Mengajari dan mengajak anak untuk berpuasa plus melakoni ibadah lainnya, memang BUKANÂ perkara gampang. Adaaa aja tantangannya.Â
Terlebih, kita hidup di era masa kini, di mana anak-anak tuh semakin punya excuses yang kian beragam, untuk ogah menuruti saran/nasehat ortu. Distraksi dari segala penjuru kian meneguhkan fakta, bahwa: Ya, super duper challenging mengajak anak untuk istiqomah berbuat kebaikan.
Akan tetapi, meskipun sulit, ya gimana lagi. Mengandung, melahirkan, menyusui, bekerja keras, investasi, menabung, berhemat, mengarahkan dan mendidik anak, teruskan sendiri dah, apa aja list tugas orang tua, masih Panjang kali lebar kan? Tugas orangtua memang tidak pernah mudah.  Itulah mengapa, saya bisa memahami kenapa beberapa orang memutuskan untuk child-free saja. Karena mendidik anak adalah bagian kehidupan yang tidak gampang, sodara!
Oke, ketimbang saya ngelantur dan postingan ini jadi semi curcol (wkwkw), baiklah akan saya utarakan pengalaman pribadi Ketika mengarahkan anak untuk berpuasa dan beribadah di bulan Ramadan.
NIAT ORTU ADALAH KOENTJIÂ
Sebelum mulai mendidik anak, upayakan untuk melihat dan instropeksi diri sendiri. Coba tenangkan hati, dan lakukan self-talk, Saya mengajari anak puasa, untuk apa? Apakah sebagai wujud tanggungjawab ortu, supaya anak bisa beribadah dengan baik? Atau, untuk saya pamerkan ke sanak saudara/socmed dengan caption 'Yeay, anak hebat! Sudah bisa puasa Maghrib padahal masih umur 6 tahun! Anak siapa dulu dong!'Â
Niat ortu ini beresonansi dengan respon/perilaku anak. Tatkala kita berupaya menjernihkan hati, pikiran, dan berfokus pada sebuah pengabdian kepada Sang Maha Penggenggam Kehidupan, insyaAllah.... Anak kita yang suci, bersih, tanpa noda dosa itu bakal bisa merasakannya.
Lain hal, bila kita dirongrong oleh sebuah ego, "Anaknya Pak Fulan udah bisa puasa Maghrib, mosok anakku gak bisa? Lak yo isin se? (aku kan jadi malu)" Nah. Hati-hati! Jebakan iri/dengki/hasad udah mulai mecungul di sini.
Bismillah. Nawaitu mendidik anak untuk puasa dan ibadah, ikhlas Lillahit Ta'ala.... Bukan demi konten socmed dan sebagainya.Â
ORTU ADALAH ROLE MODEL Â
Sudah meluruskan niat? Alhamdulillah. Berikutnya, yang harus kita tancapkan adalah: Ortu role model terbaik buat anak. Siapa sih yang dilihat anak setiap saat? Ya emak bapaknya. Kebayang ga, misalnya kita mengarahkan anak buat tarawih, etapii... mamanya sibuk mantengin Mas Aldebaran sama Andin  *eehhh.Â
Atau, kita semangati anak buat ngabuburit sambil tadarus di Masjid. Tapi, Bapaknya sibuk goler-goleran doang. Mager pol.
Yhaaa, gimana yhaaaa.
Anak kan bakal 'menuntut' ortu untuk melakoni hal baik. Kalau kita pengin anak sholeh, ya tanya diri sendiri dulu: Ortunya udah masuk kategori sholeh dan sholehah, apa belum nih?
Jangan sampai kita berbusa-busa menceramahi anak pentingnya ibadah endebra endebre di bulan suci, tapi sang ortu justru tidak menunjukkan teladan.
Berat? Ya memang! :DÂ
Kan sedari awal kita sadar, kalau jadi ortu itu berat. Makanya, sebelum putuskan punya anak, tanya dulu ke diri sendiri, udah siap apa belum dengan segala keribetan, tanggungjawab dll dst yang menyertainya?
SESUAIKAN DENGAN USIA ANAKÂ
Jangan ambisius ketika mengajak anak ibadah. Ada famili jauh yang anaknya dipaksa puasa sampai Maghrib, padahal masih umur 3 tahun. Hufft, kasihan lihatnya. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan adalah usia anak. Bagaimanapun juga, kondisi berpuasa pada orang dewasa akan jauh berbeda dengan kondisi anak kecil. Secara metabolisme, tubuh anak lebih aktif dan butuh asupan nutrisi yang optimal, untuk tumbuh kembang mereka.Â
Jangan sampai kita MEMAKSAKAN ibadah yang cukup berat, padahal umur anak masih imut banget. Selain faktor Kesehatan, pemaksaan ini boleh jadi berimbas hal psikis. Anak jadi trauma, kapok, dan alergi berurusan dengan syariat agama. Karena apa? Di masa kecil, ia kerap dipaksa ortunya untuk ibadah.
Lho... terus, kalau dibiarin gitu aja, ntar dia males ibadah? Gimana kalo sampe gede kayak gitu?Â
Bu... Pak... please deh. Jangan su'udzon. Kok Anda segitu nggak percaya-nya sama kekuasaan Gusti Allah. Yakinlah Bu... Pak... Allah yang akan menggerakkan dan memampukan anak-anak kita. Mereka akan kuat berpuasa full sampai Maghrib di saat dan umur yang tepat. Jangan kemrungsung. Intinya, kita sebagai ortu kudu mengarahkan, kudu sabar dan optimistis bahwa anak bisa mendulang kemampuan ibadah sesuai pace mereka.
BERIKAN REWARD yang PAS
Siapa sih, manusia di muka bumi ini yang nggak doyan dapat hadiah? Nah, anak-anak juga begitu. Ketika buah hati kita berhasil menunjukkan 'prestasi ubudiyah' ya hayuk lah, berikan reward. Akan tetapi, masalah reward ini kita juga kudu cermat ya Pak, Bu... Usahakan bukan tipikal reward yang membuat anak terjerat hedonism. Aduh, berat nih bahasannya wkwkwk.
Jadi, begini. Puasa dan ibadah itu kan sejatinya KEBUTUHAN diri kita. Ya termasuk kebutuhan diri anak-anak kita. Jangan sampai mereka menganggap puasa ini adalah TRANSAKSI DUNIAWI.
Misalnya: Eh, kalo saya full puasanya, ntar Mama mau hadiahin Tour ke Jepang sama Playstation 5
Errrr.... Kok di kuping saya agak terdengar gimanaaa gitu ya? (naluri misqueen meronta-ronta)
Kalau hadiah yang (cukup) ideal versi saya adalah: "Nak.... insyaALLAH habis Lebaran nanti, Ibu akan ajak kamu ke staycation di Batu. Nanti kita main-main ke Museum Angkut, okay?"Â
Atau, kalau budget minim banget, reward-nya bisa sesimpel, "Nak, Ibu bersyukur kamu semangat puasa dan ibadah. Nanti atau besok kita Buka bersama dengan menu kesukaan kamu  di Tunjungan Plaza, gimana?"Â
Atau... "Nak, ayo kita ibadah yang semangat dan bahagia ya. Ibu akan berdoa dengan sungguh-sungguh supaya ALLAH terima amal ibadah kita, dan semoga kita semua bisa berkumpul di surga-NYA Allah, kelak." Â
Apakah ada reward yang lebih dahsyat ketimbang berkumpul bersama di jannah-NYA?Â
SUNTIKKAN SEMANGAT DAN MOTIVASI DENGAN KISAH RASUL
Peristiwa perang badar terjadi pada hari Jumat 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi. PERANG BADAR, ini perang beneran!Â
Menguras tenaga, emosi, dan banyak korban yang bergelimpangan. Yuk, pacu semangat anak-anak kita, bahwa kaum muslimin (Rausl dan para sahabat) melakoni perang saat sedang berpuasa!Â
Sekali lagi, ini perang beneran! Sementara, netyjen jaman now, sukanya twitwar alias perang lewat twitter doang :D
Nah ayolah... kita berupaya untuk bisa mengajak anak-anak melakoni ibadah dengan ikhlas, riang gembira. Kuat, kuat, kuaaattt!
Tetap semangat! Jadi.... duhai anakku sayang, Yuk kita sama-sama berpuasa dan beribadah secara Bahagia dan Mindfull. InsyaALLAH, ibadah kita diterima oleh Sang Maha Sutradara Kehidupan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H