Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dear SonShine, Semoga Stok Maaf untuk Ibu Masih Banyak, Ya

13 Mei 2021   17:41 Diperbarui: 13 Mei 2021   17:43 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama menghirup udara segar di bumi Indonesia selama xxxx tahun (sengaja di-blur wwkw) sudah pasti saya punya banyaaaaaakkkk banget catatan noda dosa. Terutama kesalahan kepada orang-orang dekat/ yang kerap berinteraksi. Udah barang tentu, saya punya catatan kesalahan karena ngelamak (melawan) boss, atau mungkin kres/terlibat konflik dengan teman kantor, teman sekolah, teman gaul, ya kayak gitu gitu lah. 

Dengan segenap kerendahan hati, izinkan saya meminta maaf sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya. 

Bicara soal kuantitas dan kualitas (derajat) kesalahan, in my humble opinion, yang paling makjleb adalah: kesalahan yang aku perbuat pada anakku. Si ganteng, sholih, taqwa yang biasa kupanggil "Sidqi"

Kesalahan apa saja? Sak hohah alias banyaaakk banget! Kalo kudu nge-list satu demi satu, kuatirnya ntar nyampe lebaran thn depan baru kelar. Jadi, oh well, saya bikin sedikiiiit 'sneak peak' aja ya. 

Kesalahan pertama: Saya sering'meremehkan' anak. Misalnya, dengan berucap "Emangnya kamu bisa apa?" Walahh, Bund. Kalimat itu nylekit banget, lho. Sebenernya lebih cocok ditujukan untuk mantan pacar yang kelihatan madesu alias masa depan suram ((MADESU, oh jadul banget mbaknyaaaa.....)) Ha mbok jangan diucapkan ke anak. Karena, heiii, alih-alih memotivasi, kalimat "Emangnya kamu bisa apa?"  ini terdengar tendensius dan super bikin hati jadi ambyar. Tobat ya Bund, tobaattt.....

Kesalahan kedua: Suka membandingkan dengan pencapaian anak lain. 

Wah, kok kamu baru bisa rumus volume balok sih? Si Laila udah bisa trigonometri, integral, yadda yadda blablala

Eh, si Arief tuh udah hafal juz 20 dan 29 lho! Kamu ini kapan mau jadi Hafidz kalo malas-malasan ngaji? 

Lhaaa, kok kamu baru bisa lari keliling lapangan doang? Anaknya bu Gito udah bisa kayang, headstand, dan jungkir balik keliling gunung semeru lho! *oh, lebay

Sekilas, mungkin terdengar "mulia". Tapiii, kalo dipikir-pikir lagi, mana ada sih orang yang demen dibanding-bandingkan dengan orang lain? 

Kita aja deh, Bund. Kalo misalnya pak suamik bilang, "Eh, kok kamu makin ke sini makin bengkak sih? Mbok ya diet, biar kayak istrinya pak Fulan itu lho... biarpun anaknya 4, tapi badannya masih kayak ABG"  HADEZIIIGGGG!!! Pengin nyumpelin stileto ga sehhh :D

Dok: BukanBocahBiasa.com
Dok: BukanBocahBiasa.com

Kesalahan ketiga: Suka mengungkit prestasi diri sendiri di masa lalu

Yeah, narcistic parents ini somehow ngeselin parah, dah. Aselik! Kalimat andalannya, "Jaman Mama seusia kamu dulu......" diikuti dengan humble brag yang entah kapan kelarnya. 

Sang Mama sibuk berceloteh, "Mama seusia kamu dulu sudah bisa masak opor ayam, rendang, tumis kangkung, trus dimasukin mesin es krim, dan MARI KITA COBAAA! Kamu??? udah umur segini, kerjaannya jajaaannn mulu. Kagak produktif sama sekali!" 

nah lho nah lho 

Daaaannn, masih buanyak kesalahan/ parenting failure lainnya yang kalo ditulis bikin nyesek juga yak. 

Maka dari itu, di momen yang super indah, suci, amazing ini, izinkan Ibu mengucap selarik kalimat buat kamu, duhai anakku. 

Mas Sidqi. 

Ibu tahu ibu bukan sosok yang sempurna. 

Mungkin Ibu mendidik kamu dengan cara yang salah, tapi percayalah, DOA ibu tidak pernah salah. 

Ibu menempatkan nama kamu dalam untaian doa, yang selalu Ibu langitkan dengan segenap kekuatan jiwa. 

Ibu percaya, amatlah mudah bagi ALLAH, Sang Maha Segala untuk menjadikan kamu anak yang baik hati, yang lembut jiwanya, yang welas asih, yang sayang- hormat - patuh- respek pada orang tua....

Amat mudah bagi ALLAH untuk menjadikan kamu pribadi yang paripurna. 

Amat mudah....

Karena itu, Mas Sidqi. 

Ibu tak bosan-bosannya melangitkan harapan/ mengemis kasih sayang-NYA agar IA selalu mencurahkan berkah, hidayah, petunjuk untuk kamu dan kita semua. 

Mungkin Ibu manusia bodoh yang kerap tersambar rasa jumawa. 

Mungkin sikap Ibu yang tengil, nyebelin, ngeselin terkadang menghadirkan resonansi jiwa, sampah emosi yang tidak perlu... sehingga terkadang kita terjebak dalam seteru. 

Tapiii....

Ibu tidak menyerah, Nak.
Ibu percaya, bahwa apapun ujian yang kita terima, ini adalah wujud kasih sayang ALLAH yang (mungkin) nampak menyakitkan. 

Ini adalah sebuah metode, agar kita mau merunduk, merendah, menghilangkan sifat sombong yang kebablasan. 

Mengenyahkan perangkap setan yang senantiasa menggoda dan menggedor diri kita. 

Kita harus kuat ya Mas Sidqi!

Harus kuat!

Tangguh!

Jangan lembek!

Percayalah, what doesn't kill you, makes you stronger!!

Maaf ya Mas Sidqi, 

Ibu punya banyaaaakk salah. 

Ibu akui kalau ibu ortu yang bodoh. 

yang lemah, yang sok tahu. 

Ibu akan berusaha merevisi tingkah petakilan, dan attitude Ibu yang nyebelin.
Pasca Ramadan ini, BISMILLAH....sama-sama kita berupaya, doa dan tawakkal, untuk menjadi pribadi yang baru. 

Supaya ALLAH memanggil kita dengan sapaan lembut-NYA, "Wahai jiwa yang tenang...."

Ibu sayang mas Sidqi. 

Pasti mas Sidqi tahu itu kan? 

Maaf ya, Nak. 

Maaf. 

Kalaupun raga kita harus berpisah karena sebab kematian dan sebagainya, percayalah.... cinta kasih kita akan tetap tertaut. 

Sampai kapanpun. 

karena kamu adalah cinta Ibu tanpa syarat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun