Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jurus Anti Melarat di Bulan Ramadan

16 April 2023   09:52 Diperbarui: 16 April 2023   09:58 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber dengan Menu Sederhana (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Kalo dipikir-pikir, hidup ini lucu ya. Penuh kontradiksi di sana sini. Contohnya aja perkara puasa. Sejatinya, puasa di bulan Ramadan itu kan mengajarkan kita untuk bergaya hidup sederhana. Qona'ah alias merasa cukup; bukannya bermewah-mewah. Kenyataannya? Hohoho, bulan puasa orang malah makin "beringas" baik itu perkara makanan minuman maupun lifestyle. Kalau hari-hari biasa,kita makan cukup nasi + lauk + sayur, nah pas Ramadan segala rupa added menu terpampang nyata. Kolak pisang, bubur biji salak, sop buah, dan aneka gorengan yang membangkitkan selera. Belum lagi, bicara soal menu (dan banderol) bukber. Ulalaaa, perut udah dilatih buat kosong selama sekian jam, lah kok pas jam buka malah diberondong dengan aneka menu all you can eat. Harganya? Bisa mencapai kisaran 300 ribuan per orang!

Ya gini ini yang bikin ibadah puasa kita agak jalan di tempat. Kurang "match" dengan esensi dan hakikatnya. Kan kita puasa itu supaya bisa berempati dengan kalangan dhuafa/ kurang mampu. Lha kalau puasanya model "siang dipendam malam balas dendam" gagal dong empatinya?

Tidak heran, finansial ikut acakadut, ya itu tadi penyebabnya. Lantaran Hasrat makan minum enak (plus berlebihan) juga gaya hidup yang aduhaiii.

Ramadan masih tersisa beberapa hari. Tapi ya nggak papa, kita tetap boleh dan sempat untuk evaluasi diri. Yuk lah, coba kita jembrengkan TIPS supaya finansial jadi sehat di Bulan Ramadan.

(1). Bersyukur dan Berdoa supaya Allah Memampukan Kita

Mau segede apapun gaji/ pendapatan yang kita terima, kalau pengaturannya acakadut, ya mustahil finansial sehat saat Ramadan bisa kita capai. Ingat prinsip ini:

Banyak belum tentu cukup, Sedikit belum tentu kurang

Janganlah mengejar senang, tapi carilah tenang.

Ajari hati ini untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam segala hal.

Yap, kalau prinsip ini sudah tertanam dalam jiwa, insyaAllah kita akan lebih lancar dalam mengatur pemasukan pengeluaran di bulan suci ini.

Dan jangan lupa, kita ini siapa sih tanpa Allah? Siapa yang memampukan kita untuk tetap hidup, bernafas, sahur, puasa, buka, masak dan belanja, plus mengelola keuangan keluarga? Berapapun rezeki harta yang kita terima, bersyukurlah, dan doa. Minta pada Allah, agar keberkahan selalu mengalir di dalamnya. 

Ada doa yang bisa selalu kita panjatkan setiap pagi dan petang: 

Allahumma inni a'udzubika minal kufri wal faqri. Allahumma inni a'udzubika min 'adzabil qabri la ilaha illa anta. 

Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Tuhan kecuali Engkau".

(2). Berani Berkata "Tidak!" untuk Hal-hal yang tidak Esensial

Misalnya apa? Undangan Bukber! Jujur aja deh... Bukber adalah tersangka utama amburadulnya finansial mayoritas dari kita, kan?

Saya bukannya anti-banget dengan Bukber, ha wong saya juga sesekali masih ikutan kok. Tapi saya kurang setuju dengan Bukber yang over-rated, baik itu dalam hal banderolnya yang kemahalan, ataupun frekuensi Bukber yang terlampau sering.

Kita ini kalau buka puasa, lambungnya kuat menampung seberapa banyak sih? Kapasitas lambung kan terbatas, jadi yaa... buat apa kita "buang-buang duit" demi Bukber all you can eat di resto mewah?

Toh, kalau mau Bukber, bisa banget ke warung/ caf/ resto yang bersahaja, cukup 30-50 ribu per orang sudah kenyang. Atau kalau mau lebih irit dan berkah, langsung melipir aja ke Masjid terdekat. Kan banyak tuh yang sediakan ifthar untuk jamaah. Sholat Maghrib + Isya + Tarawih juga bisa tertunaikan dengan baik kan?

Coba deh... hitung lagi, berapa pengeluaran yang dialokasikan untuk Bukber. Ini termasuk biaya HTM Resto + ongkos transportasi PP yah. Anda akan kaget lihat angkanya! Apalagi kalau di kota besar, kita terbiasa bukber di lokasi jantung kota. Lah kalau rumahnya di perbatasan (kayak daku) lumayan banget lho itu ongkos transportnya.

Jadi, apabila ada undangan Bukber, pikirkan baik-baik. Apakah aku HARUS BANGET datang ke acara itu? Ini yang ngundang, siapa? Kira-kira se-urgent apa? Berapa budget yang harus aku siapkan apabila kudu datang ke Bukber? Intinya, hitung manfaat vs mudharatnya yah. Lebih banyak yang mana. Kalau sudah dianalisa, dan ternyata Bukber itu nggak penting-penting amat, ya sudah.... Be assertive. Beranilah untuk berkata "Tidak".  

Alasannya bisa diungkapkan se-masuk akal mungkin, kok. Misalnya:

"Oh, sorry... aku nggak bisa ikutan Bukber, soalnya aku udah janji ama anakku untuk nemani tarawih di Masjid."

"Wah, maaf ini ternyata aku masih kudu lembur, banyak kerjaan kudu kelar sebelum Lebaran."

"Waduh, aku lagi jadi panitia ifthar di Masjid. Maaf yaa, nggak bisa ikutan. Salam aja buat semua."

(3). Pembatasan Kreasi Menu Ramadan

Budgeting untuk menu Ramadan juga PR banget, karena beberapa harga sembako kompak beranjak naik. Sebagai manager keuangan rumah tangga, saya kudu kreatif menyikapi hal ini. Artinya kudu disiasati dengan pembatasan. 

Di Ramadan tahun ini, saya mencoba utak-atik variasi menu dengan budget constraint / terbatas. Di keluarga kami, Sidqi (16 tahun) adalah satu-satunya manusia yang masih dalam masa pertumbuhan dan butuh gizi optimal. Saya, suami dan ibu mertua sudah memasuk fase "senjakala". Maksudnya kami nih udah tua, kan. Udah ada keluhan penyakit degeneratif juga, jadi kudu membatasi asupan makanan.

Ketika buka dan sahur, yang butuh menu protein hewani "kelas berat" (berat di harga maksudnya) ya hanya Sidqi.

So... untuk menu yang dikonsumsi para tetua (saya, suami dan ibu mertua) hanya berkisar karbo + lauk tahu, tempe, telor, ikan + sayur.

Kalau Sidqi bisa makan menu kayak daging merah, ataupun ikan yang lumayan high cost. Sidqi masih butuh gizi paripurna supaya bisa tambah tinggi. Sementara aku, suami dan ibu mertua justru berada di fase harus mengurangi makanan enak, agar gula dan tekanan darah enggak melonjak gila-gilaan.

(4). Alokasikan Budget untuk Sedekah

Nah, untuk diri sendiri kita pancangkan prinsip "Ambil Secukupnya". Selebihnya, yuk kita berbagi pada masyarakat. Jangan pelit, kalau menginjak perkara  sedekah/ infaq/ wakaf. Tunaikan zakat. Baik itu zakat fitrah, maupun zakat maal (harta). Justru ketika kita banyak berbagi kepada dhuafa/ Masjid/ dll, maka.... keajaiban dalam hidup akan menghampiri! Rasa tenang, nyaman, damai. Anak jadi baik hati, mudah dinasehati, sayang dan hormat pada orangtua... ini adalah rezeki yang super priceless, dan haqqul yaqin bisa jadi ini karena doa-doa baik yang dilangitkan oleh dhuafa yang pernah kita bantu. 

Ada saudara saya yang kondisi keuangannya lagi kembang kempis. Di bulan Ramadan, ia ber-azzam (memancang tekad) untuk rutin sedekah. Alhamdulillah.... problema hidupnya terurai satu demi satu dan menemukan solusinya. 

***

Yak, segini dulu tips yang saya bagikan terkait Finansial Sehat saat Ramadan. Tulisan ini juga dalam rangka menasehati diri sendiri kok. Bismillah, di Ramadan yang indah ini, semoga Allah mampukan kita untuk jadi insan yang lebih baik lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun