Mohon tunggu...
Nurul Nikita Nasution
Nurul Nikita Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 FISIP Universitas Sriwijaya Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Amerika Serikat - Rusia: Perbedaan Ideologi Faktor yang Paling Signifikan

1 Maret 2023   09:52 Diperbarui: 1 Maret 2023   10:06 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka pun mengeksploitasi negara-negara yang baru merdeka dengan cara mereka bantu lalu mereka menyuruh agar negara yang telah dibantu tersebut untuk melakukan hal-hal yang mereka minta. Kekerasan budaya dalam konflik ini juga turut masuk karena ideologi tersebut. 

Sentimen rasialis dari elit politik yang menganggap bahwa paham atau ideologi yang mereka anut benar dan memaksakan negara-negara lain untuk ikut menganut paham tersebut. Akibatnya, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia yang berbeda ideologi tersebut terlibat dalam perang yang menimbulkan banyak korban jiwa pada saat Perang Dingin berlangsung. Hal ini sudah termasuk dalam kekerasan langsung. 

Dalam segitiga konflik yang dijelaskan oleh Johan Galtung, kontradiksi dari konflik ini menurut saya adalah rasa egoisme dari kedua pemimpin negara tersebut baik dari Perang Dingin sampai sekarang yang masih selalu menyebarkan ideologi yang mereka anut. Baik dari dulu maupun sekarang, Amerika Serikat dan Rusia tidak berperang secara langsung melainkan melakukan perang ideologi. 

Mereka memanfaatkan negara-negara yang sedang berkonflik dengan berpihak di salah satu negara lalu membantu negara tersebut dengan dalih ingin menyebarkan ideologi mereka. Secara tidak langsung hal yang sudah mereka lakukan dengan berpihak kepada satu negara membuat yang awalnya hal tersebut merupakan konflik regional menjadi konflik internasional karena melibatkan nama-nama negara yang tidak ikut dalam perang tersebut. 

Dapat kita lihat sekarang, Amerika Serikat yang membantu Ukraina mendapat komentar tajam dari presiden Rusia. Putin menganggap Amerika Serikat punya motif tersembunyi dibalik kebaikan yang negara tersebut lakukan. 

Sebaliknya, Biden pun selalu mengingatkan dengan tegas kepada Putin agar anggota militernya yang berada di Ukraina segera angkat kaki namun hal itu tidak direspon serius oleh Putin. Putin malah menyuruh Biden untuk tidak ikut campur urusannya. Perang ideologi antara AS dan Rusia tidak akan selesai jika kedua negara tersebut sama-sama tidak ingin damai.

Dari konflik antara Amerika Serikat dan Rusia diatas, membuat saya bertanya-tanya tentang apa arti perdamaian yang sebenarnya?. Seperti yang kita ketahui bahwa AS membantu korban perang Rusia-Ukraina, namun akibat dari dendam masa lalu antara AS dengan Rusia membuat presiden Rusia itu curiga dengan tindakan yang dilakukan oleh presiden AS, Joe Biden. 

Menurut saya perdamaian dalam bahasa yang sederhana ialah dimana tidak ada lagi adanya keributan, kerusuhan baik dalam lingkup kecil maupun besar dan tidak adanya lagi permusuhan antar negara sehingga semua negara bersama rakyatnya bisa hidup sejahtera, aman, damai, dan tentram. Ibaratnya bisa makan dengan tenang jika perdamaian itu benar-benar bisa diwujudkan. 

Opini saya terhadap Amerika Serikat dengan Rusia yang sudah sedari dulu berkonflik karena ideologi yang mereka anut berbeda adalah dengan cara harus ada pihak penengah agar konflik ideologi ini tidak berkepanjangan. Seharusnya kedua pemimpin negara ini tidak menghabiskan waktu hanya untuk berkonflik mengenai ideologi yang mereka anut. Juga tidak seharusnya mereka memanfaatkan negara-negara yang sedang berperang ataupun berkonflik untuk mereka jadikan sasaran dalam menyebarkan ideologi mereka. 

Tanpa kita sadari, mungkin kita berpikir perang ideologi hanyalah perang biasa yang tidak memerlukan militer namun ideologi merupakan akar berdirinya sebuah negara. Perang yang semula tidak langsung, kapan saja dan dimana saja bisa pecah jika pemimpinnya tidak tegas dalam menyelesaikan masalah. Dan sudah seharusnya, mereka membiarkan negara-negara lain agar memilih ideologi negara mereka sendiri yang mereka anggap sesuai dan cocok dengan kepribadian negara mereka. Dari hal seperti ini, maka perdamaian bisa terwujud dan tidak ada lagi adanya konflik. 

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun