Yap, cara kita mem-branding diri sendiri salah satunya adalah dengan menuliskan satu kalimat tentang siapa dan bagaimana kita ingin dikenal. Kayak yang ditulis Trinity di bio Instagramnya itu. Memang di era digital yang luar biasa ini, setiap content creator kudu punya ciri khas. Ketika kita bisa tampak unik dan punya diferensiasi, bukan tidak mungkin, ini yang jadi sumber pundi-pundi rezeki untuk kita.
Trinity tidak menampik bahwa passion-nya di bidang traveling yang menjadi sumber pendapatan utama dalam hidup. Royalti bukunya yang laris manis tanjung kimpul, undangan trip dan liputan dari berbagai brand, dan kalau baca di blognya, kita bakal notice bahwa Trinity telah merambah ke travel business dengan target market kalangan jetset!
Trip yang saya urus ini adalah adventure luxury trip! Artinya, saya hanya mengambil segmen kelas atas yang suka traveling ala adventure dengan cara luxury. Contohnya, Anda seorang crazy rich person yang ingin safari di Bostwana naik private jet dan menginap di villa super mewah di Rwanda, atau mau ekspedisi privat di Antartica dan berlayar dengan kapal mewah keliling Galapagos, maka sayalah orang yang tepat untuk mengatur segalanya. (dikutip dari http://naked-traveler.com/2019/01/17/the-naked-traveler-journey-redefined/)
Dunia digital memang bisa memberikan berbagai manfaat bila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Peserta seolah terbius dengan pemaparan Trinity dan tentu saja ingin mengikuti jejaknya.
Termasuk ketika ada pertanyaan, apakah sebagai content creator kita boleh mengajukan penawaran kerjasama dengan brand atau agency?
"If you don't ask, the answer is always NO," begitu prinsip yang diusung Trinity. Ia tidak menampik, di awal karirnya sebagai travel writer, beberapa kali dirinya mengajukan email kerjasama dengan beberapa pihak. Â
Trinity juga memberikan tips bagaimana mengelola media sosial yang baik dengan menghasilkan konten yang kreatif, bermanfaat dan menginspirasi banyak orang.
***
Acara yang super inspiring ini diikuti 150 peserta dari berbagai kota, di antaranya: Gresik, Surabaya, Malang, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Madiun dan Kudus.
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, perkembangan pengguna media sosial di Indonesia sangat pesat, terutama di kalangan generasi muda. Sayangnya, belum semua bijak dalam mengunggah konten sehingga dikhawatirkan mengikis budaya dan nilai kebaikan yang telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.