Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Perlu Sport-tainment untuk Generasi Milenial?

7 Oktober 2017   03:32 Diperbarui: 7 Oktober 2017   03:32 1710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah Sport-tainment --sudah bisa ditebak-, berasal dari istilah Sport(Olah Raga) dan Entertainment(Hiburan). Dari mana lagi kalau bukan dari dua kata itu? Wikipedia menyebutkan; bahwa istilah 'Sport Entertainment' telah dipopulerkan sejak sekitar tahun 1980-an, ketika World Wrestling Entertainment (perusahaan hiburan Amerika) menciptakan istilah "Sports Entertainment"sebagai sebuah gulat yang mempunyai sifat 'menghibur', dan otomatis tidak sesuai dengan 'rule of the game' (aturan main) pertarungan selayaknya gulat profesional. Sebetulnya pada tahun 1935 pun istilah serupa telah dipopulerkan oleh Lou Mars, Editor Toronto Star Sport, Koran Harian Canada dengan menyebutkan "Sportive Entertainment" untuk gulat profesional. Tapi di sini saya tidak akan membahas masalah sejarah kata-kata. Saya ingin bahas yang ringan-ringan saja. Biar fikiran mudah menangkap dan membawa manfaat kesehatan buat kita. 

Dari idiom Sport-tainment, saya menangkap ada dua substansi yang penting; yaitu olah raga dan hiburan. itu saja. Maka di sini saya ingin ngobrol tentang dua substansi itu beserta kaintannya dengan jaman generasi milenial.

Generasi milenial sekarang ini memang menimbulkan lonjakan perkembangan yang demikian dahsyat. Di mana antar personal seperti tak ada batasnya. Dalam hitungan detik, informasi begitu derasnya mengalir. Arus informasi seperti ini tentu membawa dampak positif dan negatif. Remaja jaman sekarang menjadi mudah belajar, mudah mengetahui informasi dari manapun, dan belajar tentang apapun hanya bertanya pada google. Namun efek negatif dari itu semua, akan membawa dampak psikologis yang cukup signifikan. 

Saya sendiri sering menjumpai di sebuah rumah makan, di dalam dinning table satu keluarga, ada 6 orang, dan mereka semua 'memelototi' gawai (gadget) masing-masing. Tak ada komunikasi di antara mereka. Padahal saya yakin, di siang hari mereka juga jarang berkumpul. Lalu apa gunanya mereka kumpul tapi asyik dengan gawai masing-masing? Mana canda tawa di antara mereka? Menyedihkan!.

Lagi; beberapa kali kita mendengar berita di internet; ada anak remaja yang meninggal gara-gara main game selama dua hari nonstop. Aktifitas di depan gadget, laptop dan sejenisnya, tentu menuntut badan untuk tidak banyak bergerak. Aktifitas tubuh relatif stagnan, dan peredaran darah pun rentan untuk terganggu kelancarannya. Padahal kelancaran peredaran darah menjadi salah satu kunci kesehatan tubuh. Bagaimana gizi dan antibody bisa mengalir bersama darah ke seluruh tubuh, jika aliran darah terhambat? Maka sangat logis, jika aktifitas dengan gadgetsangat mengurangi kelancaran aliran darah. Inilah yang menyebabkan penyakit. 

Bukannya kita akan membatasi atau melarang anak-anak remaja kita bermain atau menggunakan gadget secara ekstrim, tetapi yang menjadi masalah adalah, bagaimana mereka bisa memanfaatkan gadget dengan optimal, namun tetap mempunyai badan yang sehat.

Ketergantungan generasi milenial akan penggunaan gadget seakan sulit dibendung. Maka, menurut hemat saya harus ada pola olah raga yang memuat fungsi hiburan di dalamnya. 

Maraknya Car Free Day --dengan 'menu' olah raga lari atau joging-- di berbagai kota cukup memberikan kabar gembira untuk kita. Karena menciptakan ruang di mana kita bisa berolah raga sekaligus dapat menikmati hiburan. Bisa musik ataupun kuliner. Atau bagi anak remaja bisa menjadi ajang sosialisasi dengan teman-teman mereka. Ini pun mestinya tetap harus disiplin dan selalu mengingatkan kepada mereka untuk berolah raga secara baik. Jangan sampai olah raga hanya ngobrol sana-sini yang tak bermanfaat. Lalu, bagaimana darah bisa mengalir dengan lancar jika hanya ngobrol? Ya, kan? 

Mengalihkan perhatian remaja milenial dari gadget kepada kegiatan olah raga memang tidak mudah. Maka perlu banyak diciptakan ruang-ruang olah raga murah meriah, sarat dengan hiburan kreatif yang bisa mengalihkan generasi kita dari gadget. Peran pemerintah memang diperlukan. Perusahaan-perusahaan swasta pun bisa ambil bagian dengan menyalurkan CSR (Corporate Social Responsibility)-nya untuk kegiatan kreatif ini. Seperti Mandiri Jakarta Marathon perlu kita ikuti dan dicontoh untuk perusahaan swasta lainnya. Artinya ada perhatian swasta kepada masyarakat. Tak hanya itu, masyarakat umum pun, termasuk kalangan penggiat dunia kreatif juga bisa memberikan solusi untuk ini. 

Ini sepertinya masalah sepele. Namun jika tidak diperhatikan, generasi muda kita akan terlalu suntuk memelototi gadgetnya. Sosialisasi menjadi berkurang, dan ending-nya kesehatan pun berkurang. Dan perlu diingat, olah raga yang kita ciptakan ruangnya ini tidak perlu mahal. Lari atau joging pun jadi. Yang penting tidak lari dari kenyataan. *** :)

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun