Ibuk masih dataaaarrrr. Nggak greget sama sekali.
Hingga waktu terus berjalan....Â
Dan di usia seperempat abad, aku bersua dengan laki-laki yang di mataku terlampau matang (alias tua), sangat santun (alias membosankan), dan super-duper-oldies lah pokoknya. Herannya, Ibuk sangat hepi kalo laki-laki ini datang ke rumah.Â
Sempat aku godain, "Ibuk mau nikah sama Mas itu tah? Beneran Ibuk mau merit sama brondong? Hahahah..." Â
Tapi terus Ibu bilang, "Hussshhh! Opo tho kowe iki (apaan sih kamu ini)! Justru Ibuk mau dia jadi menantu! Ibuk maunya mas itu jadi suami kamu!"
DEG.
Jederrrrrrr!!
Krompyaaaangggg!
Glodaaaakkk!
Kalbu saya menjerit, meronta gak karu-karuan. Lah dalah. Dari sekian banyak cowok keren, ganteng, modis, pintar, gaul, dan (bokapnya) tajir, kenapa Ibuk malah menjodohkan aku dengan laki-laki ini?
Aku (ngakunya sebagai anak muda) kekinian..... dia kekunoan.