Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah Spiritual Si Tukang Joget Caisar

28 Agustus 2015   16:31 Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:51 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah goyang Caisar sempat melanda masyarakat republik ini. Bermula dari sebuah tayangan di TV swasta, joget yang unik dan gampang diikuti ini, sontak menjadi fenomena tersendiri. Musik yang catchy, dipadu sosok Caisar yang identik dengan “keep smile” berhasil menjadikan pria humoris ini bertahta di jagat industri hiburan tanah air.

Di saat popularitasnya begitu melesat, rupanya Allah Maha Membolak-balikkan hati. Caisar, yang telah bergelimang uang dan popularitas, memilih untuk mundur. Ia menarik diri, dan menekuri jalan sunyi. Ia berhijrah. Ia tinggalkan dunia keartisan yang hingar-bingar. Bersama sang belahan hati yang senantiasa berbalut BUSANA MUSLIMAH, Caisar berbagi rasa syukur serta mengajarkan pentingnya memperbanyak bekal untuk akherat nanti.

Ini adalah petikan diskusi bersama Caisar dan istrinya, Indadari, pada acara Kajian di Nurul Hayat Surabaya, pekan lalu. 

Apa yang membuat seorang Caisar memilih untuk hijrah, tak lagi jadi artis dan memilih untuk sharing di berbagai forum kajian?

Maha Besar Allah yang telah memberikan petunjuk jalan yang lurus dan Ia ridhoi untuk saya. Memang, saya melalui titik balik yang luar biasa, ibaratnya nih saya sudah berada di puncak karir keartisan, tapi kemudian saya memilih untuk mengawali dari nol. Mengapa? Karena kita ini hamba Allah yang lemah. Banyak sekali bisikan setan-iblis dengan omongan ataupun keinginan yang tidak sesuai dengan ajaran Allah. Kalau ada yang muterin video joget atau atraksi saya di masa lalu, sungguh saya nggak mau nonton. Saya selalu memalingkan muka. Malu kalau ingat itu semua. Beruntung sekali, Alhamdulillah, saya sudah mendapatkan petunjuk atau hidayah dari Allah. Kalau hidayah itu belum saya dapatkan, apa jadinya? Naudzubillahi min dzalik.

Harus diakui ketika menjadi artis, saya mendapatkan begitu banyak kesenangan duniawi. Dapat uang banyak. Rumah banyak. Harta melimpah. Mobil baru. Semuanya serba baru. Hidup saya juga tampak sangat mudah dan menyenangkan. Kerjaan saya tertawa berlebihan, mencela orang seenaknya. Pergaulan dengan artis-artis dan hal-hal yang gampang serta enak dilakukan….

Anda tahu? Pekerjaan saya memang goyangin masyarakat tiap hari. Joget, keliling ke mana-mana. Dapat bayaran tinggi, tapi kemudian harta yang saya dapatkan sama sekali tidak berkah. Bayaran sebagai artis memang amat banyak, tapi ironis…utang saya menumpuk! Saya malah jual mobil untuk nutupin utang, bahkan saya juga menjual mobil ibu saya!

Terasa di kalbu, bahwa saya tengah menjauh dari Allah. Saya kerja keras, tapi utang-utang kian bertumpuk? Lalu saya berpikir, apakah ini petunjuk dari-Nya? Boleh jadi, inilah skenario terbaik yang diberikan Allah bagi kami.

Kemudian, Allah membukakan hati saya. Ia kirim “perhiasan dunia terbaik” yaitu istri saya, Indadari. Ya, saya setiap hari memanggil istri dengan panggilan sayang “perhiasan dunia terbaik”. Allah berikan hidayah melalui istri saya.

CAISAR-6
CAISAR-6

Bagaimana upaya Anda dan istri untuk menjemput hidayah dari Allah?

Memang hidayah itu butuh proses, perlu perjuangan. Setelah menikah, istri tak pernah lelah mengajak saya untuk ikut kajian keislaman. Awalnya memang saya selalu menolak apapun ajakan yang disampaikan istri. Adaaa saja alasan saya. Sudah capek kerja, jadi selalu malas kalau harus menimba ilmu agama.

Masa-masa itu… sungguh, saya sibuk bekerja untuk mengejar dunia belaka. Sampai-sampai, keluarga saya lalaikan. Datang ke rumah, lalu syuting lagi. Padahal, anak-istri punya hak untuk ngobrol. Saban istri ajak untuk datang ke kajian, saya malah menangkis, “Sok suci lo!” Astaghfirullah. Padahal, Rasul selalu bersikap lemah lembut kepada istrinya, sementara saya?

Rupanya, istri saya memang tak kenal lelah dalam berdoa. Terus-menerus ia mendoakan saya, agar ikhlas berhijrah karena Allah. Hingga suatu ketika, Allah menggerakkan saya ikut kajian Ustadz Reza Basalamah. Masya Allah…. saya benar-benar menyesali apa yang sudah saya lakukan di masa lampau. Pekerjaan menjadi artis, termasuk hutang-hutang yang menumpuk… Padahal hutang itu termasuk riba, dan saya baru tahu bahwa hukuman yang paling kecil dari sistem riba adalah setara dengan menzinai ibu sendiri!

Hati saya mulai tergerak, sudah waktunya saya berhenti dari aktivitas menjadi artis. Ibarat kata nih, saya jadi muallaf. Kalau kita takut Allah, maka Allah berikan kecukupan pada kita. Apabila kita meninggalkan yang buruk karena Allah, maka Allah akan memberi ganti yang jauh lebih baik untuk kita.

Dulu saya menggoyangkan masyarakat. Sekarang saya ingin menggoyangkan hati kita semua, supaya makin dekat dengan Allah.  Jangan sampai saya memberikan contoh yang buruk. Saya bingung kalau ada anak yang ditanya “Cita-citanya apa?” Lalu dia menjawab “Jadi artis…!”

Astaghfirullah… Jawaban itu menunjukkan bahwa anak-anak mengikuti apa yang selama ini saya dan para artis lakukan di TV. Padahal, itu semua kamuflase. Tidak ada kebahagiaan hakiki, apabila kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat Allah. Maka saya memutuskan untuk mengikuti apa yang diajarkan Rasul. Nggak papa, saya tampak terasing di antara manusia. Karena memang, Islam pada akhirnya akan muncul sebagai sesuatu yang asing kan? Berubah menaati perintah Allah memang tidaklah mudah. Selalu ada ghibah, komentar dari orang lain, termasuk tentangan dari orang dekat atau keluarga kita.

Selalu berupaya dan berdoa agar jangan sampai saya kembali ke masa jahiliyah. Saat ini, saya dan istri menggeluti dunia usaha, kami berjualan kaos dengan pesan-pesan Islam, mie organik dan beberapa usaha lainnya. Bersyukur saya mendapatkan support istri yang luar biasa. Dulu saya bodoh ilmu, tidak tahu halal dan haram. Padahal, dunia ini hanya jembatan menuju akherat. Yang harus kita lakukan adalah memperbanyak bekal, amal kebaikan agar kita bisa selamat di akherat kelak.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun