Mohon tunggu...
Nurul Nikita Nasution
Nurul Nikita Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 FISIP Universitas Sriwijaya Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Amerika Serikat - Rusia: Perbedaan Ideologi Faktor yang Paling Signifikan

1 Maret 2023   09:52 Diperbarui: 1 Maret 2023   10:06 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan Amerika Serikat dan Rusia awalnya berjalan dengan baik dari Perang Dunia I, namun saat akhir Perang Dunia II hubungan Amerika Serikat dan Rusia mulai memanas dan menimbulkan konflik dimana-mana. Tepatnya pada saat Jerman kalah dari Sekutu. Konflik antar kedua negara ini terus berlanjut hingga ke Perang Dingin atau yang disebut juga dengan Cold War. Dua negara adidaya ini tidak terlibat langsung dalam perang, namun keduanya terlibat dalam perang ideologi. 

Dimana Amerika Serikat menganut paham Demokrasi-Liberalis sedangkan Rusia menganut paham Komunis-Sosialis. Cara kedua negara ini pun menarik dalam mengajak negara-negara lain untuk ikut menganut paham mereka. Kondisi ekonomi Eropa yang setelah Perang Dunia II mengalami penurunan pun dimanfaatkan oleh Amerika Serikat maupun Rusia untuk menyebarkan ideologi mereka. 

Setelah Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat bersama sekutunya, yaitu Perancis dan Inggris memberikan bantuan kepada negara-negara Eropa untuk membantu memulihkan kondisi ekonomi negara Eropa pasca perang. Hal ini pun dilihat oleh Rusia yang akhirnya mereka pun ikut membantu negara-negara yang keadaan ekonominya merosot pasca perang dengan dalih menyebarkan ideologi yang mereka anut. Rusia pun membantu negara-negara Eropa Timur yang masih dibawah kendali Jerman. 

Rusia tidak hanya membantu memulihkan perekonomian negara di wilayah tersebut, Rusia juga mendukung adanya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti di Bulgaria, Hungaria, Polandia dan masih banyak lagi. Dimana pada akhirnya negara-negara yang dibantu oleh Rusia tersebut berada di bawah kekuasaan Rusia dan ikut menganut paham komunis. 

Tidak hanya Rusia, Amerika Serikat pun menggunakan negara-negara di luar negara Eropa yang baru saja merdeka dengan membantu memasok peralatan militer, mengirim paket bantuan ekonomi, dan lain-lain dengan harapan nantinya negara-negara tersebut bisa menjadi target pasar barang produksi Amerika Serikat dan juga tidak mengikuti paham komunis yang disebar Rusia.

Tidak hanya di negara Eropa Rusia dan Amerika Serikat ikut campur, di perang Korea dan Perang Vietnam pun kedua negara tersebut ikut andil didalamnya. Amerika Serikat dan Rusia ikut andil dalam mempengaruhi kebijakan disana. Di perang Korea, Rusia dibantu oleh China mendukung Korea Utara sedangkan Amerika Serikat dan sekutunya mendukung Korea Selatan. 

Kedua negara ini membantu dalam segala hal mulai dari peralatan militer, dan lain-lain. Yang pada akhirnya Korea terbagi menjadi dua negara. Sama dengan di Korea, perang Vietnam pun merupakan perang yang merefleksikan dua ideologi tersebut di wilayah Asia. Akhir dari perang Vietnam pun dimenangkan oleh Vietnam Utara yang dipimpin oleh Rusia yang sampai sekarang masih menganut paham komunis. 

Setelah Perang Dingin berakhir, Amerika Serikat dan Rusia tetap berkonflik bahkan di era modern sekarang ini. Bahkan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina pun, Amerika Serikat tetap masuk didalamnya sebagai penyebab dari konflik kedua negara tersebut. Kedua negara itu saling bersaing agar mendapatkan dan menguasai wilayah Crimea dimana seperti yang kita ketahui bahwa wilayah Crimea merupakan wilayah yang sangat strategis bagi AS dan Rusia. Cara yang mereka lakukan pun sama seperti yang mereka lakukan dulu yaitu dengan memberikan bantuan kepada para korban konflik Rusia-Ukraina. 

Bahkan konflik antara Amerika Serikat dan Rusia sekarang makin memanas akibat rumor-rumor yang beredar di media sosial sekarang ini mengenai tentang Presiden Rusia, Vladimir Putin yang katanya ikut "intervensi" dalam pemilu Amerika Serikat tahun 2021. Diketahui Putin memang mendukung calon petahana, Donald Trump yang akhirnya dikalahkan oleh Joe Biden dari Demokrat. 

Putin pun menantang Biden untuk menunjukkan bukti-bukti yang membuktikan bahwa Presiden Rusia itu ikut mengintervensi pemilu di AS. Dikutip dari bbc.com, Putin pun membalas perkataan Biden yang sebelumnya Biden mengatakan bahwa seterunya itu merupakan "seorang pembunuh" yang membuat Putin memanas. Putin pun membalas Biden dalam siarannya di stasiun Russian TV dengan mengatakan bahwa "Siapa yang menuduh, sebenarnya dia pelakunya". Sangat jelas bahwa Putin menyindir Presiden AS tersebut dengan kiasan sewaktu kecil. 

Dari konflik antara Amerika Serikat dan Rusia ini sangat jelas bahwa permasalahan ini awalnya didasari oleh perbedaan ideologi antara kedua negara tersebut. Jika konflik ini diamati lewat pendekatan segitiga kekerasan, ada beberapa kekerasan yang masuk dalam konflik ini. Kekerasan struktural dari konflik ini merupakan masalah politik antar kedua negara yang saling ingin menguasai negara-negara lain dengan menyebarkan paham yang mereka anut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun