Mohon tunggu...
Nurul Hanifah Nasution
Nurul Hanifah Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Hubungan International 22, Universitas Sriwijaya

Politik & Sosial

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak dan Geopolitik: Menganalisis Konflik Energi di Asia Timur

5 Desember 2024   16:31 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Foto : pexels.com


Asia Timur adalah wilayah yang paling dinamis dalam persaingan geopolitik energi global. Dengan ketergantungan tinggi pada impor energi, negara-negara seperti Cina, Jepang, dan Korea terlibat dalam persaingan untuk mengamankan pasokan energi, terutama gas dan minyak. Hal ini disebabkan oleh hubungan geopolitik dengan negara-negara penghasil energi seperti Rusia dan Timur Tengah, serta konflik territorial di Laut Cina Selatan yang kaya akan sumber daya alam. Sejumlah faktor mempengaruhi geopolitik di wilayah ini. Sebagai contoh, China berusaha memperkuat ketahanan energinya melalui proyek seperti Belt and Road Initiative (BRI) dan jalur pipa minyak dari Rusia. Sebaliknya, Jepang dan Korea Selatan telah menjalin kemitraan diplomatik untuk mengamankan energi dari Timur Tengah dan Amerika Serikat. Persaingan ini memicu potensi konflik, terutama terkait dengan kontrol pelayaran strategis di wilayah tersebut.

Konflik Geopolitik dan Stabilitas Regional

Ketegangan di Laut Cina Selatan adalah salah satu titik utama konflik energi utama di Asia Timur. Ini tidak hanya akan menjadi sumber energi tetapi juga pendorong utama perdagangan global. Negara-negara seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia bersaing dengan Cina untuk mengklaim wilayah ini. Ketegangan ini sering kali menyebabkan unjuk kekuatan militer, yang semakin meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik. Selain itu, krisis energi global telah menghasilkan dimensi baru dalam konflik geopolitik. Sebagai contoh, Cina telah menjadi pemimpin dalam produksi dan investasi produk-produk yang menggunakan energi intensif, seperti tenaga angin dan tenaga surya. Dominasi Cina dalam teknologi ini dapat meningkatkan keseimbangan energi dunia, yang akan meningkatkan kekuatan geopolitik di kawasan ini.

Dimensi Geopolitik

Asia Timur merupakan wilayah geopolitik yang kompleks karena lokasinya yang strategis dalam perdagangan global dan penggunaan energi. Konflik energi di wilayah ini memiliki beberapa dimensi geopolitik yang mempengaruhi negara-negara besar seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia, serta membahayakan stabilitas regional dan internasional.

1. Ketergantungan Energi dan Kebutuhan Nasional
Negara-negara Asia Pasifik cukup rentan terhadap kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan domestik mereka. Cina, misalnya, mengimpor sekitar 70% minyak mentahnya melalui Selat Malaka, yang merupakan alat strategis sekaligus peringatan terhadap gangguan geopolitik. Ketergantungan ini mendorong negara-negara untuk berinvestasi di berbagai proyek dan produk energi, termasuk di negara-negara berkembang seperti Rusia dan Asia Tengah.


2. Konflik Wilayah
Ketegangan di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur merupakan aspek krusial dalam geopolitik Timur. Laut Cina Selatan, yang diperkirakan memiliki cadangan gas dan minyak yang besar, menjadi objek klaim beberapa negara, termasuk Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Cina. Cina telah memperkuat klaimnya melalui pulau-pulau yang disengketakan, memicu ketegangan militer dan diplomatik.

3. Peran Pemain di Seluruh Dunia
Rusia terus memainkan peran penting sebagai sumber energi utama di kawasan ini, terutama melalui pengembangan minyak Siberia Timur-Pasifik. Selain itu, Amerika Serikat berpartisipasi melalui kebijakan Indo-Pasifik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup di wilayah tersebut. Persaingan seperti ini menciptakan dimensi baru dalam konflik energi dan mempengaruhi geopolitik regional.

4. Transisi Energid an Teknologi
Transisi menuju energi bersih juga mempengaruhi geopolitik energi di Asia Tenggara. Sebagai pemimpin dalam produksi teknologi energi baru, Cina menggunakan posisinya untuk meminimalkan dampak geopolitiknya. Dominasi Cina dalam bidang energi secara signifikan lebih besar daripada negara-negara penghasil energi tradisional.

5. Stabilitas Regional dan Global
Pasar energi global, harga minyak, dan stabilitas perdagangan internasional semuanya dipengaruhi oleh krisis energi di Asia-Pasifik. Selain itu, konflik yang lazim terjadi di wilayah ini dapat menyebabkan ketegangan militer yang menghasilkan kekuatan yang signifikan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Dampak Politik

Konflik energi di Asia Tenggara memiliki dampak politik yang signifikan, baik di dalam negeri maupun internasional. Wilayah ini, yang terdiri dari negara-negara dengan kebutuhan energi yang tinggi, seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan, menghadapi tantangan yang kompleks karena ketergantungan mereka pada energi dan keinginan mereka untuk mengurangi konsumsi energi. Ketegangan teritorial di Asia Timur, khususnya di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, disebabkan oleh konflik energi. Melalui "Nine-Dash Line", yang melibatkan nama-nama negara seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia, Cina dapat mengklaim bagian terbesar dari Laut Cina Selatan. Hal ini sering kali menyebabkan konfrontasi diplomatik dan bahkan ancaman dari dalam, menciptakan lingkungan politik yang tidak stabil di daerah yang bersangkutan. Insiden ini melemahkan hubungan diplomatik antara kedua negara.Sebagai contoh, Jepang dan Cina berselisih atas kepemilikan Kepulauan Senkaku/Diaoyu, yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas. Sengketa ini tidak hanya memengaruhi hubungan bilateral tetapi juga menimbulkan tantangan bagi stabilitas kawasan secara keseluruhan.

Konflik energi di Asia Timur juga menjadi sumber persaingan antara negara-negara kuat seperti Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Rusia mempertahankan peran sebagai sumber energi utama melalui proyek-proyek seperti Semenanjung Siberia Timur-Pasifik, yang memiliki dampak signifikan terhadap wilayah tersebut. Sebaliknya, melalui kebijakan Indo- Pasifik, Amerika Serikat akan bekerja sama dengan Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara ASEAN untuk memperkuat ekonomi rakyat Tiongkok. Persaingan ini menyoroti kompleksitas politik di Asia Tenggara, terutama yang berkaitan dengan kerja sama Amerika Serikat dalam mengimplementasikan rencana strategis di Teluk Cina yang penting untuk perdagangan internasional dan produksi energi.

Di tingkat domestik, ketergantungan energi dapat mempengaruhi stabilitas politik negara-negara Asia Timur. Sebagai contoh, berupaya mengurangi kerentanan energi dengan meningkatkan investasi pada energi baru dan diversifikasi sumber pasokan. Namun, metode domestik dalam memenuhi kebutuhan energi juga dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Cina, yang sering menunjukkan perilaku yang lebih agresif terhadap klaim teritorial. Konflik energi juga mempengaruhi kerjasama regional di Asia Timur. Meskipun ada beberapa inisiatif tertentu untuk memperkuat integrasi energi, seperti Kerja Sama Energi ASEAN+3, ketegangan geopolitik sering kali menjadi tantangan bagi inisiatif ini. Kecurigaan antar negara, terutama yang berkaitan dengan Cina, menghalangi pengembangan mekanisme manajemen energi kolektif yang lebih efektif.


Konflik energi di Asia Timur merupakan dinamika yang kompleks antara ketergantungan energi, ketegangan geopolitik, dan perubahan global yang mengarah pada transisi energi bersih. Sebagai konsumen energi global, negara ini berfungsi sebagai jembatan antara negara-negara besar seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan dan negara-negara eksternal seperti Amerika Serikat dan Rusia. Konflik geopolitik di Asia-Pasifik ditandai dengan ketegangan teritorial antara pulau-pulau di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, yang memperkuat hubungan diplomatik di antara kedua belah pihak. Sengketa ini tidak hanya menjelaskan klaim sumber daya energi, tetapi juga keamanan pelayaran strategis yang penting bagi perdagangan dan pasokan energi global. Persaingan ini ditandai dengan persaingan yang ketat, dengan Cina mengatasi kelemahannya melalui pengembangan infrastruktur dan teknologi energi bersih, sementara Amerika dan anak perusahaannya bekerja untuk mengatasi kelemahan ini melalui kebijakan keamanan regional.
Konflik ini memberikan dampak luas terhadap stabilitas kawasan dan pasar energi global. Ketidakstabilan di Asia Timur dapat memengaruhi harga energi dunia dan memicu eskalasi ketegangan militer, yang berpotensi berdampak negatif pada keamanan energi internasional. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan diplomasi yang hati-hati, kerja sama regional yang lebih erat, dan komitmen terhadap stabilitas energi untuk mengelola dinamika geopolitik di kawasan ini secara efektif. Melalui analisis ini, dapat disimpulkan bahwa konflik energi di Asia Timur tidak hanya bersifat lokal, tetapi memiliki konsekuensi global yang signifikan. Stabilitas kawasan ini bergantung pada upaya kolektif dalam mengatasi persaingan energi secara berkelanjutan dan damai.

DAFTAR PUSTAKA

Hu, Z & Ge, Y. (2014). The Geopolitical Energy Security Evaluation Method and a China Case Application Based on Politics of Scale. MDPI. https://www.mdpi.com/2071- 1050/6/9/5682

Umbach, F. (2010). Global Energy Security and The Implications For The EU. ELSEVIER. https://www.researchgate.net/publication/222214691_Global_Energy_Security_and_t he_Implications_for_the_EU

Dent, M.,C. (2012). Understanding The Energy Diplomacies of East Asian States. Cambridge University Press. https://www.cambridge.org/core/journals/modern-asian- studies/article/abs/understanding-the-energy-diplomacies-of-east-asian- states/E9DA389B571CEBF80D0F575720D3F9D8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun