Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

👉The all about creative industries world 👈 Producer - Writer - Lecturer - Art worker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Waktu

13 April 2021   02:06 Diperbarui: 13 April 2021   02:36 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasanya, bangun tidur jam 04.00 pagi, Kang Ngatman bergegas nyaut sarung dan peci butut kesayangannya berangkat ke Musholla dekat rumah, untuk menunaikan Subuh.

Perlahan air wudlu yang ia basuhkan ke bagian tubuhnya, betul-betul ia rasakan sebagai penyejuk tubuh dan hatinya.

Subuh yang ia tunaikan seakan mengalirkan darah kesegaran dan ketenangan hati. Karena dia yakin, hanya dengan sujud dan menyebut nama Tuhan, hatinya terasa tenang menjalani hidup. Dan hanya dengan menitikkan air mata dihadapanNya, segala gundah hati seperti terhempas lenyap dan melahirkan ketenangan.

Setiap sujud yang ia tunaikan, seakan melambungkan perasaannya mencapai puncak Arsy dan sangat dekat dengan Tuhannya.

Usai menunaikan Sholat Subuh, ia pun keluar musholla dan duduk sejenak di serambi, memandangi ujung sawah yang mulai dibelah sinar Matahari.

"Knapa duduk termenung, Man?", tanya Mbah Mukhlis, imam Musholla di Kampung itu pada Kang Ngatman.

"Lagi nunggu mBah".

"Nunggu apa?"

"Nunggu waktu sholat Dzuhur."

"Lha apa nggak kerja?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun