Anak, dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa.Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan, sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah mereka. Pada kehidupan sehari-hari, berbagai tingkat usia anak dapat kita amati dari usia bayi hingga anak usia sekolah dasar, semua kategori umur anak tersebut di kelompokkan sebagai fase anak
Pendapat tentang hal ini disampaikan oleh NAEYC (National Assosiation for the Education of Young Children) yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan pra sekolah baik swasta maupun negeri, TK, SD (NAEYC,1992). Usia dini disebut juga usia emas, dimana pada usia ini merupakan masa penting dalam rentang kehidupan seorang anak.Â
Dalam masa ini anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek perkembangannya. Usia dini juga disebut sebagai masa peka terhadap segala rangsangan dari lingkungan sehingga dapat disebut sebagai masa yang paling menentukan tumbuh kembang anak selanjutnya.
Melihat pentingnya masa usia dini, maka kita sebagai orang tua maupun sebagai pendidik anak usia dini seharusnya memberikan stimulasi yang tepat
Usia pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak-anak. Upaya pengembangan berbagai potensi itu dapat di lakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui kegiatan bermain yang menarik bagi anak, sehingga seluruh aspek perkembangan anak mulai dari nilai agama dan moral, fisik motorik halus dan kasar, sosial emosional, bahasa, kognitif dapat berkembang secara optimal.
Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni, seperti menggunting, melukis dan mewarnai (Gunarti, dkk, 2008:2.17).
Tujuan mengembangkan motorik halus anak yaitu agar anak dapat berlatih dalam koordinasi tangan, mata, dan pikiran dalam menggunakan berbagai alat atau media kreatif sehingga memperoleh keterampilan yang berguna untuk perkembangan selanjutnya (Asmawati, 2008: 5.8).
Keterampilan motorik halus merupakan gerakan yang mempunyai hubungan antara koordinasi tangan dan mata. Keduanya sangat dibutuhkan dan saling beriringan agar dapat berjalan secara optimal. Pada usia dini atau prasekolah masih terdapat beberapa anak yang mengalami keterlambatan motorik halus.Â
Anak mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari-jari tangan secara fleksibel. Hal tersebut menyebabkan kurang berkembangnya otot halus pada jari-jari tangan anak. Keterlambatan tersebut akan menyebabkan anak kesulitan dalam memegang suatu benda atau menulis dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan motorik halus.
Tujuan pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut :
Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari, seperti kesiapan menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda.
Mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.
Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Menurut Saputra, (2005: 116) fungsi pengembangan motorik halus adalah:
Sebagai alat untuk mengembangkan keterampuilan gerak kedua tangan.
Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.
Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.
Pengembangan keterampilan motorik halus anak akan berpengaruh pada kesiapan menulis. egiatan melatih motorik halus sangat dianjurkan meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat merupakan kegiatan motorik halus lainnya yang dapat melatih kemampuan melihat kearah kiri dan kanan yang sangat diperlukan dalam persiapan kegiatan membaca (Sumantri, 2005: 121).
Pengembangan motorik halus dapat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip berikut :
- Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak.
- Memberikan rasa gembira kepada anak dengan prinsip bermain sambil belajar.
- Memupuk keberanian anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan dengan menghindari petunjuk-petunjuk atau bantuan yang justru dapat merusak perkembangan anak, dan lebih mengutamakan proses dari pada hasil.
- Memberikan rangsangan dan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang baik dalam melakukan kegiatan dan bermacam-macam media kreatif.
- Menyediakan alat-alat yang dapat merangsang anak untuk melakukan kegiatan dan dapat menumbuhkan keterampilan dan kreativitas.
- Memberikan bimbingan dan dorongan.
- Memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada anak untuk berekspresi melalui berbagai media.
- Merencanakan waktu, mengatur tempat dan menjaga beraneka media untuk menstimulasi anak dalam melakukan kegiatan keterampilan yang akan dicapai.
- Bahan keterampilan dikaitkan dengan tema dan mengacu pada kemampuan yang akan dicapai.
Dalam kenyataannya masih ada anak yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan salah satu aspek perkembangan fisik motorik halus. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh penyajian pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi anak, media yang kurang menarik perhatian anak atau pembelajaran yang selalu monoton.
Upaya dalam mengembangkan berbagai potensi itu dapat di lakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui kegiatan pembelajaran dan bermain yang menyenangkan bagi anak yaitu dengan kegiatan membuat bola ubi. Disamping meningkatkan kemampuan anak dalam aspek fisik motorik halus juga dapat meningkatkan sosial emosional yaitu bekerjasama dalam proyek membuat bola ubi.
Cara membuat bola ubi :
- Mengukus ubi jalar menggunakan panci kukusan dan kompor
- Menghaluskan dengan mengulek ubi jalar menggunakan ulekan/garpu/sendok hingga menjadi halus dan lembut
- Mencampur adonan ubi jalar yang sudah halus dengan gula pasir, tepung tapioka
- Anak meremas-remas adonan ubi yang telah dicampur
- Anak  membentuk bulatan bola ubi
- Anak mengkreasikan bulatan bola ubi dengan mengisi  coklat,bligo, nangka
- Menggoreng bola ubi dengan bantuan dampingan dari guru
- Anak menghias bola ubi dengan berbagai topping keju dan meses warna warni
Melalui kegiatan membuat bola ubi anak dapat mengetahui cara mengukus, membuat adonan bola ubi, menggoreng bola ubi tanpa disadari anak sudah dapat menggerakkan jari-jarinya dengan menghaluskan ubi dengan mengulek, kemudian meremas adonan dan membentuk secara langsung Kemampuan koordinasi yang baik antara mata dan jari-jari tangan anak ini akan berpengaruh pada kesiapan anak dalam memegang suatu benda atau menulis dan mengurus diri sendiri, seperti menalikan tali sepatu sendiri, menggosok gigi dan memegang sendok
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan motorik halus hendaknya berdasarkan pada tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, melalui kegiatan proyek yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Perkembangan motorik halus dilaksanakan melalui kegiatan bermain sambil belajar dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, memberikan kebebasan anak dalam bereksplorasi, serta menumbuhkan kreativitas dan kemandirian anak, memberikan bimbingan dan dorongan serta memupuk kepercayaan diri dan keberanian anak serta tanggung jawab bekerjasama menyelesaikan proyek.
Penulis : NURUL PUJIASTUTI, S. Pd, Guru TK Pertiwi 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H