Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Biasa yang setia pada proses.

Lahir di Grobogan, 13 Mei 1973

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Curatorial Trip #1 UNDAGI 2025; Mencermati Proses Kreatif Batik Sapuan dengan Kebebasan Imajinasi

18 Oktober 2024   10:16 Diperbarui: 18 Oktober 2024   10:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapuan, Kriyawan senior Pekalongan. Sumber: Dokumentasi Askrina 2025.

Telah menjadi tradisi dalam Pameran UNDAGI, bahwa proses kuratorial menjadi perjalanan yang mengasyikkan. Perjalanan yang tak hanya membawa kita dalam perjalanan fisik, tapi membawa kita pula dalam perjalanan imajinasi yang sangat luas. Sehingga perjalanan yang begitu melelahkan, tapi terimpaskan dengan wisata imajinasi yang membangkitkan gairah berkarya.

Jum'at, 4 Oktober 2024. Siang itu, sekitar jam 14.00 wib kami, Tim Curatorial Trip UNDAGI 2025 berangkat menuju Kota Batik Pekalongan. Sebuah perjalanan darat yang cukup menguras energi, tapi asyik.

Setelah beberapa kali istirahat, sampai di Pekalongan sekitar jam 02.00 wib dini hari. Begitu lama memang, karena harus singgah di Kaliwungu Kendal lebih kurang 2 jam dan sempat nyasar karena kebablasan saat di jalan Tol sampai Pemalang.

Sapuan, Kriyawan senior Pekalongan. Sumber: Dokumentasi Askrina 2025.
Sapuan, Kriyawan senior Pekalongan. Sumber: Dokumentasi Askrina 2025.

Meski bertamu di pagi buta, Bapak Sapuan, kriyawan batik senior Pekalongan menyambutnya dengan senyum ramah layaknya pertemuan sahabat yang lama tak jumpa. Sambil menikmati kopi, cemilan dan nasi angkringan, kami ngobrol hingga adzan Subuh berkumandang.

Di kunjungan ini tim kami tak hanya menjalankan proses kuratorial, tapi sekaligus proses berguru pada kriyawan senior. Sehingga banyak pelajaran yang kami dapat.

Proses berkarya Bapak Sapuan memang panjang, karena menjalani proses kreatif selama puluhan tahun dalam membatik.

Fluktuasi proses berkarya beliau sangat dinamis. Tak hanya tentang ide kreatif, proses membatik yang dalam hitungan tahun untuk menyelesaikan satu karya, dinamika usaha batik yang naik-turun karena badai krisis dan pandemi, bahkan sampai mengalami semacam 'kontraksi' dalam keluarga. Ini semua beliau jalani dengan sabar dan teguh. Bahwa berkarya kreatif mesti tangguh menghadapi berbagai tantangan. Karena pelaut tangguh tak dilahirkan dari laut yang tenang, melainkan terjangan topan dan gemuruh badai.  

Terkait dengan tema UNDAGI 2025, ternyata beliau tak sadar, bahwa proses kreatif yang dijalaninya selama puluhan tahun adalah proses berputarnya roda Cakra Manggilingan yang kita fahami sebagai filosofi leluhur kita tentang kehidupan.

Ada satu karya beliau bertema "Alam Kematian." Dengan sentuhan canting yang sangat detail dan warna abu dan gelap yang 'sunyi', beliau berimajinasi bebas mengembara pada situasi imajinasi alam kematian. Dalam selembar kain 3 meter, beliau tuangkan segala imajinasinya; pohon meranggas, bunga-bunga mekar, dan manusia beterbangan. Di situlah seorang kriyawan menitipkan pesan moral pada kita, bahwa alam kematian menjadi gambaran dua sisi dalam kehidupan manusia yang akan kita tuai; baik-buruk, benar-salah, dan nilai-nilai kefanaan dan keabadian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun