Lawan Fast Fashion, Yuk Lebaran Pakai Baju Lama Saja!

"Nurul dah beli baju Lebaran?"

"Oh, enggaaa... kami pakai stok baju yang ada aja di rumah. Lagian males uyel-uyelan (berdesakan) di mall kalau udah dekat Lebaran gini."

"Lho kan bisa beli baju secara online?"

"Nggak... kami udah biasa pakai baju yang lama aja kok. Masih bisa dipakai buat sholat Ied juga."

Tanteku mengernyit, setengah tak percaya dengan "jalan ninja" yang kupilih. Heyy, buat beberapa orang, nggak beli baju saat Lebaran tuh semacam "aib" kali ya, wkwkwk. 

Yaaa gapapa sih, tiap orang kan berhak punya opini dan POV (point of view) masing-masing. Tanteku berprinsip Lebaran WAJIB pakai baju baru. Sementara aku enggak. Isi kepala orang berbeda, dan itu yang bikin hidup jadi makin asyik. Bayangin aja kalo pendapat semua warga dunia tuh samaaaaaa semua, hiyyy jadi malah mengerikan tho? 

*

Anyway, sudah berapa tahun ya saya nggak pernah beli baju Lebaran? Kayaknya, sekitar 8 atau 10 tahun terakhir, deh. Rasanya udah nggak ada hasrat untuk berburu baju baru khusus Lebaran. Karena buat saya, kostum Lebaran tuh yang penting nyaman dipakai, menyerap keringat, intinya nggak bikin ribet, lah. 

Kalaupun ada rezeki tambahan atau bonus jelang Lebaran, saya lebih kerap alokasikan buat beli mukena. Biasanya, kondisi mukena lebih gampang "rusak" apalagi kalau kita tidak telaten menyimpan dan mengeringkan mukena dengan baik. Habis wudhu, biasanya kulit wajah masih basah, ehh... langsung main pakai mukena aja. Nggak heran kalau mukena tuh barang yang paling sering kotor di bagian dagu dan dahi. Tidak jarang mukena juga beraroma 'ganggu' banget, apalagi kalau sering dipakai bergantian dengan orang lain. Padahal, mukena itu kan kostum rutin kita untuk berkomunikasi dengan Allah ta'ala. Mukena ini kan seriiingg banget dipakai, ya. Dalam sehari, minimal 5 kali. Kalau Ramadan malah lebih sering lagi. So, preferensi saya: lebih demen beli mukena baru setahun sekali, alih-alih beli baju baru.  

Berburu Mukena (dok.Bukanbocahbiasa.com)

 

Tolak Tren Fast Fashion

Mungkin dulu pas saya masih kanak-kanak, orang tua kerap mengidentikkan lebaran = beli baju baru. Seiring berjalannya waktu, kok saya nggak relate lagi dengan prinsip itu. Baju-baju yang teronggok di lemari jumlahnya masih sangat cukup. Model dan warnanya juga terbilang OK. Jadi, untuk alasan apa saya harus menambah koleksi busana?

Apalagi belakangan ini, saya banyak terpapar artikel seputar fast fashion. Apa sih Fast Fashion itu? Adalah fenomena tren mode pakaian yang terus bergerak dengan cepat, sehingga membuat produksi tekstil mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya produksi pakaian sangat banyak, dan berganti secara periodik dengan durasi yang terlampau gegas. 

Fast Fashion menyebabkan masyarakat/ calon konsumen disuguhi produk baru terus-menerus. Informasi mengenai produk fashion ini terus menggerojok bagai air bah, terlebih akibat masifnya dunia digital dan media sosial. Juga toko daring dan e-commerce yang berkembang sangat cepat.

Singkatnya, Tren Mode fast fashion ini Menjadi Bumerang terhadap Lingkungan hidup. Seperti yang kita tahu, industri mode tentu kudu mengusung daya tarik berupa warna-warni cerah, motif serta tekstur kain yang spesifik. Ini semua didapatkan dengan memanfaatkan aneka bahan kimia beracun. Hasilnya, terjadilah pencemaran air, dan produksi busana yang dihasilkan dari tren fast fashion ini menjadi penyumbang limbah terbesar! Industri fast fashion bertanggung jawab terhadap sekitar 10% dari total emisi karbon di dunia, bahkan diperkirakan akan mengalami peningkatan sampai 50% di tahun 2030. Pada gilirannya, ini semua mengusung resiko buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Baju Lama Tetap OK untuk Outfit Lebaran 

Kesimpulannya? Ya itu tadi. Kami makin semangat untuk membatasi aktivitas beli pakaian baru. Bukan hanya di momen Lebaran, untuk kebutuhan harian pun, kami sangat membatasi untuk menambah koleksi pakaian.  

Saya juga berhenti follow beberapa akun Hijabers, yang dikhawatirkan bisa memicu semangat shopping baju baru. Toh, syarat untuk ber-OOTD (Outfit of The Day) saat Idul Fitri kan = pakaian rapi, bersih dan sopan. Tidak harus baju baru. Ingat lirik lagu Dea Ananda

Baju baru Alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya...

Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama......

Dress to Express, not to Impress

Cara berbusana menunjukkan karakter diri. Kalau boleh menilai diri sendiri, maka outfit style saya menggambarkan sosok yang santuy, tidak ambil pusing dengan komentar orang lain dan bebas mengutarakan opini. Biarlah saya mengenakan busana Lebaran untuk mengekspresikan aspirasi yang menggumpal dalam jiwa, bukan untuk impress alias berusaha bikin orang terkesan.

Lagipula, saya nyaris tidak pernah mengalokasikan budget untuk beli baju dan aksesoris baru. Apalagi hanya untuk membuat orang lain terpukau.

Jangan sampai kita termasuk dalam golongan yang tertohok dengan adagium ini: 

"We buy things we don't need with money we don't have to impress people we don't like"

Selamat merayakan Ramadan, teman-teman.

Selamat Bersiap untuk IdulFitri, momen suci yang kita nanti.

Baju baru atau lama, tidak masalah. Yang penting, kita berupaya untuk melakukan yang terbaik di bulan istimewa penuh berkah.