum Lebaran keluarga kami tahun ini :) Aaakkk Alhamdulillah, maturnuwun sangeeett ya Allah karena sudah memercikkan bahagia tanpa umpama ke dalam kalbu hamba. Boleh dibilang, this year is my Best Lebaran!

Ya iyalaahh, setelah terkungkung pandemi, kami nggak bisa amprokan (ketemuan bareng) selama tiga lebaran berturut-turut. Begitu 2023 kondisi relatif aman dan hamdalah semua pada sehat, cuss keluarga adik iparku pada pulkam ke Surabaya. 

Ada tiga keluarga yang join kemeriahan Lebaran: om Wawan dan tante Tina (dari Bandung) serta om Reza dan tante Lala (dari TangSel) dan keluarga saya.

Oke, tanpa banyak cang-cing-cung, eikeh cerita apa aja random things selama Lebaran tahun ini yak.

Parade Kedermawanan om Wawan dan tante Tina

Om Wawan dan tante Tina ini pasutri calon penghuni surga Firdaus kayaknya. Baiikk banget ga ada obat. Udahlah brilian, tajir, pekerja keras, ramah, murah hati, nggak sombong sama sekali, daaaah terusin deh list-nya. 

Pokoke, keluarga asal Bandung ini almost perfect! Dua anak mereka udah gede dan sopan banget, karena children see, children do ye kan. 

Om Wawan adalah dosen di kampus top Bandung (sekaligus pemegang gelar doktoral dari kampus di Inggris), tante Tina adalah dokter spesialis patologi anatomi RS Bandung (dan sering jadi pembicara seminar kedokteran di Eropa). Walau bergelimang harta benda gemah ripah loh jinawi, mereka berdua selalu menanggalkan atribut duniawi manakala lagi kumpul keluarga.

Tante Tina amat sangat hobi korah-korah alias cuci piring. Pokoke aku bersorak gembira kalau ada tante Tina, wis gapapa walaupun mbak ART (Asisten Rumah Tangga) mudik lamaaaa, karena piring segunung auto bersih sat set wat wet kalau ada tante Tina mah :) 

Makin makin hepiii karena nih pasutri kok hobi banget mengalokasikan budget 'unlimited' untuk keperluan keluarga besar. Menu-menu yang tersaji di meja makan mayoritas adalah persembahan duit mereka. 

Sekali belanja (untuk sekali makan keluarga besar) bisa habis 500K. Belum lagi, ngajakin bocah-bocah jajan. Berburu soto tapaksiring yang mana seporsi bisa 45K kalikan berapa orang tuh yang ditraktir. 

Trus jajanin JCo, beli buah-buahan premium, kasih angpau bocah 300K/anak, dan yang paling epic: Traktir kami semua di BonCafe alias resto steak super duper mihiiill di Surabaya, gaes! Ampoooon, eikeh iseng berhitung, kalau yang ikut segambreng dengan menu per orang 200K, bisa-bisa habis 2,5 juta sekali makan. Biyuh biyuuhh.

Tante Tina (jilbab putih) yang mentraktir makan steak di Boncafe Surabaya (dok.Bukanbocahbiasa.com)
Tante Tina (jilbab putih) yang mentraktir makan steak di Boncafe Surabaya (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Reaksi Kami Si Keluarga Mendang Mending

Tentu saja, saya terpukau dengan kebaikan hati ipar. Bersyukur banget bangeettt punya saudara dengan kemuliaan jiwa seperti mereka. Tapiii, di lubuk hati terdalam, kaum mendang-mending kayak diriku ini auto tersengat insecure. Biasanya, kalau mau nye-teak, aku ajak Sidqi anakku ke Kampoeng Steak, yang mana harga steaknya kisaran 20 ribu ajah. Tambah minum dan snack plus parkir, paling habis sekitar 80-100 ribu untuk tiga orang. 

Hohoho, pelan tapi pasti, aku bilang ke Sidqi, "Nak, Alhamdulillah... Allah anugerahkan rezeki berlebih dan kemuliaan hati ke om Wawan dan tante Tina. Jadi bisa nraktir steak mahal untuk kita semua. Kamu juga bisa nyicipin steak ala fine dining. Tapi ingat ya Nak, kalau kulineran sama Ibu dan Bapak, kudu kembali ke khittah kita yaitu Kampoeng Steak dan warung atau resto yang harganya sesuai dompet ya...."

Wkwwkkw, pediiihh :)

Yah, mau gimana lagi. Memang mengajarkan lifestyle sesuai kondisi finansial bukan perkara mudah. Apalagi, beberapa anak bakal cenderung 'mendongak' dan membanding-bandingkan. Ga usah anak-anak deh, orang dewasa kayak kita aja juga kerap terjebak komparasi tiada henti, kan? Konon banyak yang 'trauma' dengan momentum Lebaran ya gara-gara hal seputar duit ini. Saudara yang tajir melintir bakal dihormati, disanjung, dipuja-puja. Sementara yang dompet tiris kerap dipandang sebelah mata.

Asyiknya Lebaran tahun ini (dok. Bukanbocahbiasa.com)
Asyiknya Lebaran tahun ini (dok. Bukanbocahbiasa.com)

Tentu, saya berupaya keras menunjukkan bahwa keluarga besar kami bukan tipikal seperti itu. Apapun kondisi kamu, mau high class, medium atau low class, semua sama dan setara. UANG, TAHTA, PANGKAT sama sekali nggak bisa membeli rasa hormat dan segan. 

"Kita respek dengan attitude dan perilaku seseorang, bukan karena uang mereka. Kita respek dengan om Wawan -- tante Tina karena kemuliaan dan kebaikan hati, sopan santun, caring and loving, plus sikap mereka yang tetap rendah hati padahal secara derajat dan keilmuan boleh dibilang mereka dahsyat banget," ujarku pada Sidqi.

Transfer Energi Positif pada Buah Hati 

Momentum Lebaran juga kami manfaatkan untuk ngobrol santuy, sesekali torehkan pesan dengan value tertentu pada anak. Sidqi, anakku sudah berusia 16 tahun. Sayangnya, ia belum tahu nanti mau kuliah jurusan apa, dan sama sekali belum ada gambaran bakal menggeluti profesi apa di masa mendatang. Lebaran kali ini, thanks to om Wawan yang dosen kampus top, doi kasih wawasan dan berusaha njlentrehin (menjabarkan) gimana-gimana dunia perkuliahan dan masa depan pekerjaan. 

"Mulai sekarang coba ditelusuri, apa yang jadi kesukaan kamu. Nanti kuliah bisa ambil jurusan sesuai dengan passion. Nggak harus teknik, nggak harus kedokteran, yang penting kamu suka jurusan itu dan betul-betul mencari ilmu sebaik-baiknya," begitu petuah adik iparku ini. Strategi untuk menembus kampus negeri favorit juga dijabarkan oleh doi. Mantuuuull!!

Sidqi memang sedari kecil "ngefans" banget sama om Wawan. Doi demen pol style ala om Wawan, mulai dari gaya busana, celana yang dipakai, sampai detail kacamata. Ingat banget pas masih kecil, Sidqi sering merengek, "Mau dibeliin kacamata kayak om Wawan..." 

Tak heran, manakala sebuah petuah disampaikan oleh "idola"-nya, Sidqi (tampak) mencerna dengan seksama. Manggut-manggut dengan penuh perhatian. Bedaaa bangeeett kalau yang ngasih tausiyah tuh emaknya, wkwkwkw. 

*

Terima kasih juga buat Uti Arif, ibu mertuaku, yang juga sering ngobrol dengan Sidqi, dan menceritakan "Kok bisa sih om Wawan jadi orang yang cerdas dan beruntung?"

Uti Arif, ibu mertuaku yang super lovable (dok.Bukanbocahbiasa.com)
Uti Arif, ibu mertuaku yang super lovable (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Uti Arif bilang, "Om Wawan itu sangat rajin dan tekun belajar. Sejak kecil suka berbagi ilmu dengan teman-temannya dan memang cita-citanya jadi dosen. Trus om Wawan tidak pernah membantah orang tua. Waktu SMA, om Wawan pernah diterima seleksi Beasiswa Pertukaran Pelajar ke Amerika, tapi Uti merasa khawatir dan bilang 'Jangan berangkat dulu, Wan. Kamu masih terlalu muda. 

Nanti saja kalau sudah lulus kuliah'. Kebanyakan remaja biasanya bakal melawan/berontak kan. Tapi om Wawan patuh... Pas SMA tidak jadi berangkat ke luar negeri. Ternyata rezekinya bisa diterima kuliah di kampus bagus lalu dapat Beasiswa S2 S3 di Inggris, dan om Wawan bisa keliling dunia karena wawasan dan ilmu yang dia punya."

Ini loh Om Wawan yang jadi sentra cerita postingan ini (dok.Bukanbocahbiasa.com)
Ini loh Om Wawan yang jadi sentra cerita postingan ini (dok.Bukanbocahbiasa.com)

So, yeah... terkadang nasehat itu memang perlu didapatkan anak dari banyak pihak. Barangkali anak bosan manakala harus terus-menerus dicekoki petuah dari orang tua kandung. Lebaran bisa menjadi momentum jitu, untuk merekatkan tali persaudaraan, bersilaturahmi dengan hati, sekaligus transfer energi. Selamat merayakan hari indah ini. Semoga kita senantiasa diberi kesehatan, hidayah untuk bisa menerima dan menebarkan kebaikan, tanpa henti. 

Ini cerita Lebaran aku, yuk mana cerita Lebaran kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun