Balai Desa Pendem terdengar riuh dari kejauhan. Maklum, musim piala dunia sepak bola telah dimulai.Â
Seperti biasa, di musim sepak bola, orang kampung pada menonton ramai-ramai di Balai Desa. Bukan karena mereka tak punya tivi di rumah, tapi karena mereka ingin berkumpul ramai-ramai dengan teman-temannya untuk merayakan pertandingan jagoannya masing-masing. Bahkan sebagian ada yang taruhan.Â
Tak mau ketinggalan, sepulang mengaji Al-Hikam di Pondok Ngangkruk, Kang Ngatman pun ikut nonton bola di Balai Desa.Â
Dia standarkan sepeda onthelnya, dia lepas pecinya dan bersiap-siaplah dia ke Balai Desa.Â
"Mau ke mana Kang?", tanya Yu Surip, istrinya.Â
"Nonton bola, Bune!", Jawab Kang Ngatman singkat.Â
"Nonton di mana?"
"Ya di Balai Desa lah..., kita kan ndak punya tivi..."
"Awas yaaa, jangan ikut taruhan!" kata Yu Surip memperingatkan suaminya.Â
"Nggak lah, masa santrinya Kyai Ahmad ikut taruhan", jawab Kang Ngaman sambil mencubit istrinya mesra.Â
Yu Surip pun hanya tersenyum.
Lalu Kang Ngatman berangkat berjalan kaki, karena Balai Desa itu hanya tiga ratus meteran dari rumahnya.Â
Sampai di depan rumah Yanto, Kang Ngatman pun mengajak Yanto untuk menonton bola bareng di Balai Desa.Â
"Tooo..., Yantooo...!!! Ayo nonton bola!", teriak Kang Ngatman di depan rumah Yanto.Â
"Iya Kang..., sebentar yaaa... Aku ambil sarung dulu!", teriak Yanto dari dalam rumah.Â
Yanto pun bergegas ke luar rumah sambil nyaut sarung di atas kursi.Â
"Wah telat ya Kang, kita?!", tanya Yanto pada Kang Ngatman, sambil berjalan buru-buru.Â
"Iya, gak papa...aku juga barusan pulang dari ngaji di Kyai Ahmad. Malam ini yang main mana aja ya?"
"Arab sama Argentina, Kang!"
"Kamu njago mana?"
"Aku ya jelas Argentina Kang! Pasti seru ini!"Â
"Kalo Kamu Kang?"
"Aku jago Arab lah, masa semua njago Argentina?"Â
"Ya jelas njago Argentina lah Kang. Mereka jelas pernah berprestasi di piala dunia. Maradona juga pemain legend dari sana kok."Â
"Iya siiih... Tapi yang namanya pertandingan itu bisa mungkin menang, bisa juga mungkin kalah. Itu biasa. Nggak usah fanatik laah... Seperti hidup kita, kadang di bawah, kadang di atas. Jadi kalau lagi di atas, jangan sombong dan jumawa seakan-akan nggak akan jatuh ke bawah. Itulah takdir Gusti Allah... Jadi biasa sajalah melihat pertandingan bola itu", kata Kang Ngatman berargumen.Â
"Lhoo, kok malah nyebut-nyebut Gusti Allah. Ini pertandingan bola Kang...Bukan masalah agama..."
"Iya aku Tahu, To. Tapi pertandingan sepak bola itu seperti hidup kita, kadang menang, kadang kalah...itu biasa."Â
"Iya ...iya Kang, udah gini aja...kita taruhan, berani gak?" Kata Yanto pada Kang Ngatman.
"Hussstt... Enggak ah!!! Dosa itu To... " Jawab Kang Ngatman.
"Halah, taruhan cuma sedikit aja kok gak boleh..."Â
"Yaaa... namanya dosa ya dosa To... Kamu gak percaya??? Kalau gak percaya, ayo...mau berapaan!" Jawab Kang Ngatman meledek Yanto...
"Ha..ha..ha... itu ya sama aja taruhan Kaanggg..." Jawab Yanto sadar kalau lagi diledek.
"Ha...ha...ha... "
Mereka pun tertawa bersama.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H