Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Felix Siauw, Ustaz "Kontroversial" Panutan Keluarga Milenial

8 April 2022   05:26 Diperbarui: 8 April 2022   05:33 2839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ust felix Siauw (4 dari kiri) --- dok Bukanbocahbiasa.com

Sampai detik ini, saya nggak terlalu paham, kenapa kok Felix Siauw dianggap "kontroversial" (sengajak saya pakai tanda "..." ya gaes) Apa mungkin lantaran beliau terafiliasi dengan jaringan organisasi tertentu, dan sering mendengungkan konsep khilfah? Well, apapun itu, saya tidak menitikberatkan ke hal tersebut. Saya lebih meng-highlight kajian keislaman dan bagaimana Ustadz Felix Siauw mengupas sejarah Islam, dengan cara yang menyenangkan. Yang jelas, gegara menyimak kajian beliau, saya jadi makin paham dan bangga dengan ajaran Islam, serta semangat untuk menerapkan value agama ini dalam kehidupan keseharian.

Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang sejenak dengan beliau, sesaat sebelum Ustadz Felix mengisi acara di Unesa Ketintang Surabaya.

Penulis buku "Udah, Putusin Aja!" ini bercerita seputar bagaimana ia menahkodai keluarganya. Berikut cuplikan perbincangan saya dengan Felix Siauw.

Bagaimana Anda mendeskripsikan profil keluarga Anda?

Ada cita-cita besar yang saya dan istri canangkan tatkala berkeluarga sedari awal. Cita cita itu adalah: Ingin memiliki keluarga yang berintikan dakwah. Artinya, dakwah adalah SEMANGAT yang harus terus ada yang setiap aktivitas keseharian yang ami lakukan. Alhamdulillah, Allah mengamanahi kami banyak anak, insyaAllah anak-anak ini lahir untuk mengemban dakwah juga. Jadi mereka akan menjadi generasi berikutnya yang hadir untuk menyebarkan nilai-nilai/ value Islam.

Saya dan istri berusaha mengenalkan dan membiasakan anak-anak untuk dekat dengan semangat dakwah. Contoh paling sederhana: harus menutup aurat, untuk anak putri dibiasakan pakai jilbab. Kemudian kami juga mengenalkan apa dan bagaimana profesi Bapaknya sebagai pendakwah. Tentu, saya dan istri memperkenalkan dan menceritakan apa saja aktivitas dakwah yang saya lakukan, tentu dengan Bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. 

 

Dengan mengusung semangat "berintikan dakwah" di keluarga, hal apa sajakah yang sudah tampak pada anak-anak? 

InsyaAllah, kalau nilai dakwah ini sudah tertanam dalam diri anak, maka dakwah akan menjadi"habbits" buat mereka. Saya sempat kupas dalam buku "Master Your Habits". Jadi, kalau kita mau menelisik, bisa dipastikan, hasil-hasil yang kita dapatkan adalah buah dari kebiasaan kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan ini. Tentu saja, sebagai kaum beriman, kita ingin bagaimana caranya agar keluarga/ anak-anak keturunan kita bisa mendapatkan habbit / kebiasaan yang baik.

Oleh karena itu, salah satu tuntutan yang mesti ada: ikhtiar kita secara maksimal. Ini yang harus kita upayakan. Kemudian muncul pertanyaan, "Bagaimana cara agar kita bisa membuat sebuah kebiasaan yang baik ini?" Bermula dari apa yang kita pikirkan, maka kemudian kita akan melakukan sesuatu hal secara kontinyu, dan bakal menjadi kebiasaan.

Contoh: jika yang kita pikirkan adalah: aku ingin menjadi orang kaya, maka Tindakan-tindakan kita akan merepresentasikan pikiran kita tersebut.

Kita akan bekerja keras, membangun relasi, melakukan usaha-usaha yang nantinya bisa berujung kebiasaan untuk menjadikan diri orang kaya.

 

Artinya, hal yang mesti kita perbaiki, ubah cara berpikir kita. Dari cara berpikir, lalu kita mampu mengubah cara bersikap. Setelah itu, ubah cara bertindak. Dan bila kita konsisten dengan segala tindakan yang kita lakukan tadi, maka itulah yang akan membuat kebiasaan atau "habbits" kita. Intinya, apa yang dilakukan terus-menerus, jadi sesuatu yang diutamakan.

Jadwal dakwah Ustadz Falix Siauw amatlah padat. Kerap berkeliling Indonesia dan luar negeri untuk berdakwah. Dengan jadwal sepadat ini, bagaimana Anda memainkan peran sebagai "Ayah" walaupun terbilang frekuensi bertemu keluarga tidak banyak? 

Betul, ini tantangan untuk para orangtua yang sering pergi jauh dari keluarga, baik karena tugas dakwah maupun profesi/pekerjaan yang mengharuskan untuk sering bepergian. Yang saya lakukan adalah: Luangkan waktu untuk anak, Ketika kita tengah berada di rumah. Saat anak jelang tidur misalnya, saya kerap menceritakan kisah-kisah Rasul dan Sahabat. Ini untuk membangkitkan kebanggaan mereka terhadap uswatun khasanah bagi kita semua.

Selain itu, saya juga membacakan ayat-ayat al-Qur'an. Kemudian saya minta anak untuk mengulang ayat yang baru saya baca. Muroja'ah Bersama adalah bentuk quality time. Kami juga mendiskusikan isi ayat tersebut, menjabarkan tafsir ayat, tentunya dengan Bahasa dan cara yang mudah dipahami oleh anak-anak di rentang usianya.

Ust felix Siauw (4 dari kiri) --- dok Bukanbocahbiasa.com
Ust felix Siauw (4 dari kiri) --- dok Bukanbocahbiasa.com

Quality Time antara Orang tua dan anak sangat penting dilakukan, ya?

Betul sekali. Anak-anak butuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.  Selain itu, saya juga berkomitmen agar anak-anak punya waktu seharian full untuk pergi sama bapaknya. Untuk apa? Bukan sekedar pergi bersenang-senang, tapi aktivitas ini kami lakukan untuk transfer karakter. Perlu digarisbawahi ya, transfer karakter, bukan sekedar transfer knowledge. Karena kalau sekedar transfer knowledge, maka anak-anak kita bisa mendapatkan dari mana saja. Malah, mesin pencari google bisa lebih jago dari kita, para ortu atau ustadz(ah)nya di sekolah.

 Sementara untuk Transfer karakter......tidak bisa tidak, harus dilakukan oleh orangtua. Di sinilah, kami menanamkan kecintaan kepada Islam, semangat untuk dakwah dan hal-hal baik lainnya. Jadi, peran "ayah" tetap bisa saya mainkan, kendati saya jarang berada di rumah.

 

Bagaimana kerjasama dan pembagian tugas antara Anda dan Istri dalam mendidik anak?

Dalam hal mendidik anak, memang betul saya memberikan porsi lebih besar kepada istri. Karena itulah, istri saya tidak bekerja, beliau fokus mengurus anak, jadi insyaAllah beliau tidak akan kehilangan masa pertumbuhan anak. Ini hal yang penting bagi kami, karena masa tumbuh kembang anak tidak mungkin berulang. Jadi.... jangan sampai hal itu akan beliau sesali di masa mendatang. Terkait hal ini, tentu kami membuat kesepakatan  bersama, ya. Jadi, ibarat lagi main bola, peran saya sebagai striker alias penyerang, sementara istri yang jadi defender sekaligus kiper alias jaga gawang. 

 

Apakah anak tidak pernah protes melihat kesibukan ayahnya di dunia dakwah yang seolah tak ada jeda?

Ya, baru-baru ini Alila, yang paling besar sudah bisa protes. Dia bilang, "Umi, abi kok nggak ada liburannya sih?" 

 Ya, kami jelaskan, kalau abinya ini harus menjalankan aktivitas dakwah. Alila harus ikhlas dengan kondisi ini. Kami ajak membandingkan dengan anak-anak lain yang orangtuanya harus kerja berbulan-bulan atau bertahun-tahun tidak pulang, sebagai pelaut misalnya. Bahkan,ada anak yang tidak bisa bertemu lagi dengan ayahnya karena sang ayah sudah meninggal dunia. Jadi, bagaimanapun juga, anak-anak tetap harus bersyukur dengan kondisi sekarang. Karena apa yang abi lakukan ini aktivitas mulia.

 Kok bisa anak saya protes? Ceritanya, waktu itu ada tugas dari sekolah. Murid-murid diminta menceritakan apa saja yang dilakukan selama liburan kemarin. Nah, karena tiap weekend, saya ada undangan dakwah, dan Alila nggak pergi kemana-mana, jadi dia nangis, nggak tahu harus cerita apa.

Anak saya sempat merasa kecil hati. Lalu, saya jelaskan, Alila nggak perlu kecil hati. Karena abinya ini kan dakwah dan pengusaha juga, bukan karyawan. Jadi, abi tidak libur di akhir pekan, seperti karyawan pada umumnya.

 Saya kasih penegasan ke anak-anak bahwa libur itu tidak harus berupa kegiatan akhir pekan, pergi ke Puncak, atau kebun binatang, atau ke tempat semacam itu. Libur tidak harus kayak begitu. Libur adalah kegiatan yang dilakukan dengan seluruh anggota keluarga, bisa tujuannya ke mana saja, dan di hari apa saja. Misalnya, saya ajak dia ke Masjid. Atau, saya ajak untuk datang di salah satu acara dimana saya jadi pembicara. Aktivitas sejenis, yang bisa mengeratkanbonding antara orangtua dan anak, itulah esensi liburan yang sebenarnya.

 

Sebagai pegiat dakwah, Anda kerap mengusung hal yang anti-mainstream. Misalnya, ketika Anda mengkritisi style berhijab muslimah. Apa memang ciri khas Anda memang selalu anti-mainstream seperti ini?

Setiap kebenaran harus disampaikan. Ketika sekarang banyak style hijab yang macam-macam, dan itu memakan porsi besar dari muslimah kita, tidak serta merta kita harus ikut-ikutan porsi besar tadi. Walaupun kita harus mengapresiasi bahwa karena trend hijab itu ada positifnya. Banyak perempuan yang sekarang jadi mengenakan hijab, karena mereka melihat hijab itu tidak mengerikan dan tetap bisa tampil gaya.

 Meski ada hal positif dari gelombang style hijab, bukan berarti syariat bisa diganti. Hijab itu tidak ribet, tidak perlu tutorial. Pada dasarnya, hijab sesuai syariat itu yang sederhana, dan sesuai panduan dalam Al-Qur'an.

Bagaimana dengan muslimah yang berhijab tapi belum sempurna? Ya, kita tetap harus apresiasi. Kemudian, kita ajak untuk kembali ke panduan hijab yang benar. Jangan sampai kita melakukan dakwah dengan pendekatan yang salah. Kita bilang hijab gaul itu salah, dosa, dll. Tapi, kita ajak dengan santun, bahwa sosok muslim(ah) yang baik itu harus terus-menerus membenahi diri. Termasuk, menghijabi diri sesuai syariat, bukan karena tuntutan mode.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun