Mohon tunggu...
Nurul Mustaghfiroh
Nurul Mustaghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guru Alif

29 Oktober 2023   16:08 Diperbarui: 30 Oktober 2023   11:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu tahun setelah kendra wisuda sebagai sarjana pendidikan,laki laki muda itu belum juga bekerja.Ia berdiam diri di rumah sepanjang hari  Melakukan apa saja yg mengusir rasa bosan yang lambat laun menderainya. Sebagai seorang sarjana kendra selalu menolak setiap kali oleh ayahnya di ajak mencangkul ke sawah.Dengan tegas ia mengatakan"saya ini sarjana masak mencangkul"mendengar jawaban begitu,ayahnya hanya memendangi raut muka kendra yg tampak meradang.

Laki laki renta itu berdiri di bibir pintu dengan cangkul di sanggulkan di pundak, tubuhnya di penuhi keriput sekujurnya,ia mengelus dada berharap anak lelakinya segera mendapat pekerjaan.Kendra tidak sadar,tepatnya tak mau tau,bahwa gelar sarjana yg ia dapati berkat keringat sang ayah yg mencangkul di sawah sejak matahari terbit hingga tenggelam di ujung barat.Iniginnya kendra menjadi pegawai kantoran tapi berbulan  bulan ia tak menemukan lowongan pekerjaan semacam itu,ia pernah mengajukan diri mengajar di sebuah madrasah,namun tiga hari setelah guru madrasah tsbt menjelaskan  bahwa tidak ada gaji pokok bagi semua pengajar di lembaga itu.Hal itu membuat kendra tidak lagi menunjukkan batang hidungnya di madrasah itu,ia menghilang tanpa sebab yg ia jelaskan pada pihak madrasah.Tinggal di sebuah tempat terpencil jauh dari hiruk piruk perkotaan membuat kendra hanya bisa menyaksikan para lelaki kampung juga beberapa ibu ibu pergi ke sawah setiap hari.Tidak di perbolehkannya kendra meningggalkan kampung,hijroh ke kota mencari kerja menjadi salah satu alasan lelaki muda itu kerap nerteriak di depan muka ayahnya sendiri."sebaiknya kau cari kerja di sini aja,tak perlu kembali ke kota apa kamu tidak kasian melihat ibumu yg mulai sakit sakitan,juga ayahmu ini yg sudah tu."itulah ucapan yang di lontarkan oleh bapaknya."janganlah kamu hidup untuk memenuhi keinginan mu sendiri, tapi hiduplah untuk memenuhi kebutuhanmu,kamu tidak akan pernah berkecukupan jika menuruti keinginanmu".Kata bapaknya di sertai batuk mengguncang dadanya yg mulai ringkih." saya kan mesti kerja tidak berdiam diri di rumah" ucap kendra menekan nada suaranya, " kanapa kau tidak mengajar di madrasah saja kan kau sanrjana pendidikan?" " tidak ada gaji di madrasah swasta seperti itu,itu pun tak setiap bulan" jawab kendra seraya mengerutkan kening."kalau begitu kau bisa mengajar sambil bertani,sehingga tidak mengharap imbalan dari madrasah"." bapak kendra ini sarjana pendidikan kenapa harus bertani?", "nak,bertani itu salah satu hidup mandiri,petani bila makan  dari hasil panen sendiri di sawahnya sendiri dan begitu kau nikmati mengajarmu senata mata karena allah ,bukan upah ataupun gaji".Malam harinya kendra duduk di kursi tua dengan cat warna biru tua yg mulai mengelupas warnanya  karna di makan usia.Berjalan terbungkuk bungkuk ibunya keluar dari dapur membawa singkong rebus." nduk kenapa rezeki mu seret ya nduk?" pertanyaan itu di ajukan ibunya, " buk cari kerja sekarang memang susah" jawab kendra sambil mengunya makanan." nduk apakah ini bukan karna kamu kurang ibadah?" " buk sejak dulu,aq tidak pernah bolong sholat lima waktu,bahkan sholat dhuha pun belum bolong sampai sekarang" jawab kendra."Guru alif" gumam ini terdengar diantara tarikan nafas ibunya,seluruh mata tertuju padanya "maksudnya buk?" tanya bapak,"pak mungkin kendra seperti ini karna guru alif" terdengar pelan di telinga suara ibunya." siapa guru alif itu buk?" tanya kendra mencari jawaban " guru alif adalah orang pertama yang mengajarimu mengaji,mengenalkanmu pada huruf huruf hijaiyah.Kau melupakannya itulah sebab kau seperti ini".Dalam benak kendra guru alif yang di maksud ibunya ialah kiai nawawi. Kiayi tersebut tidak pernah meminta imbalan atas ilmu yang ia ajarkan pada anak anak tetangga yang mengaji  selepas ashar kepadanya, guru ngaji itu selalu bilang" tak akan di tukar dengan uang ilum yang saya ajarkan,mudah mudahan ilmu itu bermanfaat dan menjadi bekal  di akhirat kelak.""Berkunjunglah ke dhalem kiyai nawawi nak" kendra mengagukkan kepala mendengar saran dari sang ibu,"apa aq perlu bawa uang kepadanya?" tanya kendra  ibunya pun menggeleng sebqb itu akan menyinggung perasaan kiyai nawawi.Kendra baru sadar jika selama mengaji kepada kiyai nawawi itu ia kerap membuat ulah di atas langgar bahkan kiyai nawawi pernah membersihkan air kencing kendra di dalam langgar.Jika di pikir pikir kendra tidak dapat barokah dari kiyai nawawi hingga sarjana pendidikan di sempitkan rezekinya.Dalam perjalanan ke dhalem kiyai nawawi,berjatuhan air mata kendra sebab selama ini selama duduk di bangku kuliah ia tidak petnah mengingat guru alifnya itu.Sesampainya di depan dhalem kiyai nawawi,ia melihat orang orang berkerumuan di atas langgar juga terdengar isak tangis, Kendra  menyibak kerumuanan itu,tercegang dan mendadak jantungnya seakan lepas dari tangkainya begitu dilihatnya kiyai nawawi berbaring tanpa hembusan nafas.Sembari ikut mengaji yasin kendra bertanya dalam hatinya apa yg mesti aq perbuat untuk menyenangkan guru alifku? ia mengutuk keterlambatannya selama ini, sebab tak sejenak pun menjenguk kiyai nawawi guru alifnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun