Terus terang, PJJ ini bikin kami gundah gulana. Karena ortu kan belum tentu punya skill pedagogic/mengajar, jadinya kami sering kelimpungan. Pemprov Jatim apa nggak punya terobosan ya, dalam hal proses belajar mengajar ini?"
Walau tertutup masker, mas Emil auto tersenyum (kelihatan dari lengkung matanya). Nih Wagub emang terbaik, dah! Bisa tabah sampai akhir dengerin mak-mak curhat wkwk. Dan, beliau yang lebih muda ketimbang saya itu, menggapai mic, seraya berujar dengan nada rendah.
"Kalo ngomong soal Pendidikan, saya juga terdampak. Sama saja, karena anak saya yang SD juga sekolah dari rumah. Kita sadar betul ini pandemi. Tidak ada yang menduga bahwa kita akan mengalami pandemic dalam jangka waktu yang lama. Tentunya ada hal-hal yang berat. Pengorbanan yang harus kita hadapi.Â
Bukan hanya orang tua, guru juga mengalami kesulitan. Banyak complain dari ortu, guru dianggap magabut (makan gaji buta). Padahal, guru effort-nya juga luar biasa. Harus bikin materi belajar online, tetap siapkan administrasi siswa. Harus kita sadari dan garisbawahi, kondisi ini memang sangat tidak ideal.
Kemendikbud memang punya kebijakan seputar Pendidikan untuk siswa, tapi tetap memberikan ruang untuk daerah yang zona kuning. Padahal, di Jawa Timur, kasus covid naik 3 kali lipat sejak 19 November. Ini artinya kita harus menabahkan diri dan antisipasi, karena belum bisa belajar tatap muka. Â
Yang harus kita lakukan adalah Realistis, tapi tetep kreatif.
Realistis bahwa keterbatasan tidak bisa dihindari, tapi harus kreatif untuk mekmaksimalkan apa yang ada. Saya sempat datang ke satu SMA, berdiskusi soal koneksi dan kuota untuk melakukan zoom meeting.Â
Lalu saya usulkan kepada jajaran guru di sana, Â lebih baik guru bikin materi pre-recording (direkam) karena lebih stabil. Selain itu, bisa tampilkan slide juga. Nah, baru Ketika zoom meeting, siswa langsung diskusi intensif dengan gurunya. Ini bisa dilakukan, karena materi kan sudah di-share sebelumnya."
Cara bicara Emil Dardak sungguh menenangkan. Soothing. Membuat semangat "all is well" tertanam dalam jiwa emak-emak yang panik. Sungguh, saya kuatir dengan SEGALA HAL terkait perkembangan kognitif dan kejiwaan anak.Â