Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Juara Sejati dan Pendidikan Karakter untuk Anak Indonesia

3 Oktober 2024   15:55 Diperbarui: 3 Oktober 2024   18:13 5406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Alamanda Mandiri Sejahtera

Film merupakan karya seni dengan media audio visual yang dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan dari pembuatnya (Sutradara dan Produsernya). Dengan bahasa verbal, bahasa simbol, dan ilustrasi audiovisualnya, sebuah film dapat menjadikan penonton merasa haru, senang, sedih, geram dan berbagai macam rasa. Berbagai rasa tersebut akan tertanam dalam memori penonton, dan pada gilirannya akan melahirkan sikap.


Oleh karena itu, sebuah film acap kali menjadi alat untuk menginspirasi bahkan mempengaruhi penonton untuk bersikap atau melakukan sesuatu sesuai dengan pesan dalam film.  Dalam konteks politik, film bahkan dapat menjadi alat propaganda.

Lalu, mengapa film dijadikan media edukasi untuk anak-anak? Tak lain adalah untuk menginspirasi bahkan untuk mempengaruhi anak-anak agar terinspirasi dan terpengaruh secara positif oleh tayangan film. Karena proses edukasi tak cukup dengan duduk manis di kelas, anak-anak tentu membutuhkan proses belajar yang mempunyai nilai menghibur dan umumnya mereka suka hal-hal yang seru.

Tak mudah memang mewujudkan sebuah film yang sarat akan nilai-nilai pembangunan karakter anak. Karena harus menyajikan visual karakter tokoh anak-anak yang santun, jujur, tanggung jawab, penuh semangat dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan. Belum lagi menciptakan narasi dengan alur cerita yang pas untuk anak-anak. Apalagi sebagian orang mungkin menganggap film anak-anak kurang 'seksi' dalam konteks bisnis film. Tak heran, Mira Lesmana, seorang produser film, prihatin dengan kondisi film anak-anak di Indonesia. Karena kita termasuk miskin film anak-anak.

Di tahun 2018, dari sekitar 500 film yang diproduksi, HANYA 15 film anak (3%) yang muncul. Sedangkan jumlah anak-anak di Indonesia lebih dari 31% dari penduduk Indonesia, atau sekitar  90 juta (Data BPS 2023). Dari sekian banyak itu otomatis banyak anak-anak yang akan mengkonsumsi film-film untuk kalangan orang dewasa. Padahal banyak dari film-film itu yang kurang pas untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Maka menurut hemat saya, sangat diperlukan film-film anak yang mempunyai nilai edukatif, agar anak-anak menemukan ruang belajar sekaligus media yang menghibur. Secara simpel, film sebagai tontonan sekaligus tuntunan.

Sumber: Dokumen Alamanda Mandiri Sejahtera
Sumber: Dokumen Alamanda Mandiri Sejahtera
Melihat Film "Juara Sejati" yang baru dilaunching perdana di Yogyakarta, 2 Oktober 2024, sebagai film anak-anak, telah menjadi harapan baru dalam memperkaya film anak Indonesia. Mengutip apa yang dikatakan Gerhard Richter, seorang seniman visual Jerman,  "Art is the highest form of hope", bahwa seni adalah bentuk tertinggi dari harapan. Seni menjadi media yang memuat sebuah harapan secara elegan, tanpa menggurui, dan menstimulasi kecerdasan anak-anak.

Film Juara Sejati yang dibintangi oleh Adli Umar, Raissa Siregar, Xendra Basel, Yatti Surachman, Asrul Dahlan, IsmunTanjung dan Amanda Latief ini menampilkan 3 orang sahabat; Gilang (Adli Umar), Rafi (Xendra Basel) dan Melati (Raissa Siregar) dengan perbedaan latar belakang ekonomi dan berbagai masalah keluarga yang mereka alami.

Mereka menjalani masa kecil dengan berbagai macam suka dan dukanya.  Dengan latar belakang ekonomi dan lingkungan keluarganya, merekapun mensikapi persoalan dengan bermacam-macam sikap sesuai pribadi masing-masing.  Di sini pihak keluarga mereka berperan sebagai pengontrol yang memberikan peringatan jika mereka bertingkah negatif.

Dalam hubungan persahabatan, mereka juga saling mengingatkan jika salah satu dari mereka ada yang khilaf dalam bersikap.

Dengan berbagai persoalan baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga yang telah mereka hadapi, seusai sekolah dan setelah lulus, mereka berpisah dan pada akhirnya semua  dapat menggapai cita-citanya. Secara alur cerita, film ini cukup runtut dan mudah difahami. Dan saya kira sangat pas untuk konsumsi anak-anak.

Film yang disutradarai oleh Alex Latief ini sangat kental dengan nilai karakter yang ingin ditanamkan pada diri anak-anak, meski tidak semua disampaikan secara verbal. Dan memang sebuah film akan tampak cerdas jika pesan yang disampaikan dengan bahasa simbol visual maupun audio, bukan selalu verbal. Visualisasi ini yang akan menstimulasi kecerdasan anak-anak, karena akan memancing kesadaran anak-anak untuk berfikir, pesan apa yang disampaikan dalam bahasa simbol tersebut.

Dengan konten yang mempunyai misi edukasi untuk anak-anak generasi muda, saya yakin, kita tak keberatan mengacungkan jempol untuk Alamanda Mandiri Sejahtera sebagai produser film ini. Karena tak semua produser film mempunyai misi pendidikan karakter. Meskipun di beberapa bagian tampak kurang natural, tapi sebagai sebuah film anak-anak yang bermisi penguatan karakter anak-anak, film ini, over all, keren! ***
Semoga bermanfaat.

Nurul Muslimin
(Anggota KAFEIN /Asosiasi Pengkaji Film Indonesia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun