Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

👉The all about creative industries world 👈 Producer - Writer - Lecturer - Art worker

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Jogja Kerap Menjadi Lokasi Shooting Film?

6 Agustus 2017   11:26 Diperbarui: 6 Agustus 2017   23:40 3150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : http://trivia.id

Berawal dari membaca status seorang teman di media sosial yang mengunggah foto sebuah tempat yang unik, dan diberi caption "Santai dulu ah, di sini tempat pembuatan film AADC2 (Ada Apa Dengan Cinta -2)". Kemudian saya terpikir untuk mencari referensi dengan membongkar-bongkar data google tentang film-film yang diproduksi di Jogja. Dan sebagai 'penggila' dunia kreatif, saya ingin tahu, mengapa Jogja menjadi tempat yang menarik untuk dibuat produksi film.

Dari hasil tanya-tanya dengan mbah google, ternyata banyak film-film terkenal yang telah diproduksi di Jogja. Tidak hanya film Indonesia, bahkan film-film asing.

Ini dia beberapa film yang diproduksi di Jogja:

  1. Daun di Atas Bantal (1998), Sutradara Garin Nugroho
  2. Merdeka 17805 (2001), Sutradara Yukio Fuji
  3. Jagad X Code (2009), Sutradara Herwin Novianto
  4. Java Heat (2013), Sutradara Conor Allyn.
  5. Sang Pencerah (2010), Sutradara Hanung Bramantyo 
  6. The Philosophers (2013), Sutradara John Huddles
  7. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015), Sutradara Garin Nugroho
  8. Kapan Kawin? (2015), Sutradara Ody C. Hararap,
  9. Aach... Aku Jatuh Cinta! (2015), Sutradara Garin Nugroho
  10.  Beyond Skyline(2015), Sutradara Liam O'Donnell
  11.  Ayat-Ayat Adinda(2015), Sutradara Hestu Saputra
  12.  Penjuru 5 Santri(2015), Sutradara Wimbadi JP
  13.  Anak Kos Dodol,(2015), Sutradara Eman Pradipta
  14.  Turis Romantis,(2015), Sutradara Senoaji Julius
  15.  Mencari Hilal,(2015), Sutradara Ismail Basbeth
  16.  Ada Apa dengan Cinta (2016), Sutradara Riri Riza
  17. Raksasa dari Jogja (2016), Sutradara Monty Tiwa
  18.  Talak 3 (2016), Sutradara: Ismail Basbeth & Hanung Bramantyo
  19.  Siti 2016, Sutradara Eddie Cahyono

Cukup banyak, kan? Nah, mari kita obrolin tentang mengapa mereka (para produser) memilih Jogja sebagai tempat yang menarik untuk dijadikan lokasi shooting.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Tidak hanya bertanya pada mbah google, saya juga --kebetulan beruntung--- pada Bulan Puasa kemarin, berkesempatan bertemu dan berdiskusi dengan Mas Garin Nugroho dalam sebuah event di Waroeng "Hanya" di seputaran Sewon Jogja. Sebagai 'penggila' ilmu, moment ini saya manfaatkan untuk diskusi dengan beliau.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, mengapa para produser memilih Jogja sebagai tempat produksi film mereka, di antaranya adalah:

  • Sesuai dengan tema film yang digarap. Film sejarah jelas akan menjadikan setting historisnya sesuai dengan sejarah yang difilmkan. Film Sang Pencerah yang mengisahkan perjalanan hidup dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan film Guru Bangsa: Tjokroaminoto jelas mengambil Jogja sebagai latar filmnya, termasuk film Merdeka (Murudeka) 17805 yang dibuat Yukio Fuji (Sutradara dari Jepang).

    Tanpa menjadikan setting sejarah asli menjadi latar film ini, jelas akan beresiko kesulitan visual dalam menggambarkan sejarah itu sendiri. Di samping itu akan kesulitan mendapatkan 'kebenaran historis'. Film fiksi pun jika naskahnya dengan latar tradisi dan budaya Jogja atau Jawa bisa mengambil latar Jogja.

  • Murah. Ini kata pertama komentar Mas Garin ketika saya tanya: "Kenapa banyak produser Jakarta memilih Jogja sebagai lokasishooting? Beliau bilang: "Murah!" Produser tentu akan mempertimbangkan produksi film dari sisi ekonomi. Jogja bukan Kota Metropolitan, tapi Kota Pelajar dan Kota Wisata dan Budaya. Banyak sekali hotel di sini. Dus, biaya hidup secara umum lebih murah dari kota industri atau metropolitan. Jarak antar lokasi shooting pun relatif dekat.

    Jogja bukan wilayah yang luas, jadi antar lokasi bisa ditempuh dalam hitungan menit. Paling lama 1-2 jam, itupun jika melalui kota ada macet. Murah di sini bukan termasuk kontraprestasi/fee untuk Kru film lhoo... Saya kira masalah ini standar dan bergantung juga pada posisi/peran dan pendekatan masing-masing produser pada calon Kru film.

  • SDM kru film yang tersedia. Di jogja ada Paguyuban Filmmaker, ada Perguruan Tinggi Seni, dan banyak mahasiswa penggiat film, termasuk pakar tentang apa saja tersedia. Mau animator? Banyak juga. Siapa sih yang gak kenal film The Battle of Surabaya? Atau Perusahaan Gemloft (Perancis) yang mempercayakan Jogja sebagai salah satu base office-nya?

    Kita lihat saja dari pendaftara proposal film untuk Danais (Dana Istimewa) saja tidak kurang dari 180 peserta (komunitas film maker). Produser tentu membutuhkan Kru Film yang familiar dengan lokasi shooting. Dengan Kru Film yang dilibatkan dari Jogja sendiri, Produser akan dimudahkan dan diuntungkan dalam banyak hal; survey lokasi, perijinan, mencari property dan alat, bahkan untuk mencari tempat makan/kuliner yang enak, cukup minta dianterin kru ke warung yang dimaksud, selesai! Gimana, enak to?

  • Tersedia Pakar sesuai kebutuhan konten film. Demikian juga untuk konsultasi tentang konten film pun tersedia pakar, terutama film dokumenter, sejarah, atau fiksi sejarah; pakar antropologi, sosiologi, disain komunikasi visual (Diskomvis), lingkungan, dan pakar-pakar lain sesuai kebutuhan tersedia UGM, ISI, UII, dan lain-lain. Silakan kontak langsung aja.

  • Kesediaan Alat.Kebutuhan alat untuk shootingpun di Jogja cukup lengkap; kamera DSLR sampai RedCam, lighting; dari Blonde, Red Head, Paper Light, Kinoflo, Hallogen, Fresnell sampai HMI ada, Jimy Jib juga ada. Produser tak perlu repot membawa alat dari kota atau negaranya masing-masing untuk kebutuhan alat. Kecuali alat-alat yang khusus yang di sini belum ada.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun