Sejenak mereka berbincang, dan sipir pun meninggalkan sel itu.
---
Saat tengah malam, dua orang Sipir setengah mengendap sambil menengok kanan-kiri mendekati sel sebelah, seakan khawatir ada yang melihatnya. Mereka bolak-balik ke sel sebelah sepertinya membawa beberapa barang.
Mbah Narto pun hanya bisa melihat dengan fikiran bertanya-tanya dan tak tahu kepada siapa pertanyaan itu ditujukan.
Mbah Narto pun bertanya dalam gumamnya; " Memang boleh ya di penjara membawa TV, kulkas dan kipas angin ke dalam sel?"
Kemudian Mbah Narto pun hanya bisa diam, dan kembali menaikkan sarungnya karena kedinginan. Mbah Narto tak menggubris apa yang terjadi di sel sebelah. Bagi dia lebih baik tidur dan tetap bertahan dalam terpaan dinginnya malam di penjara.
Kehidupan di pengapnya penjara ia lalui dengan ikhlas. Tak peduli beberapa berita tentang proses keadilan yang acap kali timpang melintas di telinganya melalui teman-temannya di penjara.
Selang tiga bulan di dalam penjara, tibalah serombongan petugas: Propam, sipir, dan kejaksaan datang mengantar Seorang tahanan masuk ke dalam sel Mbah Narto.
"Lho pak, kok ikut masuk?" Tanya Mbah Narto heran pada tahanan baru itu, yang ternyata adalah polisi yang tempo hari mengantar Pak Wali masuk penjara.
Tahanan itu pun bungkam, tak keluar kata-kata. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H