Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

👉The all about creative industries world 👈 Producer - Writer - Lecturer - Art worker

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Produksi Film: Layar Lebar atau

30 Juni 2017   22:15 Diperbarui: 6 Juli 2017   06:12 5229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam dunia perfilman yang dikenal memang hanya istilah layar 'lebar'. Meski begitu, tidak kemudian istilah sebaliknya (layar sempit) juga bisa digunakan.

Sepertinya aneh jika ada yang tanya "Produksi film apa?" dijawab "Film layar sempit." Aneh, kan?

Di tulisan ini saya menyebut film layar 'sempit' bukan berarti istilah itu ada sebelumnya, tapi semata-mata untuk membandingkan pola produksi antara film layar lebar dengan film non-layar lebar.

Setelah saya cermati berdasarkan apa yang saya alami, ada beberapa perbedaan antara produksi film layar lebar dan non-layar lebar. Film non-layar lebar di sini bisa film tv, sinetron, film pendek, film dokumenter atau film lainnya.

Istilah film layar lebar biasanya disebut karena orientasinya untuk diputar di gedung bioskop yang berlayar lebar dan bersifat komersial. Sedangkan film tv atau sinetron (sinema elektronik) jelas diorientasikan untuk diputar di media elektronik (stasiun televisi). Dengan berkembangnya dunia teknologi informasi, sekarang ada istilah baru, yaitu film web series yang diorientasikan untuk ditayangkan di chanel youtube atau untuk website.

Mendengar istilah film layar lebar, biasanya langsung terbayang sebuah film yang diproduksi dengan biaya mahal, menggunakan alat (equipment) yang tidak murah, pemainnya artis ibukota dan melibatkan banyak pemain dan kru film.

Sebelum munculnya era digital, film layar lebar biasanya menggunakan media seluloid yang relatif mahal. Dalam perekaman durasi hitungan menit, harganya mencapai jutaan rupiah.

Beberapa tahun yang lalu, menggunakan media rekam seluloid dalam durasi 4 menit, produser film layar lebar harus mengeluarkan kocek Rp. 2,5 juta. Hitungan matematisnya, jika film durasi 90 menit, biaya yang dikeluarkan untuk media rekam seluloid adalah : (90:4) x Rp. 2,5 jt = Rp. 56.250.000,- belum termasuk scene-scene alternatif jika dibutuhkan untuk alternatif visual. 

Maka untuk biaya satu buah film layar lebar durasi 90 menit dengan alternatif visual yang cukup, otomatis lebih dari Rp. 56 juta. Sekali lagi ini hanya untuk biaya media rekam seluloid! Belum termasuk biaya-biaya yang lain (artis/pemain, lighting, kru film dan lain sebagainya).

Dengan biaya yang cukup mahal ini, produksi film layar lebar sangat berimplikasi pada kesiapan semua yang terkait dengan shooting produksi film. Dari properti, semua equipment pendukung (lighting dan lain-lain) sampai pada kesiapan pemain harus betul-betul matang. Sebab jika terjadi kesalahan dalam adegan, maka harus mengulang (re-take). 

Jika ini terjadi, sekian juta melayang begitu saja. Ini yang mungkin membuat seorang sutradara atau produser terkadang keras dan sering naik darah jika terjadi kesalahan dalam adegan. Itu dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun