Tapiii, anehnya, biarpun berada di lingkungan kerja toksik (baik secara fisik maupun psikis) saya betah tuh kerja di perusahaan tersebut. Walau nyaris tiap hari kuping dan hati ini berasa teriris, karena boss-ku terus menerus menuntut ini itu ina inu, yaaaa daku sih tetep enjoy! Kiatnya apa?Â
(1). Gaji, fasilitas dan remunerasi maknyus
Tidak bisa dipungkiri, kerja di industri multinasional itu, bikin rekening bank-ku auto gendut setiap tanggal 25. Gajinya (untuk ukuran pekerja fresh graduate) sangat lumayan banget! Udah gitu, banyak fasilitas yang kita dapatkan. Plus, ada kesempatan untuk dapat Beasiswa belajar ke luar negeri bagi karyawan yang menunjukkan prestasi menawan. Siapa yang nggak ngiler, coba?Â
(2). Kesempatan Traveling AbidinÂ
....Abidin alias Atas Biaya DInas ;) Pabrik rokok ini menguasai pangsa pasar di seluruh wilayah Indonesia. Otomatis, saya kerap ditugasi untuk business trip ke berbagai destinasi dalam negeri. Medan, Manado, Gorontalo, Palembang, Padang dan berbagai kota-kota lain yang belum tentu bisa saya samperin kalau tidak meniti karir di industri ini.Â
Lebih maknyus lagi, udah traveling dibayari kantor, eh, masih juga dikasih allowance yang (lagi-lagi) bikin rekening makin menggendut! Penerbangan kelas 1, hotel (minimal) bintang 4, boleh pesan makanan apaaaa aja... duh, benar-benar pengalaman business trip yang super awesome!
(3). Saya pernah berada di lingkungan kerja yang lebih "menyiksa"
Hohoho.... sebelum kerja sebagai public relation, saya adalah presenter dan reporter sebuah stasiun TV yang kudu meng-cover aneka berita di Surabaya dan sekitarnya, plus kudu siaran pagi. Bayangkan, SETIAP HARI saya kudu ke kantor jam 3 pagi, dan baru pulang jam 8 malam, TANPA duit lembur.
Ulalaaa.... rasanya udah kayak kerja sama VOC :D Bener-bener kerja rodi, dengan gaji yang bikin istighfar. Fasilitas? Boro-boro. Mungkin karena kami para jurnalis ini dianggap 'kerja sesuai passion' jadinya yaaahhh begitulaahh gaji seadanya.... tunjangan, remunerasi dll nggak bisa diandalkan juga.Â
Nah, karena itulah, saya menganggap toksiknya lingkungan kerja di pabrik rokok ini enggak ada apa-apanya. Boss saya memang demanding dan super-duper-extra-perfeksionis. Tapiii, ya sudahlah. saya anggap itu resiko kerja di multinational corporation. Barangkali, di tempat lain, bossnya malah lebih galak atau bahkan melakoni pelecehan seksual / mem-bully karyawan?
(4). Teman-teman yang AsyikÂ
Walaupun ngeselin karena masuk kategori heavy smokers, teman-teman saya tuh punya karakter yang asyik. Alhamdulillah, saya bersyukur dikelilingi sesama budak korporat yang selalu siap ketawa dan 'puk puk' bareng setiap ada masalah. Ini kan gunanya teman? Berbagi suka dan duka bersama. Oh, so sweet :D
(5). Aku Bekerja, Maka Aku Ada
Jadiii, saya nih dibesarkan oleh single parent. Ibu saya bekerja sebagai guru, dengan nominal gaji yang tidak seberapa, tapi cukup untuk menghidupi kami sekeluarga.Â
Ibu adalah role model dalam hidup. Saya semakin takjub dan mengapresiasi sosok Ibu, karena beliau bekerja.Â
Memodifikasi kutipan Descartes, Saya berpikir maka saya ada..... Boleh kan bikin versi sendiri "Aku bekerja maka Aku Ada."